Saran sang bunda kemarin dia terima. Hari ini dengan segala persiapan, Wika berangkat ke rumah Gerald demi mendapat kabar, dan tentu saja untuk menghibur diri bermain bersama si kembar.
Rika menyuruhnya membawa buah tangan. Beliau yang mempersiapkan. Kue buatannya sudah pasti.
Sebenarnya, agak sedikit cepat mengunjungi rumah Gerald, mengingat bahwa lelaki itu akan kembali besok. Namun, untuk membuat rasa gelisahnya ini hilang, Wika harus segera mencari angin segar.
Seorang wanita menyambut kedatangannya, Wika sudah terbiasa melihat wajah itu. Salah satu asisten rumah tangga di rumah Gerald.
Masuk lebih dalam lagi, entah angin dari mana Wika bisa dipertemukan untuk pertama kalinya dengan wanita yang telah melahirkan Gerald. Beliau tersenyum padanya, sungguh membuat salah tingkah.
"Duduk sini," katanya sambil menepuk tempat duduk di sebelah beliau.
Wika turuti saja, jangan sampai penilaian ibu dari Gerald berkurang padanya.
"Ini Tante, dari bunda." Wika memberikan kotak makan pada wanita itu.
"Wah, makasih," ucapnya, "Gia, Gio, ini ada kue dari Tante Wika," panggil beliau pada dua bocah yang sedang bermain.
Gia lebih dulu mendekat dengan langkah cepat. Si kecil itu sudah bisa bergerak lincah ternyata. Dia menerima satu kue, kemudian tersenyum girang sambil mengucapkan kata dengan bahasa bayi yang tidak terlalu jelas.
"Ma-acih," kata Gia pada Wika.
"Sama-sama." Ucapan Wika dibalas dengan deretan gigi susu yang masih bisa dihitung jumlahnya.
"Gio nggak mau?" Wanita itu menawarkan lagi pada satu cucunya.
"Ma-u." Gio mendekat. Kaki kecilnya terlihat sangat lucu.
Baru kali ini Wika menyukai mereka berdua. Kemarin karena rasa benci pada Gerald, sehingga dua bocah tak berdosa itu ikut merasakan juga. Bodoh! Mana ada balita peka dengan keadaan sekitar.
"Bilang apa ke tantenya?" Mama Gerald mengajari Gio.
Si kecil malah memandang Wika dengan wajah ketakutan. Dasar! Padahal, dia sama sekali tidak berniat menakuti anak kecil itu.
"Ada Auntie Wika," girang suara dari arah tangga.
Wika menoleh memandangi si pelaku. Tentu saja itu Lia. Dia mendekat sambil tersenyum hangat, Wika membalas itu.
"Auntie Wika, kok, baru nongol sekarang?"
Wika hanya nyengir karena tak tahu harus menjawab apa. Dari sini saja kepercayaan dirinya timbul dengan pesat, ternyata mereka selalu menantikan kehadirannya.
"Padahal Gerald udah balik dari dua hari lalu."
Seketika Wika berdiri saking terkejut. Matanya melebar sempurna meminta kejelasan atas ucapan Lia.
"Iya, Gerald udah pulang, dia nggak bilang sama kamu?"
Wika menggeleng sebagai jawaban karena tak bisa berkata lagi. Lia tidak mungkin berbohong, wanita itu tahu Wika sangat menantikan kepulangan Gerald.
Tanpa aba-aba, Wika segera melangkah ke arah tangga. Terserah apa kata dua wanita itu, masa depannya tergantung pada penjelasan Gerald. Baru setengah perjalanan naik, dia berbalik lagi melihat ke arah Lia.
"Kamar Gerald?" Lia bisa membaca pikirannya.
Wika mengangguk.
"Pintu yang ada guci biru di sebelahnya."
Setelah mendengar itu, langkahnya kembali melanjutkan perjalanan. Sampai di ujung tangga, menoleh sana-sini demi mencari pintu yang dimaksud, Wika juga mempersiapkan kata tepat untuk menyerang Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3
RomanceSpin-off: Pressure (Gerald Izzatul Arkana) -- Kehilangan seorang kekasih tanpa ucapan selamat tinggal adalah sebuah perpisahan yang sangat menyakitkan. Tanpa sengaja, Wika membuat Tomi terluka karena perjodohan yang diputuskan oleh orang tua. Ketika...