25: Gerald Sakit

4.2K 520 49
                                    

Kabar buruk setelah perayaan ulang tahun Wika kemarin, Gerald sakit. Wika jadi dibuat khawatir. Padahal, terakhir mereka bertemu lelaki itu terlihat baik-baik saja. Bahkan, keduanya sempat bermesraan sebentar di kamar.

Kabar ini datang dari Lia. Katanya, mereka sedang membujuk Gerald agar mau dibawa ke dokter.

Ah, Wika tahu alasan apa yang membuat wanita itu dengan repot menghubunginya. Menghancurkan keras kepala Gerald yang tidak ingin dibawa ke dokter.

Di sinilah dia, berhadapan dengan lelaki itu. Gerald terlihat lemas duduk di atas tempat tidurnya.

"Ke dokter, yuk," ajaknya.

Gerald menggeleng sambil memijit batang hidung. Jika dibiarkan, kondisi Gerald akan tetap seperti ini. Harus pakai cara apalagi untuk membujuk?

"Gue ngantuk." Gerald kemudian mengambil posisi tidur.

Mungkin efek obat sudah bereaksi. Wika membantunya untuk masuk ke dalam selimut.

"Wi ... pegang tangan gue," kata Gerald, Wika turuti itu.

Tangan Gerald sangat dingin. Dasar keras kepala! Harusnya lelaki itu menyerah saja dan menuruti keinginan mereka. Ini juga demi kebaikannya.

"Kalau nggak ke dokter, nanti kamu gini mulu." Wika masih berusaha membujuk.

"Ini cuma bentar."

Ah, lagi-lagi penolakan. Wika tak tahu lagi harus berkata apa.

"Takut?" tanyanya.

Gerald tidak menjawab. Matanya sudah tertutup rapat. Tertidur. Satu kekhawatiran menyerangnya, jangan-jangan ini gejala penyakit menular yang pernah Gerald bilang waktu itu.

Gerald tidak ingin ke dokter, karena takut ketahuan oleh keluarganya. Jika benar, Wika harus segera mengatakan ini pada orang tua Gerald. Mereka harus tahu.

Wika melepas tangannya dari genggaman Gerald. Merapatkan selimut, segera dia keluar dari kamar untuk menemui Tante Nadine.

Saat berada di luar kamar, Wika kemudian turun ke lantai bawah. Dari tangga, bisa dilihatnya, wanita itu sedang duduk di singgel sofa sambil menonton TV. Di sana juga ada Lia. Waktu yang tepat.

"Tante," panggil Wika.

Wanita itu menoleh. Dia segera melangakah ke sana, lalu duduk di samping Lia.

"Gimana? Gerald mau dibawa ke dokter?" Tante Nadine langsung bertanya.

Wika menggeleng sempurna. Beliau nampak kecewa. Astaga, Wika merasa tak pantas menjadi menantu.

"Gerald ... Gerald." Wanita itu menggeleng. Mungkin saja, Tante Nadine tidak habis pikir dengan tingkah anaknya sendiri.

"Gerald takut disuntik kali, Ma," sambung Lia.

"Benar juga, dia udah lama nggak sakit."

Jadi? Gerald benar menyembunyikan ini dari keluarganya. Padahal, sejak meraka bersama, sudah dua kali lelaki itu mengabarkan diri sedang berada di rumah sakit. Apa Wika harus menceritakan ini?

Rasanya tak tega melihat wajah terkejut mama dari Gerald. Akan lebih mudah, jika ini bukan penyakit menular dan mematikan.

Ah, Wika harus bagaimana?

"Kamu kenapa, Wi?" tanya Lia.

Wika meliriknya. Astaga, tanpa sadar dia menggaruk kepala saking frustrasi. Lia jelas melihat ini.

"Nggak apa-apa, kok, Mbak." Sebisa mungkin disembunyikannya dengan tersenyum kikuk.

"Khawatir sama Gerald?" tanyanya.

Wika bungkam, Lia malah terkekeh. Ada yang lucu? Gerald sedang menghadapi maut sekarang. Wika mohon, jangan bercanda.

"Ya, udah, kamu temanin dia lagi, sana." Lia menyuruhnya kembali ke kamar Gerald.

"Dia lagi tidur, takut ganggu," alasan Wika.

"Oh, udah tidur dia?" tanya Tante Nadine.

"Iya, Tante."

"Cepat banget efek obatnya." Wanita itu berucap.

Baiklah, Wika harus berpikir mulai dari mana mengatakan bahwa Gerald sedang sakit parah.

"Gerald punya penyakit bawaan nggak, Tante?"

Wanita itu menoleh. Mudah-mudahan pertanyaan ini tidak membuat beliau tersinggung.

"Nggak, tuh," jawab Nadine, "anak Tante yang paling jarang sakit itu dia, kalau yang banyak sakit, tuh, suaminya Lia." Beliau berganti melihat ke arah Lia.

"Mama ...." Lia cemberut.

Sebenarnya ini lucu, tetapi bukan waktunya untuk tertawa.

"Atau mungkin, selama ini dia sakit, tapi nggak pernah bilang ke Tante?" tanyanya lagi.

Wanita itu nampak berpikir. "Kayaknya nggak. Muka datar gitu, Gerald masih tetap aja manja ke Tante." Beliau mengakhiri dengan terkekeh.

Lia ikut tertawa kecil. Sepertinya, Wika saja yang merasa khawatir di sini. Oh, Tuhan! Wika tidak sanggup lagi, harus dikatakannya sekarang.

"Waktu itu ...," katanya, Wika harus bilang ini, "Gerald bilang, baru aja dari rumah sakit."

Lia dan Tante Nadine menatapnya serius. Wika menelan ludah terlebih dahulu. Ini cerita singkat, tetapi sangat berat diungkapkan.

"Bukan cuma sekali, lho, Tan."

Wanita itu mengatur posisi menghadap padanya.

"Pas aku tanya dia sakit apa, dia bilang, kalau dia HIV." Wika menggigit bibir bawah dalamnya.

Tante Nadine terdiam, Lia juga begitu. Mudah-mudahan, apa yang Wika katakan bisa mereka terima.

"Gerald bercanda kali," respons mama Gerald.

Mulutnya terbuka, beliau sama sekali tidak khawatir.

"Ma, jangan langsung ngomong gitu. Siapa tahu ini benar."

Wika melirik Lia. "Iya, aku juga mikirnya gitu, Mbak."

Mereka se-pemikiran. Akhirnya ada yang mau berbagi kegelisahan dengannya. Tante Nadine menatap mereka bergantian.

"Dia ke rumah sakit mana?" tanya Nadine.

Wika menggeleng, karena memang tak tahu. Beliau segera menggapai ponselnya yang ada di atas meja. Menghubungi seseorang, kah?

Wanita itu menjauh dari keduanya. Entah siapa yang beliau telepon.

"Aku salah ngomong, ya, Mbak?" tanya Wika.

"Nggak, kok. Mungkin mama lagi nelepon teman dokternya."

Kekhawatiran bertambah. Entah apa yang akan dikatakan oleh teman dari Tante Nadine.

_________

11.08.20

Kalau ini udah tamat, jangan minta season 2, ya. Hehe

Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang