noose pt.2

2.2K 312 40
                                    

Hehehehehe lama amat y uda kepo belon mbak pinky jdnya knp?

/PEDE AMAT/

Pokoknya ini tu panjanggg bener dah

enjoy the story~~

_____________

Aku terbangun mendengar suara tangisan histeris yang seketika membuat telingaku berdengung. Aku membuka mata perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya lampu yang begitu kontras dengan kegelapan di mana alam mimpiku berada.

Aku lantas mengucek mata dan terduduk dari posisi tidurku semula untuk mencari tau apa yang sedang terjadi.

Aku sontak menutup mulutku dengan sebelah tangan saat melihat apa yang ada di hadapanku.

Ibu Kyulkyung sedang terduduk di lantai sembari menangis histeris melihat anaknya menggantung dirinya dengan tali yang di kaitkan pada paku yang terpasang di dinding. Seolah ia adalah sebuah pajangan.

Aku ikut terisak melihat badannya yang sudah membiru pucat dan matanya yang masih terbuka seolah menatapku, walau aku tau dia sudah tiada.

Aku menoleh saat mendengar pintu terdobrak dan ayah Kyulkyung yang sangat ku kenali masuk. Ia langsung berjongkok memegang kedua bahu Bibi Minah yang menangis sembari menunduk.

Bibi Minah menunjuk ke dinding yang terletak di sebelah kiri Paman Jo. Seketika ia membeku terdiam seolah bertanya-tanya apakah semua ini nyata?

Paman Jo memeluk istrinya sebentar lalu berjalan mendekati Kyulkyung. Ia menutup mulut menggunakan punggung tangan untuk menahan isakannya saat mendongak melihat jasad anaknya yang malang.

Paman Jo mendirikan kursi yang semula terjatuh lalu menaikinya dan melepaskan jeratan ikatan leher yang digunakan sebagai perantara untuk mengantarkan anaknya pada hembusan napas terakhirnya.

Setelah itu Paman Jo menggendong Kyulkyung dan mendaratkan kepalanya pada kedua pahanya yang menopang pada kaki yang terlipat. Ia memeluk Kyulkyung dan bersembunyi di balik ceruk kepala anak semata wayangnya itu dengan isakan kecil yang mulai terdengar.

Sekuat mungkin aku menahan tangis dengan menyumpal erat mulutku dengan tangan saat mendengar kedua orang tua sahabat terbaikku terlihat seolah kehilangan seluruh dunianya sekarang.

Hatiku terasa seperti di iris perlahan-lahan.

****

Aku baru saja keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan diri dengan berendam selama kurang lebih 30 menit di sana. Aku benar-benar kacau.

Ditambah lagi suara berisik orang diluar sana membuat kepalaku makin pening saja. Di luar orang-orang sedang melayat Kyulkyung yang akan di lakukan pembakaran jenazahnya sekitar 2 jam lagi atau pukul 10 pagi.

Aku meraih headset di nakas untuk menyumpal telingaku dengan musik-musik terapi yang biasanya bisa membuatku lebih tenang, tapi belum aku memasangnya ponselku berbunyi.

Aku menggertakkan gigi melihat nama penelpon video call itu dan dengan seluruh emosi yang bergejolak di dada aku mengangkatnya.

"Halo," ucapku dengan nada dan tatapan yang dingin.

"AHAHAHA! Gimana rencana gue berhasil kan?" ucap si penelpon dengan tawa remehnya, aku mengepalkan tangan sampai buku-buki jariku nampak memutih dan berbekas.

"Bangsat lo Jinyoung! Kalo gue tau ini bakal terjadi gue nggak akan pernah mau nolong lo. Kyulkyung meninggal!" air mata beserta isakan-isakan yang sedari tadi ku tahan akhirnya tak terbendung lagi.

"M-maksud lo-" terlihat wajahnya yang semula berseri menjadi nampak kebingungan.

"Dia bener-bener ngegantung diri Young! Kyulkyung meninggal! Dan ini semua karena lo! Gue nyesel," aku menutupi mulutku dengan sebelah tangan menahan suara isakan.

"G-gue nggak bermaksud buat dia beneran bunuh diri. Gue cuma mau bikin dia sadar kalo dan nyesel karena udah-

"Y-Young, di belakang lo-siapa?" tanyaku yang bingung melihat wanita dengan rambut yang menutupi wajahnya berada tepat di belakang Jinyoung.

"Hah?" wanita itu lalu memegang bahu Jinyoung dan aku terbelalak saat melihat rambutnya tersibak-K-Kyulkyung?

Tiba-tiba video call ini menampilkan layar yang kresek-kresek dan terputus begitu saja. Aku menelan saliva kasar dan mendudukan diri di pinggiran kasur.

Mungkin cuma halusinasi gue aja. Aku terus memantapkan kata itu dalam diriku lalu menyumpal telingaku dengan headset.

Aku menangis saat lagu kenanganku dengan Kyulkyung terputar.

Kyulkyung. Kalau gue tau ini akan terjadi, gue nggak akan pernah ngebantu Jinyoung-sepupu gue yang fakta itu nggak pernah lo tau-untuk melakukan kebohongan kematiannya.

Gue nggak akan nunjukkin lo di krematorium mana abu palsu Jinyoung di letakkan. Gue nggak akan nyalain laptop lo yang memang udah lo matiin semalam. Gue nggak akan menaruh tali itu di leher gue. Gue nggak akan-gue benar-benar minta maaf, untuk semuanya.

Semoga lo tenang di sana.

Lalu musikku tiba-tiba terhenti. Aku terus memutar tanda play tapi tetap tidak bisa menyala.

"Lo tega, Xiao," aku meniti setiap inci di kamar ini saat mendengar suara Kyulkyung beberapa kali terdengar.

Tapi aku tak menemukan di mana suara itu berasal. Karena suara itu seperti memenuhi isi kepalaku.

"Pembohong," aku lagi-lagi meniti mencari letak sumber suara itu yang sebenarnya percuma.

Tapi aku berhenti saat melihat pantulanku di kaca karena di belakangku terdapat seorang wanita yang persis sama seperti yang ku lihat di video call tadi.

"Akhirnya, kau melihatku," suara itu lagi. Aku menoleh ke belakang tapi tak ada apa-apa.

Dan saat aku menoleh ke kaca.



Aku melihat wanita itu sedang meraba wajahku. Dengan tangan busuk yang berlumuran darah.


__________

EHEHEHEH GAJE BANGET

PENGEN GUE KASI GAMBAR TP GUE MASI BAEK KESIAN JANTUNG LU WKWK

Btw gue kangen banget ama pristin ah auah pledis ngeselin pen gua bakar baayyy

GAIB - k.idolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang