Zahra's Life #47 [END] - Revised ✅

4.2K 81 25
                                    

[2705 words]

.............

Bandung, 15 Juni 2020

Adit menatap gundukan tanah yang ada di depannya. Setetes air mata berhasil lolos di dalam matanya, namun dengan cepat dia menghapusnya.

Sudah sekitar 8 bulan. Selama itu, Adit baru lagi kembali ke tempat ini. Adit mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Zahra yang berada di sampingnya dengan kursi roda yang di pakainya.

Saat Zahra sadar dan mengetahui kondisinya yang harus kehilangan kaki, Zahra hanya menjawab, "Tidak apa-apa, ini sudah takdir, kita hanya bisa menerimanya."

Adit sempat takjub dengan jawaban yang Zahra lontarkan saat itu, Adit pikir Zahra akan menangis melihat keadaannya yang sudah tidak sempurna.

Namun semua keadaan berubah, saat Zahra menanyakan keadaan mengenai para bayinya di dalam perut Zahra. Zahra belum mengetahui kalau dirinya telah koma hampir 8 bulan lamanya. Dengan susah payah Adit menjawab pertanyaan Zahra, memberitahukan dengan halus kalau mereka tidak selamat. Respon Zahra hanya diam saat itu namun perlahan air mata Zahra turun dengan sendirinya, tidak ada tangisan yang meraung, tapi air mata Zahra tidak mau berhenti. Adit langsung memeluk Zahra, menenangkannya dan memberi nasihat kalau ini semua telah di atur oleh Yang Maha Kuasa, seperti kata Zahra sebelumnya, kita hanya bisa menerimanya.

Zahra terus menangis dalam pelukan Adit, isakan kini sangat dominan. Ibu mana yang rela kehilangan buah hati yang bahkan sama sekali belum pernah di lihat olehnya, selama beberapa bulan Zahra selalu membawa mereka kemana pun, mengajaknya berbicara dan selalu membagikan semua hal yang dilaluinya dengan mereka. Dan kehadiran mereka juga menjadi obat saat Zahra baru saja kehilangan kedua orang tuanya, menjadi pelita saat masalahnya dengan Adit yang membuat Zahra benar-benar terluka. Zahra kuat selama ini karena mereka. Mereka alasan terbesar di tiap keputusan yang selalu Zahra ambil.

Tetapi mendapatkan kenyataan pahit seperti ini, rasanya pelita yang menerangi Zahra seakan dipadamkan dengan paksa. Semangat hidup yang terus Zahra kobarkan, perlahan mulai di tenggelamkan. Air mata yang selalu Zahra tahan, tiba-tiba langsung keluar tak tertahankan. Fira, Rina dan Feri hanya bisa diam melihat Zahra yang terus menangis dalam pelukan Adit saat itu, bahkan Rina dan Fira ikut menagis juga saat itu, merasa kasihan pada Zahra.

Adit tak mencegahnya. Zahra berhak untuk memangis, selama ini Zahra selalu menahan tangisan yang harus keluar dan kini tangisan itu keluar, Adit hanya membiarkannya. Menangis tidak akan membiarkan Rizvan dan Rizwan kembali, tapi setidaknya beban di pundak Zahra akan sedikir berkurang. Sesekali Adit ikut menghapus air mata yang berhasil lolos dari sudut matanya, rasanya menyakitkan mendengar isakan Zahra yang tertahan. Zahra pasti tidak ingin menagis, tapi nyatanya tangisan itu tidak bisa lagi Zahra tahan sehingga tangsisan Zahra malah terdengar begitu memilukan. Adit hanya bisa mengusap pelan punggug Zahra untuk menenangkannya, menghapus air mata Zahra yang tak henti-hentinya keluar saat itu.

Setengah jam lebih Zahra menangis saat itu. Setelah keadaanya sudah lebih tenang, Adit mulai menceritakan mengenai apa yang terjadi. Semuanya, tidak ada yang terlewat sedikitpun. Mulai dari bagaimana Zahra kecelakaan, hari kebenaran, hingga keadaan Zahra yang koma hampir selama 8 bulan lamanya.

Zahra sempat terkejut mengetahui keadaan yang sangat jauh dari pikirannya. Banyak hal besar yang Zahra lewatkan selama koma, Zahra bahkan masih belum menyangka jika semuanya terjadi. Dan satu hal yang paling Zahra tidak bisa terima, mengenai Sinta yang harus di penjara. Saat itu, Zahra langsung mengungkapkan ketidaksukaannya, kenapa harus lewat hukum padahal maaih bisa di bicarakan secara kekeluargaan. Ternyata Rina yang meaporkan Sinta, menurut Rina Sinta harus mendapatkan ganjaran yang setimpal, tapi Zahra tetaplah Zahra, Zahra tetap dengan pendiriannya, selesaikan masalah dengan kepala dingin.

Zahra's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang