Teman

4.2K 496 21
                                    

Setelah melewati perdebatan yang cukup panjang. Jimin akhirnya bisa membawa Seulgi keluar untuk makan malam bersamanya dan meninggalkan Jungkook juga Yerim berdua diapartement milik Jungkook dan Jimin yang dibeli menggunakan hasil pertarungan Jimin di arena ilegal. Ya, setidaknya itu yang Seulgi dengar dari Yerim yang begitu tau segalanya.

Seulgi sebetulnya tidak tenang meninggalkan Yerim dengan pacarnya yang bernama Jungkook, selain karena pria itu adalah teman Jimin. Seulgi takut Yerim hanya menjadi salah satu koleksi mainan Jungkook mengingat lelaki tinggi bertubuh kekar itu memiliki Park Jimin sebagai teman dekat, bahkan mereka tinggal serumah. Jadi, berlebihan kah kalau Seulgi khawatir sepupunya akan berakhir patah hati seperti gadis-gadis diluar sana yang pernah dicampakan oleh kaum adam.

Demi Tuhan! Sepupunya itu terlalu berharga untuk disakiti oleh pria berengsek seperti Jungkook. Yerim adalah adiknya yang polos, jauh dari kenakalan atau tindak kriminal. Ya, itulah yang Seulgi dengar dan lihat selama ini.

Mobil Jimin berhenti didepan sebuah restorant sederhana yang terletak tak jauh dari pusat kota. Pria itu kemudian turun membukakkan pintu penumpang tetapi belum sempat dibuka. Gadis yang menjadi penumpangnya malam ini sudah lebih dulu keluar lengkap dengan wajah sengitnya.

"Apa kau selalu melakukan ini pada wanita yang menjadi teman kencanmu?" tanya Seulgi, "jika ya, maaf membuatmu kecewa tapi aku bukanlah teman kencanmu malam ini maupun nanti, ingatlah itu!" lanjut Seulgi.

"Astaga, Bear," balas Jimin menggelengkan kepala, tidak habis cara menghadapi gadis keras kepala di hadapannya, "percaya atau tidak, kau gadis pertama yang ku ijinkan menaiki Hurby," sambung Jimin.

"Hurby," ulang Seulgi mengernyit.

"Yup, yang kau naiki ini namanya Hurby,"

Seulgi menoleh kebelakang menatap mobil Jimin dengan pandangan tidak mengerti sama sekali kenapa mobil Sport yang sudah dimodif bewarna biru muda dengan corak kecil juga sentuhan gravity itu diberi nama Hurby. Nama yang terlalu lucu untuk sekelas mobil berkelas yang sudah dimodifikasi sekeren mungkin.

"Apa kau pikir aku akan percaya,? Bagaimana bisa kau membawa pulang teman kencanmu tanpa kendaraan," tanya Seulgi penasaran.

"Jangan bilang kau cemburu karena berpikir kau bukanlah yang pertama," potong Jimin tertawa lalu melanjutkan, "tenang saja, Bear, aku jujur dengan apa yang kukatakan tadi,"

Seulgi mendelik, "itu tidak penting untukku. Kau mungkin bisa membuat banyak wanita di kampus kita terpesona tapi maaf, aku bukan salah satu diantara wanita bodohmu itu," dingin Seulgi berjalan masuk duluan meninggalkan Jimin yang menggelengkan kepala sambil melebarkan senyumnya.

Jimin menyusul Seulgi. Keduanya memilih tempat duduk yang terletak dipojok dekat jendela kaca. Tempat pilihan Seulgi karena dengan begitu, jika pembicaraan mereka melenceng jauh tidak akan kedengaran banyak orang.

"Aku tidak berbohong, Bear, teman kencanku ku suruh menaiki mobil mereka, atau memesan taksi. Bahkan tak jarang juga aku menerima tawaran untuk bermain dirumah mereka," jelas Jimin mendudukkan dirinya didepan Seulgi.

Seulgi mengangkat bahu tidak peduli, "sudah ku katakan aku tidak peduli  mengapa harus repot menjelaskan?"

"Aku pikir itu perlu,"

"Jika kau berpikir dengan begitu bisa membuatku terkesan lalu membawaku ke ranjang maka ku sarankan untuk mundur! Karena kau tidak akan pernah mendapatiku terlentang diatas tempat tidurmu,"

Jimin tergelak mendengarnya, merasa takjub hanya dengan sebuah kata yang tidak ia sangka akan diucapkan oleh gadis seperti Seulgi.

"Wow!! Santai, Seulbear, aku tidak berpikir seperti itu," balas Jimin tak menyembunyikan kekaguman dari tatapan matanya.

Beautiful Disaster (Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang