[3403 words]
..........
Bandung, 26 Agustus 2019
06.40 WIBZahra dan Adit berjalan berdampingan untuk menuju ruang BEM, kali ini Adit datang lebih pagi karena ada briefing tambahan sebelum pelaksanaan acara OSPEK di hari terakhir ini, karena berupa pentas seni mini khusus untuk mahasiswa baru.
"Aku tunggu di luar aja ya A?" pinta Zahra, masih sambil berjalan.
Adit diam, tidak menjawab Zahra. Dia kini malah menarik tangan Zahra. Dalam hati, Zahra berpikir sudahlah, pasti tidak di izinkan. Zahra hanya diam mengikuti Adit dari belakang. Masih pagi, tapi ternyata para Mahasiswa baru sudah mulai ada yang beratangan walaupun tidak banyak.
Adit terus berjalan, sampai-sampai melewati ruang BEM yang seharusnya mereka tuju. Langkah Adit terhenti di salah satu bangku yang berada di dekat ruang BEM.
"Yaudah, kamu tunggu disini aja. Rapatnya gak akan terlalu lama kok, cuma nanya kesiapan para panitia yang lain saja. Setelah rapat selesai, Aa pasti cepat-cepat ke sini."
Zahra hanya mengangguk. Setelah mengatakan hal itu, Adit pergi untuk rapat meninggalkan Zahra sendiri disana. Sebenarnya, tidak sendiri juga. Ada beberapa mahasiswa baru dan panita yang mengatur lapangan.
"Hai."
Zahra mengalihkan pandangannya ketika ada seseorang yang menyapa. Seorang perempuan. Zahra tersenyum pada perempuan itu lalu menengok ke kanan dan kirinya, kursi yang di dudukkinya sudah ada orang lain yang menempati, dia menggeser sedikit tubuhnya memberikan ruang untuk perempuan itu duduk.
"Duduk." perempuan itu mengangguk lalu duduk di samping Zahra. Zahra kembali mengalihkan matanya ke arah lapangan untuk melihat para mahasiswa baru yang mulai berdatang. Sedikit mengenang dirirnya dulu saat melaksanakan OSPEK, memang berat tapi seru juga, pengalaman. Apa lagi waktu bela negara. Sungguh sangat tidak di duga Zahra. Zahra pikir hanya berisi materi tentang nrgara saja tapi juga hampir sama seperti pelatihan pada seorang tentara, walaupun hanya latihan dasarnya saja. Tapi tetap saja, Zahra tidak berminat menjadi tentara jadi dia sedikit kewalahan. Tetapi untungnya semua bisa di lewati Zahra dengan baik. Bahkan pelatihan bela negara masuk dalam list hal-hal yang dilakukan Zahra namun dia tidak menyangkanya sama sekali.
"Hai." Zahra kembali mengalihkan pandangannya ke arah suara. Dia menunjuk dirinya sendiri yang di angguki oleh perempuan itu.
"Maaf, saya gak tau kalau ternyata Mbak mau bicara sama saya." Perempuan itu tersenyum dan menganggiuk tipis.
"Masih inget gue, gak?"
Zahra terdiam. Pasalnya dia suka lupa kalau hanya bertemu satu atau dua kali dengan seseorang. Pasti perempuan ini baru di temui Zahra satu atau dua kali, soalnya Zahra sama sekali tidak mengingatnya.
Zahra tersenyum lebar, lalu mengatupkan kedua tangannya.
"Maaf banget Mbak, Mbak beneran kenal saya? Saya sama sekali ngak inget pernah kenalan sama mbak. Kalau iya pernah dan ternyata saya lupa, saya mohon maaf sekali."
"Angel," ucapnya menjeda sebentar "Ingat nama itu?" lanjutnya.
Zahra kembali terdiam, lebih tepatnya berpikir dan memutar otaknya untuk mengingat tentang perempuan yang bernama Angel ini. Namun sayang, lagi-lagi Zahra tidak mendapatkan apa-apa. Zahra menggeleng menjawab pertanyaan dari Angel itu.
"It's ok. Gak papa kalau memang lo gak inget gue. Gue cuma mau bilang, sorry aja buat--" Ucapannya terhenti tiba-tiba karena melihat Zahra yang di tarik dari tempat duduknya. Awalnya Zahra sedikit tersentak kaget dan heran, namun saat melihat itu Adit rasa kagetnya sudah tidak ada. Tapi herannya masih ada dan malah besar, untuk apa Adit menariknya tiba-tiba seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra's Life
General Fiction[Completed] Update : Tiap Kamis Hidup Zahra langsung berubah saat Ibunya memberitahukan mengenai janjinya dulu pada sahabat dekatnya, perjodohan Zahra dan anak teman Ibunya, Adit akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Zahra memang mengetahui hal itu...