THIRTY ONE

5.7K 481 73
                                    

Akhirnya bisa up juga 😭
Yang mau ngevote pas mau baca berarti tahu cara menghargai karya orang  😊,
Dan aku ucapkan terimakasih yang udah bersedia ngeVote😊😘 
Yuk ah... jangan lama2...
Happy reading 🙆‍♀️

*sebelumnya maaf kalo banyak typo. Sama merem nulisnya 😆

Kedatangan Alice membuat Daniel terkejut. Pasalnya Daniel yang selalu menemui Alice terlebih dahulu. Daniel mencium pipi Alice seperti biasanya.

"Aku senang kau menghubungiku lebih dulu" kata Daniel. Daniel merangkul bahu Alice, mengajaknya duduk bersama di sofa  yang tersedia di ruangan kerjanya. Daniel baru saja menerima tawaran ayahnya, untuk memulai pekerjaannya secara resmi di perusahaan Wellington.

"Kau nampak berbeda hari ini Niel?"

"Tidak. Aku memang selalu seperti ini", bantah Daniel tersenyum. "Kopi? Teh?" Tawarnya.

"Americano",

Daniel mendengus. Kemudian tersenyum kecil. Jelas sekali Alice tidak ingin meminum apapun saat ini. Tapi ia tetap akan menuruti permintaan Alice hari ini. Ia memencet tombol telepon ruangannya ke sekretaris pribadinya.

"Bawakan aku Americano yang berada di ujung jalan" pintanya. Daniel menaikan kedua bahunya saat Alice menatapnya tak percaya. Padahal ia hanya bercanda. "Jafi Alice, aku penasaran dengan kedatanganmu hari ini yang begitu mengejutkan. Karena ini pertama kalinya kau menghubungiku lebih dulu, aku akan mentraktirmu Americano kesukaanmu. Tapi tentu saja, kau harus membayarnya lain waktu",

Alice tertawa tak percaya. "Aku bahkan belum mengganti acara menonton waktu itu"

"Terimakasih sudah mengingatkan. Sebenarnya aku sudah lupa, tapi kebetulan sekali kau mengingatkanku. Jadi... kapan?"

"Apanya?" Alice mengangkat bahunya.

"Menonton bersama. Ah, mungkin lebih tepatnya, kapan kita berkencan lagi?", Daniel berbohong. Bagaimana mungkin ia lupa, jika ia pernah berkencan dengan Alice morgan di bioskop. Ia bahkan tidak pernah lupa saat mengetahui, Alice tengah mengejar Kevin dallas. Daniel tepat di belakang alice saat tiba-tiba Alice memintanya ijin untuk ke toilet. Ia juga melihat Alice menyapa pria itu. Dan melihat Alice kembali menangis. Sebenarnya Daniel tahu, jika Alice tidak benar-benar menonton film dengannya, Alice menangis. Hanya saja, Daniel beroura-pura untuk tidak mengetahuinya. Ia tidak mau, membuat Alice semakin bersedih dengan sejuta pertanyaannya. Alice memang selalu menangis di belakang Daniel. Dan Daniel mengetahuinya, mata sembab Alice mengatakan segalanya. Hidung dan bibirnya akan semakin memerah jika dirinya tengah menangis. Namun bukannya terlihat buruk setelah menangis, wajah Alice malah semakin terlihat kealamiannya yang cantik secara natural. Dan anehnya, Daniel menyukai Alice yang seperti itu, Alice yang alami.

"Mungkin lain waktu"  jawab Alice tenang. Ia memainkan jemarinya, Alice tidak tahu harus memulainya dari mana. Ia kemari tidak lain untuk membahas lamaran yang datang dari ayah Daniel. Ia ingin mendengarkan penjelasan dari Daniel. Dan ia juga ingin meminta Daniel untuk meminta tuan Wellington mengurungkan rencananya. "Daniel, aku-"

"Selamat datang Alice!", Alice mengedarkan pandangannya, saat kedatangan tuan Wellington membuat Alice terkejut. Tuan Wellington melebarkan tangannya, menyambut kehadiran Alice di kantornya. "Aku senang kau berada disini"

Alice mengangguk setelah menyambut pelukan hangat tuan Wellington, ayah Daniel. Pria paruh baya yang begitu ramah, sama seperti Daniel. Alice pernah bertemu beberapa kali dengan tuan Wellington, tapi tidak sampai sedekat ini. Mereka hanya bertegur sapa saat Daniel mengajaknya untuk bertemu dengan ayahnya. Alice pikir, orang sesibuk dirinya tidak mungkin akan mengenal Alice, tidak mungkin memperhatikan, bahkan mengingat Alice. Apalagi mengingat mereka adalah orang besar, Daniel pasti memiliki banyak kenalan wanita yang mungkin juga telah di kenalkan kepada ayahnya. Dan di luar dugaan, tuan Wellington malah melamar dirinya atas nama Daniel. Bagaimana bisa?

I'M YOUR'S ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang