Pekerjaan baru

2.5K 477 29
                                    

Seulgi tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Setelah menjatuhkan kotak obat. Seorang wanita tua, kepala yayasan yang sering dipanggil bibi Laura langsung saja bergegas meninggalkan tempat itu seperti baru saja melihat hantu hingga membuat Jimin harus mengejarnya karena takut terjadi sesuatu. Sedang Seulgi, ia hanya bisa berdiam diri ditempatnya tanpa tau apa-apa.

Kotak obat yang tadi dijatuhkan oleh bibi Laura dipungut Joyi. Gadis kecil itu menghampiri Seulgi dan memberikan kotak obat yang ada ditangannya kepada Seulgi yang tersenyum menerimanya.

"Terima kasih, sayang..," Seulgi mengelus pipi gembul Joyi. Gadis kecil itu menganggukan kepala seraya membuka kotak obat yang ada dipangkuan Seulgi.

"Biar Joyi bantu mengobati luka Unnie..,"

"Hm..," Angguk Seulgi membiarkan tangan kecil Joyi mengobati luka goresan dipelipisnya.

Sementara itu, diruang kepala yayasan. Laura terlihat panik berjalan mondar mandir kesana kemari kebingungan tak tentu arah. Laura memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening.

"Bagaimana mungkin ini terjadi,"

"Apa yang tidak mungkin, bibi?"

Laura terlonjak ditempatnya berdiri saat ini. Guratan kecemasan terlihat jelas diwajahnya saat melihat Jimin berdiri diambang pintu ruangannya.

"Ah tidak ada apa-apa, Jimin..,"

"Jika tidak ada apa-apa lalu kenapa bibi harus berlari saat melihat temanku dan terlihat panik seperti sekarang ini,?" tanya Jimin mengintrogasi. Dia kurang puas dengan alasan yang dikemukakan oleh Laura.

"Panik?" Laura memaksakan tawanya, "tidak, Jim. Itu hanya perasaanmu saja, Nak..," Laura mengelak. Wanita setengah baya itu berbalik menuju meja kerjanya. Duduk disana dan pura-pura mengerjakan sesuatu demi menghindari pertanyaan Jimin.

"Baiklah kalu memang tidak ada apa-apa, bibi. Kalau ada sesuatu dipanti jangan lupa telepon aku,"

Laura melepas pandangannya dari kertas kosong yang pura-pura dibaca olehnya lalu mengangguk menatap Jimin, "tentu saja, Nak. Kau tidak perlu mengkhawatirkan masalah panti,"

Setelah mengatakan itu, Jimin melangkah keluar meninggalkan ruangan tersebut. Selepas Jimin pergi, Laura terlihat melemaskan otot tubuhnya dan menyandarkan tubuhnya dengan lega.

"Hampir saja,"

Kembali pada Jimin yang bergegas masuk kedalam ruangan dimana dia meninggalkan Seulgi yang belum sempat diobati luka di kepalanya.

"Bear,"

Yang dilihat selanjutnya oleh Jimin adalah Seulgi yang kembali bercanda gurau bersama anak-anak panti Hwang. Plester luka bermotif kartun dipelipis Seulgi bahkan tak mampu memudarkan aura cantik Seulgi ketika dia tersenyum lebar.

"Lukamu sudah diobati," Jimin berjongkok didepan Seulgi. Menghela nafas lega menyentuh plester luka di dahi Seulgi sebelum pada akhirnya tertawa karena tak tahan melihat plester bergambar kartun spongebob dikepala Seulgi dari jarak dekat.

"Apa yang lucu?" polos Seulgi bertanya.

Jimin menggeleng, "Tidak ada, Bear. Ayo kita pulang sekarang..," Jimin mengulurkan tangannya kepada Seulgi untuj membantu gadis itu berdiri.

Seulgi menyambut uluran tangan Jimin. Berdiri diikuti oleh anak-anak panti lainnya yang mulai memasang tampang lesuh satu persatu setelah mendengar Seulgi dan Jimin akan pulang.

"Eh kenapa wajahnya jadi sedih begitu?" tanya Jimin menyadari perubahan pada wajah Joyi dan yang lainnya, "biasanya tidak begini," lanjut Jimin.

Seulgi ikut menoleh memandang kumpulan anak-anak yang sepertinya tidak rela dengan kepulangan keduanya.

Beautiful Disaster (Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang