Jalan kini menjadi pemandangan terindah yang bisa Wika lihat. Setelah pertengkaran di malam ulang tahun Gerald, sang ayah terus memaksanya untuk meminta maaf langsung kepada lelaki itu, meskipun telah Wika jelaskan, bahwa dia hanya membela diri.
Ayahnya tak terima, sepenuhnya dia yang bersalah. Bahkan kakak laki-laki Wika sampai datang ke rumah sambil memohon padanya. Pria itu mengatakan, perusahaan keluarga mereka sangat bergantung pada Pak Purnomo, kakek dari Gerald. Beliau sudah banyak membantu. Untuk itu, Wika harus menjadi calon pelengkap hidup cucu dari pria tua tersebut.
Astaga, jika tak mengingat rumah kakak yang telah menjadi korban, dia tidak akan mau diseret seperti ini untuk meminta maaf kepada si muka datar itu.
Mobil ayah berhenti di depan rumah megah, yang entah telah menghabiskan biaya berapa untuk mendirikan bangunan tersebut. Namun kembali lagi, se-kaya apapun Gerald-Wika tidak akan pernah sudi untuk berdamai. Lelaki itu sudah membuat harga dirinya jatuh di hari pertama mereka bertemu.
"Ayo," ajak ayahnya untuk segera menuju pintu rumah Gerald.
Asisten rumah tangga menyambut mereka. "Silakan duduk," ucap wanita itu mempersilakan.
Wika dan ayahnya menuruti. Tak lama kemudian, seorang pria datang dari dalam rumah. Bisa ditebaknya, bahwa beliau adalah ayah dari Gerald.
"Erwin, Erwin." Pria itu menggelengkan kepala sambil menyebut nama ayahnya. Kemudian menyambut tangan ayah Wika untuk berjabat tangan.
"Ayo, kamu juga," titah sang ayah padanya untuk melakukan hal yang sama.
Wika menuruti. Lagi pula, dia tidak bermusuhan dengan pria ini. Apalagi, beliau malah menyambutnya dengan senyuman hangat.
"Gerald?" Ayah Wika bertanya.
"Ke kampus, kayaknya." Pria itu menjawab sedikit ragu.
"Wah, sayang sekali," sesal Erwin.
"Nggak apa-apa, jangan paksainlah, Win, nanti juga lama-lama mereka bisa akrab." Pria itu bercakap santai dengan sang ayah, seperti telah lama saling kenal.
Erwin hanya terkekeh. Seorang wanita masuk dengan membawa nampan berisi minuman. Itu Lia, kakak ipar Gerald.
Wika harus mengakui, bahwa Lia memiliki aura yang sangat tak biasa, meskipun terbalut pakaian rumah.
Wanita itu tersenyum padanya, Wika membalas dengan sangat canggung.
"Ini Lia, menantu saya." Ayah Gerald memperkenalkan Lia pada ayahnya.
"Wah, istrinya Edgar, ya?" kagum Erwin.
Entah bagaimana nanti jika Wika berada di rumah yang sama dengan Lia. Sudah pasti dia akan terasingkan, mengingat bahwa wanita itu sangat cekatan.
Bisa Wika pastikan, dia akan segera menceraikan Gerald, dan melarikan diri bersama hartanya.
"Ikut Mbak Lia, yuk," ajak Lia padanya.
Bahkan setelah apa yang dia lakukan pada Gerald, wanita itu masih bersikap baik padanya. Wika turuti saja, sebelum sang ayah menatap dengan penuh ancaman.
Lia membawanya masuk ke dalam rumah. Di ruang tengah, terlihat dua anak sedang bermain penuh keceriaan. Jadi, ini keseharian wanita itu, tentu saja melaksanakan kewajiban sebagai seorang ibu.
"Gia, Gio," panggil Lia pada putra-putrinya, seketika mereka mengalihkan pandangan pada Lia, "yuk, kenalan sama Auntie Wika."
Jujur saja, saat melihat dua balita itu lebih dekat, Wika jadi ingin mencubit pipi mereka. Berbeda saat di pesta kemarin, dia tertekan karena dipaksa untuk hadir, dan menjadi seorang permaisuri dadakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3
RomanceSpin-off: Pressure (Gerald Izzatul Arkana) -- Kehilangan seorang kekasih tanpa ucapan selamat tinggal adalah sebuah perpisahan yang sangat menyakitkan. Tanpa sengaja, Wika membuat Tomi terluka karena perjodohan yang diputuskan oleh orang tua. Ketika...