Teman

2.9K 455 37
                                    

Jimin memarkirkan mobilnya dibagasi rumah yang ia dan Jungkook beli secara bersama dengan uang hasil kerja keras mereka di Red Light. Keduanya kemudian turun dari mobil. Melangkah masuk kedalam rumah dengan tangan penuh kantong belanjaan.

Seulgi meletakkan semua belanjaan yang dibawanya diatas pantry lalu berjalan menuju sofa yang ada diruang santai yang terhubung dengan dapur lalu menjatuhkan tubuhnya disana. Kedua matanya terpejam erat.

"Mau nonton film?"

Damn! Seulgi membuka kedua matanya cepat. Entah sejak kapan Jimin meninggalkan dapur dan ikut duduk disampingnya. Apapun yang Jimin lakukan selalu saja mengejutkan dirinya. Seulgi mengubah posisi duduknya, menatap Jimin.

"Film apa?"

"Serendipity..,"

"Kau memiliki kasetnya?" tanya Seulgi tidak percaya jika Jimin mempunyai kaset film romantis seperti Serendipity. Jimin lebih terlihat seperti pria yang menggemari film action dan bukan film romantis yang mengatasnamakan Cinta dan takdir diatas segalanya.

Jimin ikut tersenyum mendengarnya, "Tentu saja aku memilikinya. Aku selalu menontonnya saat ada waktu luang," jawabnya santai.

Seulgi tertawa, tawa yang terkesan dipaksakan, "aku tidak percaya, rasanya itu terdengar bukan dirimu yang sebanarnya,"

"Itu karena kau belum mengenalku, Bear..," balas Jimin, "Ah tidak, kau sendiri yang sejak awal menjauhiku. Pikiran-pikiranmu selalu buruk jika menyangkut tentangku,"

Seulgi sekali lagi terdiam mendengarnya. Sejak melangkahkan kakinya di Seoul. Seulgi telah berkomitmen untuk menjauh sejauh mungkin dengan dunia gelap. Dia ingin sepenuhnya menemukan seseorang yang baik untuk melengkapi dirinya yang jauh dari kata sempurna. Seorang wanita jahat mengharapkan mendapatkan pria baik. Dan Jimin sama sekali tidak masuk didalamnya, segala hal yang ada pada Jimin adalah sesuatu yang ingin Seulgi hindari.

"Jika kau berpikir aku akan memperlakukanmu sama seperti wanita di club maupun kampus maka jawabannya adalah tidak. Aku justru menghormatimu, Bear. Sungguh!" lanjut Jimin.

"Kata-katamu membuatku terlihat seperti seorang yang jahat,"

"Aku tidak mengatakannya. Itu ulah kinerja otakmu, Bear..,"

"Kau benar..,"

Jimin terkekeh kecil. Ia kemudian berdiri, berjalan kearah dvd player untuk memutar film yanng dimaksud sementara Seulgi memperhatikan punggung Jimin. Semua yang dikatakan oleh pria itu benar adanya. Dirinya lah yang selama ini bersikap buruk terhadap pria itu padahal Jimin sudah dengan senang hati meminjamkan kamarnya untuk ditempati olehnya selama tinggal disana bersama mereka.

"Duar!!"

Seulgi terlonjak kaget ditempatnya membuat Jimin yang memang sengaja memekik tepat diwajah Seulgi tertawa girang.

"Jangan melamun terus, Bear..," kekeh Jimin yang mendapatkan tatapan kesal dari Seulgi, "Filmnya udah dimulai," lanjutnya masih tertawa. Seulgi mengalihkan pandangan ke arah layar tv besar didepannya.

"Apa yang membuatmu menyukai film ini?"

"Memang apa yang membuatmu menyukai film ini juga?" tanya Jimin balik.

"Aku bertanya padamu duluan," dengus Seulgi.

"Maka itu aku mau mendengar jawabanmu dulu, Bear..,"

"Aku menyukai kisahnya,"

"Yup seperti itu, memangnya apa lagi yang disukai penggemar film kalau bukan kisah pemain yang ada dalam film yang kita tonton, Bear"

"Apa itu sebuah jawaban,"

Beautiful Disaster (Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang