Epilog

8.3K 688 214
                                    

Ponsel kini Wika putar di tangan. Tak ada yang bisa dilakukan saat Gerald memilih pergi tanpa kabar seperti ini.

Lelaki itu belum juga kembali sejak meninggalkan rumah dalam keadaan kesal. Tante Nadine memarahi Segaf. Padahal, Wika merasa dialah yang patut disalahkan. Awal api di hati Gerald muncul karena kecemburuannya.

Semalaman Wika menunggu kabar dari Gerald, meskipun hasilnya nihil. Jangankan Wika, keluarga sendiri saja tak Gerald hubungi. Lelaki itu benar-benar marah.

Jika hanya emosi, tidak perlu sampai menjauh hingga semua orang menjadi khawatir seperti ini. Gerald sudah keterlaluan.

Lupakan tentang Wika, seharusnya lelaki itu lebih memikirkan perasaan adiknya yang baru saja kembali dari luar negeri, dan ingin menghabiskan waktu bersama.

Wika kembali mencoba menghubungi nomor Gerald. Masalah Tamara sudah dia lupakan, sekarang rasa simpatinya pada keluarga Gerald lebih dominan. Setidaknya, Wika juga harus membantu mereka untuk mencari tahu di mana Gerald sekarang.

Telepon diangkat. "Ge," panggilnya tanpa menunggu seseorang menyahut dari seberang sana.

"Ngapain lo nelepon?" sahut suara berat khas baru bangun tidur.

Meskipun samar, tetapi dia yakin bahwa itu bukan Gerald. Rahang Wika mengeras saat tahu siapa yang dengan sembarangan menjawab panggilannya.

"Gerald mana?" Wika bertanya tanpa menjawab pertanyaan dari orang tersebut.

"Masih tidur, kenapa?" Menjawab.

"Bangunin, kasih tahu gue nelepon."

Terdengar decakan dari seberang. Wika tahu orang ini, dialah yang paling tak ingin melihat dia dan Gerald bersama. Entah apa masalahnya.

"Ngapain, sih, lo masih deketin Gerald?" tanya orang itu.

Apa masalahnya? Gerald tunangan gue. Ingin sekali Wika berkata seperti itu, tetapi segalanya tak bisa keluar dengan leluasa karena dia harus menjaga mulutnya ini. Jangan ulangi kesalahan. Setidaknya, dengan sedikit bujukan—orang ini akan mau memberikan ponsel kepada Gerald.

"Gue serius, gue mau ngomong sama dia." Wika mencoba untuk surut.

"Lo belum jawab pertanyaan gue dari tadi," kata lelaki itu.

Wika menarik napas demi menetralkan emosi. Berurusan dengan Keanu memang harus menyiapkan kesabaran cadangan.

"Ini urusan gue sama Gerald. Itu aja yang harus lo tahu," ucapnya sambil menekan tiap makna di balik kata-kata yang dikeluarkan.

"Ya sudah, gue tutup, mudah-mudahan Gerald mau ngangkat."

"Ngasih ke Gerald apa susahnya, sih? Kalau HP ada di lo, berarti dia juga ada di sana!" Percuma menahan kemarahan, semua akan jebol jika itu berurusan dengan Keanu.

"Lo tahu nggak, kenapa Gerald kayak gini sekarang?"

Inilah yang paling Wika benci. Keanu seakan mengajaknya untuk bertanding siapa yang lebih mengenal Gerald. Wika memang tidak selama seperti lelaki itu berada di samping Gerald, tetapi perannya di sini sangat dibutuhkan.

"Gue bakal dengar alasan dari dia, bukan dari lo," kesal Wika.

"Ternyata lo cewek goblok, ya." Wika menelan kekesalannya. "Gerald itu cuma manfaatin lo, dia nggak pernah suka sama lo. Tunangan yang lo puja ini cuma ngejebak lo doang buat balas dendam sama pacar lo—"

"Cukup!" bentaknya.

Orang terdekat Gerald tahu fakta tersebut. Wika malu saat mendengarkan cerita itu keluar dari mulut teman-teman Gerald. Bagaimana tidak, dia sudah meletakkan seluruh kepercayaannya pada Gerald, tetapi semuanya sia-sia karena masa lalu terus saja membayangi.

Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang