Zahra's Life #13 - Revised ✅

1.7K 69 0
                                    

[2241 words]

..........

Zahra dan Adit baru saja tiba di rumahnya, tak lama disusul taksi yang tadi mereka pesan untuk mengantar barang bawaan mereka. Jalanan memang sangat macet pada tadi siang, sehingga barang mereka baru sampai.

Barang-barang di masukkan langsung ke dalam dapur dibantu oleh pak supir. Sementara Zahra langsung membereskan belanjaannya ke tempat yang ada.

Zahra mengemas mulai dari Daging, telur, bumbu-bumbu dan sayuran. Sisanya kemudian camilan yang begitu banyak. Zahra bakan berpikir, apakah ini tak terlalu banyak. Tak mau ambil pusing Zahra hanya mengemas camilan ke tempat yang tersisa.

Saat Zahra tengah sibuk memasukkan camilan, terlihat Adit tenah berjalan mendekat ke arahnya. Sepertinya dia baru saja mandi, karena terlihat dari rambutnya yang masih sedikit basah.

"Loh, udah mau beres?" tanyanya.

"Ya."

Zahra tersenyum.

Adit melihat pada keresek yang ada dibawah, "Yang ini jangan di beresin." ucapnya.

"Loh emang kenapa? Gapapa, biar sekalian aja"

"Gak usah, rencananya malam ini aku mau begadang melajarin laporan-laporan tentang perusahaan." jawabnya.

"Kamu suka ngemil ya, A?" tanya Zahra

"A?" Adit terheran dengan panggilan baru Zahra untuknya.

Zahra mengerti maksud Adit lalu menunduk malu, tiba-tiba Adit mengenggam tangan Zahra dan menariknya agar mengikutinya ke arah ruang tv.

Zahra hanya bisa pasrah. Dia sudah bisa menebak, Adit pasti akan bingung dengan panggilan barunya. Tapi dia tak menyangka, jika akan menjadi seperti ini.

Adit orangnya sangat suka berdiskusi. Jika ada hal yang menurut dia penting, dengan cepat Adit akan berdiskusi untuk memperjelas semuanya.

Zahra dan Adit sudah duduk di sofa yang ada disana. Adit memandang Zahra di sudut tempat duduknya sementara Zahra hanya terus menunduk.

"Aku gak akan marah atau apa pun.  So, santai aja." ucapnya.

Zahra mulai menarik nafasnya panjang lalu mulai mengangkat wajahnya memberanikan diri untuk menatap Adit.

"Ya, apa yang mau kamu omongin?" tanya Zahra dengan berani.

"Soal panggilan kamu."

"Sebenarnya beberapa hari sejak kita menikah, aku merasa kurang sopan aja bicara sama kamu tapi pakai nama langsung. Hal itu makin diperkuat dengan omongan dari Mamahku yang wanti-wanti ke aku agar bisa lebih sopan. Ditambah lagi pas hari tadi, aku baru sadar ternyata gara-gara aku yang manggil kamu dengan sebutan nama membuat aku jadi segan ngomong langsung dan hasilnya kita kurang banget komunikasi. Kamu tadi liat kan gimana marahnya bunda saat kita yang gak bisa diatur." jelas Zahra lalu menunduk kembali.

Adit mengangguk-anggukan kepalanya, 'bener juga'  batinnya dalam hati.

"Maaf." ucap Adit, Zahra langsung mengangkat wajahnya.

"Untuk?" tanya Zahra.

"Aku gak nyadar kalau hal kecil kaya gini bisa jadi berdampak cukup besar. Ini salah aku juga, kayanya aku terlalu menutup diri dan diam terus. Mulai saat ini aku akan coba untuk gak nutup diri lagi." ucap Adit.

Zahra menggeleng cepat, "Gak perlu dipaksain, aku tau sifat kamu memang kaya gitu, sangat sulit untuk mengubah sifat. Biarin dia berubah sesuai waktu, kalau dipaksain nanti akan berdampak bagi kamu, aku maupun keluarga."

Zahra's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang