[2279 words]
..........
Tanpa diduga, sejak hari dimana Citra mengobrol dengan Zahra mereka menjadi lebih akrab, malah Zahra sudah menganggap Citra seperti Kakaknya sendiri. Citra pun tidak sediam dulu. Karena kebaikan Zahra, dia bisa kembali ceria, walaupun kenyataan pahit masih tidak bisa diterima. Mungkin, waktu yang akan menjawabnya.
Zahra masih belum ingat siapa Citra, dan kapan bertemu dengannya. Walaupun Citra sudah menjelaskan kronologi lengkapnya namun Zahra masih tidak mengingatnya. Ingatan Zahra sangat buruk dalam mengingat orang atau peristiwa. Dari cerita Citra, Zahra hanya bisa menangkap kalau Citra adalah mantan pacar sekaligus teman dari Adit. Zahra tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, toh sudah masa lalu. Tidak baik mengungkit hal-hal yang sudah mencoba dikubur oleh seseorang, Adit sebelumnya tak menceritakan hal ini karena mungkin dia sudah melupakannya.
Adit pernah berkata pada Zahra. Segala hal tentangnya sudah di beritahukan pada Zahra, jika ada yang belum artinya Adit sudah mengubur hal itu dalam-dalam. Dan Zahra percaya itu, bukankah dalam suatu hubungan kepercayaan itu harus terjaga Sekarang, Zahra jadi banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Citra dan Iyan. Untung saja Adit mengizinkan, awalnya tidak mengizinkan karena akan pergi dengan Iyan, namun setelah diberitahu akan ada sepupunya Iyan, Adit mengizinkan Zahra. Lagian Adit pikir, kasihan Zahra jika hanya berdiam di rumah sendiri sedangkan Adit pergi bekerja. Lebih baik dia pergi bersama temannya, membuka diri.
Seperti hari-hari sebelumnya, Zahra, Iyan dan Citra selalu makan siang bersama. Di berbagai cafe, kali ini pun sama. Mereka mengunjungi salah satu cafe rekomendasi dari Citra.
Sampai di cafe, mereka langsung memesan makanannya. Zahra memesan, nasi putih dengan lauknya, minumnya air mineral. Selalu saja seperti itu. Sedangkan Iyan, dia memesan steak dan beberapa camilan, dengan minum jus alpukat dan teh manis. Iyan memang rakus. Sementara Citra, dia memesan ayam geprek dengan level 5, awalnya Iyan menolak perminataan sepupunya itu tapi Citra bilang itu permintaan bayinya. Mau tidak mau Iyan menurut.
Soal kehamilan Citra, dia belum bisa bercerita kepada siapa pun. Rasanya Citra terlalu enggan. Zahra sangat baik, akan sangat buruk kondisinya apabila Citra memberitahukan cerita kehamilannya pada Zahra.
Zahra mengerti akan hal itu, memang sulit untuk berbagi. Apalagi hal itu adalah hal yang membuat pengaruh besar dalam hidup. Yang terpenting sekarang bagi Zahra, Citra sudah tidak murung seperti dulu lagi.
Tak lama pelayan datang dengan makanannya. Saat sudah tersaji di depan meja. Citra malah menatap makanan milik Zahra dengan mata yang berbinar.
Zahra melihat itu, cukup mengerti. "Kamu mau punya aku, Cit?" tanya Zahra.
Citra langsung mengangkat kepalanya memerhatikan Zahra dengan mata yang berbinar. Zahra hanya mengangguk, lalu memberikan makanannya pada Citra, kasian kalu tidak dituruti, lagian tidak baik juga jika Citra memakan makanan pedas yang dipesannya tadi.
Zahra hendak memesan lagi, namun belum dia mengangkat tangannya Citra sudah menahannya.
"Kamu makan punya Iyan aja Za, biar Iyan makan punya aku. Sayang kalau dibuang, mubadzir."
Iyan langsung membelakakan matanya, hey, apa-apaan itu. Bagaimana bisa Iyan menyantap pesanan milik Citra, sedangkan Iyan sendiri tidak suka pedas.
"Cit, lo kan tau, gue gak suka pedas?" protes Iyan.
"Iya. Tapi Zahra gak mungkin makan pedas, dia gak bisa."
"Ya tapi kan sama, gue juga gak bisa. Bisa-bisa besok masuk RS gue."
"Iya gue tau, tapi gue pengen lo yang makan, Yan. Gak tau kenapa, mungkin permintaan babynya."
Iyan memutar bola matanya jengah, selalu saja menggunakan alasan bayi. Iyan paling tidak bisa menolak, bagaimanapun Iyan sangat suka anak kecil, dan Iyan gak mau ya kalau nanti ponakannya ileran karena keinginannya tidak dituruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra's Life
Ficción General[Completed] Update : Tiap Kamis Hidup Zahra langsung berubah saat Ibunya memberitahukan mengenai janjinya dulu pada sahabat dekatnya, perjodohan Zahra dan anak teman Ibunya, Adit akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Zahra memang mengetahui hal itu...