Perasaan

2.7K 418 36
                                    

Happy Reading



Cicin putih cantik yang masih berada dalam kotak hitam itu terus saja dipandangi oleh Seulgi dalam diam. Sudah dua jam berlalu dan dia tetap pada posisi ditempat tidurnya.

"Seul, ada yang ingin ku katakan padamu,"

"Apa itu?"

"Sejak pertama kali melihatmu aku merasa kau adalah wanita yang berbeda dari yang lain. Aku tau ini masih terlalu cepat, kita baru kenal beberapa bulan. Aku menyukaimu, Seul..,"

"Tuan..,"

"Please, Seul jangan panggil aku seperti itu,"

"Aku..,"

"Apa kau tidak akan menerimaku?"

"Bukan begitu, hanya saja ini terlalu mendadak,"

"Kalau begitu aku akan memberikanmu waktu. Kau boleh menjawabnya kapanpun kau mau, Seul tapi ku harap itu tidak lama,"

Seulgi mendengus. Ingatan semalam berputar kembali dalam benaknya membuat Seulgi gelisah. Ini seperti mimpi. Seunghoon, pengusaha muda tampan menyatakan cintanya kepada Seulgi. Jika wanita lain mungkin tidak akan berpikir dua kali untuk menerima Seunghoon dan Seulgi pun begitu. Ia menginginkan kehidupan normal saat datang ketempat kelahiran ibunya namun mengapa begitu berat rasanya bagi Seulgi menerima Seunghoon.

Berbagai kemungkinan dipikirkan oleh Seulgi jika menerima Seunghoon. Dimulai dari status sosial. Profesi keduanya yang adalah atasan dan bawahan pasti akan memunculkan perbincangan tak enak dikalangan pegawai tempat ia bekerja dan Seulgi sama sekali tidak menyukai hal itu.

"Unnie," pekik Yerim membuka pintu kamar Seulgi membuat Seulgi terlonjak kaget diatas tempat tidurnya.

"Ya..,"

"Aku mengetuk pintu, memanggilmu diluar dari tadi, Unnie tapi tak kunjung dibalas," cerocos Yerim.

"Aku tidak dengar, Yer..,"

Yerim memutar kedua bola matanya. Ia sudah susah payah berteriak diluar sana dan Seulgi tidak mendengarnya. Sungguh terlalu..

"Apa itu?" pandangan mata Yerim jatuh ke cincin yang dikeluarkan oleh Seulgi dari kotaknya.

Seulgi menurunkan pandangannya, "botol minum,"

"Hah! Itu kan cincin," binggung Yerim.

"Yah sudah tau nanya lagi,"

"Iya, aku tau tapi kan pertanyaanku punya maksud lain, Unnie..," gemes Yerim mendekat, melompat duduk disamping Seulgi.

"Cincin dari siapa itu?"

"Seunghoon..,"

"Seunghoon itu bukannya boss tempat Unnie bekerja kan?"

"Hm..," angguk Seulgi.

Yerim terdiam selama beberapa saat sebelum kembali memekik melampiaskan ketidakpercayaan dirinya atas apa yang baru saja didengar.

"Oh no! Ini sulit dipercaya, Lalu apa tanggapanmu, Unnie? Kau menerimanya?"

Seulgi menggeleng lemah, "Aku belum memberi jawaban. Mungkin nanti malam,"

"Nanti malam,?" ulang Yerim.

"Uhm, aku sudah memikirkannya. Mungkin Seunghoon adalah orang yang tepat untukku," Seulgi tersenyum.

"Apa kau mencintainya?"

Sekali lagi Seulgi terdiam cukup lama sebelum menggeleng lemah menjawab pertanyaan Yerim yang rasanya sangat sulit untuk dijawab olehnya.

"Jangan menerima sesuatu karena merasa membutuhkannya lalu mengabaikan apa yang sebenarnya diinginkan oleh hati kita, Unnie,"

Beautiful Disaster (Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang