[]
..........
Dengan perlahan, Adit berjalan ke arah Zahra yang sedang membaca sebuah buku.
Adit menarik kursi meja belajar miliknya menjadi lebih dekat dengan Zahra. Meskipun matanya fokus pada buku yang dibacanya, Zahra masih bisa merasakan jika ada seseorang yang mendekat ke arahnya. Dan dia bisa pastikan jika itu Adit, karena tidak ada siapapun lagi di rumah ini selain darinya dan Adit.
"Za!" panggil Adit.
Benar kan? Adit yang mendatanginya. Zahra hanya berdehem tanpa menengok.
"Udah ya marahan nya? Maafin aa!"
Zahra tetap diam di tempatnya. Dia tidak membaca buku sebenarnya, dia sedang melihat fotonya dan Adit saat melakukan sesi foto untuk resepsinya. Namun dihalangi oleh buku sehingga kelihatannya seperti sedang membaca buku.
"Za!" panggil Adit lagi. Namun Zahra masih saja tetap diam.
Adit mengambil buku yang Zahra gunakan secara tiba-tiba yang mbuat Zahra terkejut. Untung saja fotonya ikut terlipat bersama buku itu, kalau jatuh kan bisa bahaya.
Adit menyimpan buku itu dalam gemgamannya. "Maaf ya,"
Zahra membuang nafas berat lalu menunjuk ke arah buku yang ada dalam gemgaman Adit dengan ekor matanya agar kembali di serahkan kepada dirinya.
Adit langsung menggeleng ketika menangkap isyarat dari Zahra. Zahra hanya mengangkat bahu lalu pergi dari sana. Adit kecewa, dia pikir Zahra bakal meminta terus padanya dengan hal itu dia bisa sedikit mengobrol dengannya. Tapi ternyata tidak, Zahra malah pergi ke arah lemari dan mengambil laptopnya.
Adit menaruh kembali buku yang tadi di genggamnya. Lalu duduk menatap Zahra di tempat yang sama. Posisi Zahra sekarang berada di atas tempat tidur dengan laptop yang ada di pangkuannya.
Adit tidak bisa menganggu Zahra lagi. Kalau Zahra sudah memegang laptopnya, sudah pasti tidak akan bisa diganggu. Saat-saat biasa pun jika Zahra sedang memegang laptonya, Adit tidak bisa membujuknya untuk bicara bahkan memaligkan muka. Apalagi sekarang, Zahra sedang marah, sudah tidak ada harapan lagi.
Pernah Adit penasaran, hal apa yang menarik di laptop milik Zagra itu. Adit mengintipnya, Zahra tidak langsung menutup laptopnya seperti orang lain pada umunya. Malah membiatkannya tetap terbuka dan tetap melanjutkan apa yang dilakukannya.
Namun Adit bingung saat melihat ke arah laptop milik Zahra. Itu jelas sebuah tulisan. Entah itu cerita, opini ataupun pelajaran. Tapi yang Adit tidak mengerti adalah tulisannya. Entah bahasa apa itu? Tulisannya bukan abjad ataupun huruf Arab seperti yang dia tau. Tulisannya terasa sangat aneh dimatanya. Adit menanyakan hal itu, tapi Zahra tidak menjawabnya namun malah terus melanjutkan kegiatannya.
Dilain waktu, Adit bertanya kembali pada Zahra. Dan ternyata itu bukan tulisan dari negara lain. Tapi masih di negara indonesia. Itu adalah aksara Sunda. Ternyata Zahra menyukai sejarah. Dai bisa mengerti dengan lancar aksara sunda. Bukan hanya membacanya namun menulisnya juga. Biasanya dia artikan dahulu dalam bahasa Indonesia agar saat dia ingin membacanya lagi tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga. Walaupun kita mengerti bahasa asing dengan jelas tetap saja saat akan mengungkapkan atau mendengarnya sefikit memerlukan pikiran dari pada bahasa Ibu yang sudah kita kenal sejak awal.
Bosan hanya mentap Zahra di atas kursi, Adit pergi ke samping Zahra. Disisi lain kasur. Adit kembali melihat laptop Zahra. Namun kali ini bukan aksara sunda. Tetapi tulisan lain lagi, berapa banyak tulisan yang Zahra ketahui.
"Ini bukan aksara Sunda ka Za?" tanya Adit yang penasaran.
Zahra hanya menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra's Life
General Fiction[Completed] Update : Tiap Kamis Hidup Zahra langsung berubah saat Ibunya memberitahukan mengenai janjinya dulu pada sahabat dekatnya, perjodohan Zahra dan anak teman Ibunya, Adit akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Zahra memang mengetahui hal itu...