Pertemuan

12.5K 661 31
                                    

Ketiga gadis berparas cantik itu mulai melempar setangkai mawar putih kedalam lubang yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir seorang teman, ketabat, saudara perempuan yang sangat mereka kasihi. Tidak ada tangisan bukan berarti tidak sedih, ketiga gadis itu hanya mencoba untuk bersikap kuat. Mereka sudah berjanji untuk tidak memperlihatkan tangisan meski menghadapi kematian sekalipun. 

Hujan mulai membasahi tumpukan tanah yang masih basah tersebut. Satu persatu kerabat mulai melangkah pergi setelah memberi pelukan pada keluarga yang berduka hingga meninggalkan tiga gadis yang masih betah berdiri disana meski hujan deras telah membasahi sekujur tubuh mereka.. 

Melihat sekelilingnya sepi, tak nampak seorang pun lagi selain mereka bertiga. Salah seorang gadis, bersurai hitam lebat merosot menjatuhkan dirinya sendiri ketanah dan menangis sejadi-jadinya, menumpahkan rasa kehilangan yang tak kuasa ia bendung.. 

"Joy, maafkan aku.." jeritnya teredam derasnya hujan. 

Gadis lain yang ada disampingnya ikut menangis sementara gadis yang berdiri dihadapan keduanya hanya menunduk dalam namun bahunya terlihat bergetar hebat menandakan dia sedang menangis tapi tak mau memperlihatkannya.. 

@ Villa Dominique 

"Apa yang kau katakan, Seul.." tanya gadis bersurai hitam, dress hitam kusut serta tatanan rambut berantakan. Tidak hanya gadis itu saja, dua gadis lainnya pun tak kalah amburadulnya sehabis pulang dari pemakaman teman mereka. 

"Rene, aku rasa kita harus berhenti, aku tidak ingin ada korban lagi seperti Joy." balas gadis sipit bernama Seulgi. Ia duduk disalah satu meja bar sementara kedua temannya yang lain duduk di sofa cream yang ada dibelakangnya. 

Irene mendekat, diikuti seorang gadis lain dibelakangnya. Ia sungguh tidak yakin dengan pendengarannya barusan. 

"Seul, katakan kalau yang kudengar tadi tidak serius kan?" sahut gadis lainnya bertanya mewakili Irene. 

"Sayangnya tidak,Wen, aku benar-benar menyerah,aku ingin hidup normal.."

"Kang Seulgi, apa kau tau apa yang kau ucapkan barusan hah.." teriak Irene. Suaranya serak akibat terus meraung menangisi Joy sejak tadi. 

"Maafkan aku.." lirih Seulgi terpejam. Jujur saja, ia sudah sangat lelah dengan kehidupannya yang sekarang, ia ingin berubah dan memulai hidup baru sebagai seorang gadis normal. 

"Pergi kau!! Kau tidak pantas ada disini. Egois!! Aku tidak mau melihat wajahmu lagi dihadapanku, Kang Seulgi.." jerit Irene emosi mendekati Seulgi namun buru-buru ditahan oleh Wendy dengan memeluk tubuh Irene dan mengurung gadis itu dalam kungkungannya. 

"Seulgi, pergilah sekarang!!" usir Wendy. 

"Tapi, Wen.."

"Pergilah sekarang jika itu kemauanmu, jangan menambah masalah lagi, Seul.."

Sakit!!  Itulah yang dirasakan Seulgi saat mendengar ucapan terakhir Wendy yang berhasil menusuk jantungnya. Seulgi perlahan melangkah mundur. Ia sempat melihat keduanya berpelukan sebelum benar-benar keluar dari sana.. 

Sesaaat setelah berhasil keluar dari Villa. Seulgi menatap bangunan yang ada dihadapannya sedih. Tempat itu menyimpan begitu banyak kenangan manis dirinya dan ketiga temannya sebelum musibah itu datang menimpa. Seulgi berjanji akan membuang semua kehidupannya yang ada disini tapi tidak dengan kenangan manis yang pernah tercipta ditempat ini. 


@ Seoul, Korea selatan


Seoul adalah pilihan Seulgi untuk memulai kehidupan baru. Tempat kelahiran ibunya sekaligus tempat dimana keluarga satu-satunya tinggal sebatang kara. Pukulan sekali lagi bagi Seulgi, ia menyesal karena tidak dapat hadir dalam pemakaman paman dan bibinya karena lost contact selama hampir setahun dan baru mengetahui kabar duka itu dua bulan yang lalu saat kan berhasil menemukan alamat email dari adik sepupunya, Kim Yerim.. 

Beautiful Disaster (Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang