TWENTY TWO

6.7K 541 69
                                    


Jangan lupa vote and comment loh 🔪🔪🔪 😂😂😂😂 Makasih ♡♡


Mereka berdua sama-sama tahu, mereka memiliki sebuah magnet yang yang tak terlihat. Mereka tahu, mereka akan sama-sama merasakan sakit jika terus bersama, mereka juga tahu tidak ada satupun orang yang mengerti tentang perasaan mereka. Mereka tahu, mereka begitu egois, Alice menginginkan kebahagiaannya, dan Kevin menginginkan kebahagian Alice. Saat Alice bersama Kevin, maka Celine akan tersakiti, dan saat Kevij bersama Alice, tentu saja Alice akan tersakiti. Sedangkan Kevin akan merasa sakit jika dengan keduanya, selama Celine tidak juga menunjukan kesembuhannya pada Kevin. Ini terlalu menyiksa untuknya,

Tapi, untuk hari ini saja, Kevin ingin memeluk Alice, tanpa memikirkan Celune dan kebahagiaan Alice. Ia ingin lebih mengeratkan pelukan dan ciumannya kepada Alice morgan. Iya, Alice morgan. Wanita dengan mata berwarna hijau, dengan senyum merekah yang mampu melumpuhkan saraf Kevin, wanita tercantik di dunia untuk Kevin setelah ibunya. Ia masih sangat mencintai wanita itu. Wanita yang sudah meninggalkannya seorang diri. Dan sekarang, wanita itu kembali membawa kegundahan di dalam dirinya. Antara maju...atau mundur.

Ruangan itu bersuarakan cecapan Kevin dan Alice, Alice mencium Kevin tidak sabaran. Begitupun dengan Kevin, mereka saling melumat, menjilat, dan tarik menarik lidah mereka. Alice merasa terbakar, dingin di tubuhnya kian memanas karena pria di hadapannya. Ia merasa telah menemukan kebahagiaannya, untuk saat ini.

Dahi mereka bertemu, dengan napas tersengal-sengal. Dengan posisi tubuh alice berada di meja, dan Kevin berada diantara kedua pahanya. Alice memeluk leher Kevin, dan Kevin memegang pinggang Alice.

"A...aku merindukanmu" ucap Alice lirih. Ia masih mencoba mengatur napasnya yang sedikit berantakan. "Sebentar saja, aku ingin berdekatan denganmu seperti ini"

"Ini salah, Alice" bisik Kevin. Ia mengeratkan pelukannya di pinggang Alice, hati dan mulutnya berbeda ucapan. Bohong jika Kevin tidak ingin berdekatan seperti ini bersama Alice, ia selalu menginginkannya. Dan sepertinya, Kevin dan Alice sama-sama mabuk. Mereka melupakan segalanya untuk sesaat. "I miss you so much, Alice Morgan, Alice Dallas"

Alice dallas. . .

Betapa menyenangkannya mendengar namanya bersatu dengan Kevin, ini seperti mimpi untuk Alice. Berdua bersama Kevin, berciuman panas bersama Kevin, dan saling menyebut nama masing-masing dengan begitu intim. Alice merintih, saat tangan Kevin menelusuri bagian tubuhnya melalui belakang kaos oblongnya. Kevin menyentuh payudaranya dengan penuh penekanan. Mengusap puncak payudaranya yang sudah begitu tegang memalukan. Tubuh Alice memang tidak berbohong, tubuhnya selalu bereaksi jika Kevin menyentuhnya. Kevin selalu membawanya ke puncak kenikmatan tanpa memasuki dirinya.

Kevin ingin menahan segala keinginannya untuk membuat Alice merintih lebih keras. Namun tangan Alice mencekal tangannya dengan membantunya menekan tangannya. "Alice, kau tahu ini tidak benar"

"Ini benar, Kevin. Ini benar" bisik Alice dengan menyurukan kepalanya ke leher Kevin, menciumi leher wangi Kevin. "Aku menginginkan-nya". Kevin tersentak dan menatap Alice dengan terkejut. Mereka tidak pernah benar-benar melakukannya. Keintiman yang mereka berikan hanya sebatas ini, dan betapa terkejutnya Kevin saat mendengar Alice begitu menginginkannya. Kevin merasa lega, saat mendapati Alice pingsan.

Alice mabuk!

Setidaknya Kevin memiliki alasan untuk menghentikan semuanya. Meskipun tubuh dan hatinya terbakar hanya dengan berdekatan dengan Alice seperti ini.

**

"Apa kau merasa baikan?" Lucas mengamati wajah Celine yang sedikit pucat karena sedikit tidak enak badan.

I'M YOUR'S ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang