Zahra's Life #15 - Revised ✅

1.9K 72 2
                                    

[2656 words]

..........

Bandung, 19 Maret 2019
12.30 WIB

Masa libur semester akhirnya telah selesai, kini Zahra dan Adit harus kembali ke rutinitasnya, yaitu sebagai mahasiswa/i.

Jadwal diantara mereka berdua lagi-lagi sulit untuk disesuaikan bahkan selalu bertolak belakang. Hal ini juga yang menyulitkan mereka untuk berangkat bersama atau pun pulang bersama.

Sudah hampir satu bulan mereka masuk kuliah kembali, hubungan antar keduanya baik. Adit dengan temannya berkembang cukup pesat Adit mulai bisa berkomunikasi dengan panjang. Dan Zahra dengan Iyan mereka menjadi teman yang saling membantu satu sama lain.

Perihal komunikasi antara mereka berdua. Perkembangan yang sangat pesat, sekarang Adit sering berbicara pada Zahra walaupun mereka berdus tidak bisa selalu bersama karena kesibukannya masing-masing. Tapi mereka selalu menyempatkan untuk mengobrol bersama, di saat bertemu, waktu senggang atau pun sebelum tidur.

Hubungan mereka berdua pun makin baik, Zahra mulai terbiasa dengan tugasnya sebagai istri yang mengurus rumah ataupun suaminya.

Zahra memasuki semester 2, jadwalnya lebih padat dari pada semester 1. Padat yang dimaksud ialah dari pagi sampai sore Zahra lakukan di kampus tapi belajarnya selang-seling. Misalnya seperti masuk jam 8 keluar jam 9.40 masuk lagi jam 10.20 keluar jam 12. Lalu istirahat lama masuk-masuk lagi jam 4 sore.

Inginnya Zahra pulang, namun sayang akan uang. Ikut ke kosan orang, Zahra tak terlalu kenal. Akhirnya perpustakaan yang menjadi pelarian. Tak lupa dengan laptop yang selalu dibawanya.

Sedangkan Adit sekarang masuk semester 4, lebih banyak prakteknya dari pada teori. Tapi karena Adit mahasiswa pindahan ia harus mengejar SKS yang berbeda di kampus ini. Jadi jadwalnya makin padat. Bahkan Adit pun berencana akan mengikuti UKM kampus.

Adit bekerja saat urusan kuliahnya telah selesai, biasanya dari jam 5 sore sampai 8 malam. Kerja Adit hanya mengawasi kinerja sekalian menghitung penghasilan yang keluar dan evaluasi untuk tiap harinya.

Sekarang, Adit baru mempunyai 1 cafe. Itu adalah hadiah pernikahan dari kedua orang tuanya, cafenya memang kecil tapi ini lebih dari cukup untuknya. Bahkan sebelumnya orang tuanya akan memberikannya sebuah restoran tapi Adit menolaknya. Dia ingin memilikinya dengan usaha sendiri, dan akhirnya orang tuanya hanya memberikan sebuah cafe yang baru didirikannya sejak pindah ke Bandung dan Adit tak bisa menolaknya karena orang tuanya yang kekeuh untuk memberi hal ini.

Jam kerja di cafe milik Adit buka sampai jam 9 malam. Itu pun dibagi menjadi 2 shift, biasnya saat penggantian shift Adit akan datang ke cafenya untuk sekedar menanyakan apa yang terjadi pada pegawai dan pelanggannya.

Seperti sekarang ini, Adit baru saja mengevaluasi pergantian jadwal shift pegawainya. Sejauh ini tak ada masalah yang serius tentang cafe. Rencana pengembangan cafe-pun berjalan dengan lancar selama ini.

"Sorry lama ya bro." Adit duduk di salah satu kursi yang ada disana, di seberangnya sudah ada Alfin dan Eka.

"Gapapa mau ditinggal lama juga. Apa lagi ada makanan kaya gini, gue rela nunggu berjam-jam." ucap Eka sambil terus memakan makanan yang ada di depannya kali ini.

Alfin menepuk keras bahu Eka. "Malu-maluin lo Ka,"

"Alah biasanya juga gue gini kan, lo tuh yang aneh biasnya juga lebih heboh dari gue, so jaim lo." balasnya.

"Gapapa Fin, kali-kali kan gue traktir."

Alfin mengangguk, "Dit, lo ada rencana buat ikut kegiatan kampus gak kaya BEM atau UKM gitu?" tanya Alfin.

Zahra's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang