Suara dering ponsel membangunkan Wika dari tidur yang nyenyak. Ini memang sudah pagi, tetapi matanya sedang susah diajak beraktivitas.
Beginilah efek jika jatuh cinta. Mengobrol lewat telepon dengan Gerald hingga larut malam pun Wika lakukan. Itu semua terjadi karena Gerald tidak peka dengan kodenya. Hari ini, dia ulang tahun.
Gerald malah bercerita tentang adiknya. Ah, Wika baru tahu satu fakta, bahwa perempuan yang bernama Clarisa adalah pacar dari Segaf.
Gerald bilang, adiknya marah karena Wika jutek pada Clarisa. Astaga, jika dia tahu bahwa Clarisa adalah pacar Segaf, mana mungkin Wika jutek padanya.
Dia baru saja membuat masalah. Segaf pasti lebih dulu membencinya sebelum bertemu.
Dering ponsel masih mengganggu saat Wika mengumpulkan nyawa, dia akhiri dengan menerima panggilan tersebut.
"Hm ...," gumam Wika menjawab telepon dari seseorang yang belum dia baca namanya.
"BANGUN! KAMU MAU TIDUR SAMPAI JAM BERAPA?"
Wika jauhkan ponsel dari telinga. Itu Bunda. Kenapa tidak mengetuk pintu saja? Sangat aneh. Padahal, dia masih tidur di rumah, dan bukan di tempat lain.
"Iya ... aku bangun."
Mematikan telepon dari Bunda, Wika kembali menarik selimut sampai menutupi kepala. Wanita itu pasti sudah agak tenang sedikit. Ini hari ulang tahun Wika, harusnya beliau bersikap lembut walau hanya untuk satu hari ini saja.
Percuma, rasa kantuknya sudah hilang. Ini semua karena sang bunda. Seharusnya, Wika masih tidur sekarang.
Kembali diraihnya ponsel untuk mengecek siapa tahu saja ada yang mengiriminya chat. Nama yang pertama muncul, adalah Gerald.
Gerald: Lo udah bangun?
Sungguh tidak romantis. Wika sudah mengajarinya untuk menggunakan kata 'aku dan kamu' sebagai panggilan. Namun, segalanya sia-sia.
Belum sempat mengetik balasan, Gerald sudah meneleponnya. Sangat tidak sabaran.
"Kenapa?" jawab Wika.
"Ke rumah, yuk."
Tumben sekali dia mengajak begini. Pasti ada maunya.
"Ngapain? Jemput, dong," goda Wika.
"Nggak bisa, gue lagi sibuk. Hari ini Mbak Lia ultah, rencananya gue mau ngasih kejutan."
Kenyataan pahit. Ulang tahunnya ada di tanggal yang sama dengan Lia, ditambah lagi Gerald lebih fokus pada sang kakak ipar daripada Wika.
"Terus?" Wika menjawab tanpa minat.
"Gue mau minta bantuan ke lo." Meminta dari seberang sana.
Astaga, ternyata ini maunya. Sangat aneh, hari ini Wika juga ulang tahun. Lalu, mengapa dia malah repot dengan ulang tahun orang lain?
Andai saja Wika bisa protes. Sayangnya, semua yang ingin diucapkan tertahan di lidah.
"Bantuan apa?" tanya Wika pasrah.
"Gue titip kue ulang tahun kalau lo ke sini."
"Hah?"
Jelas saja ini menjadi berita terburuk. Wika ingin sekali menangis, Gerald tidak peduli padanya.
Tanpa sadar, dia sudah menggigit bantal demi menahan kekesalan. Ini pertama kalinya Wika bisa merayakan bersama Gerald, tetapi dia malah disuruh untuk membeli kue ulang tahun untuk orang lain.
Menyedihkan.
"Lo bisa, 'kan?" tanya Gerald lagi.
"Iya." Wika kembali pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3
RomanceSpin-off: Pressure (Gerald Izzatul Arkana) -- Kehilangan seorang kekasih tanpa ucapan selamat tinggal adalah sebuah perpisahan yang sangat menyakitkan. Tanpa sengaja, Wika membuat Tomi terluka karena perjodohan yang diputuskan oleh orang tua. Ketika...