[2800 words]
..........
"Istri?"
"Iya."
Eka dan Alfin saling pandang, merasa tak percaya.
"Beneran?" tanya Alfin lagi untuk memastikan.
"Iya. Kalau gak percaya tunggu aja. Dia lagi ada di dalem." Adit membalikkan kepalanya menunjuk ke arah dalam mushola.
Alfin dan Eka sama-sama mengangguk menunggu orang yang dimaksud oleh Adit, sebelumnya Eka dan Alfin sudah berpindah tempat duduk masing-masing disebelah Adit memunggungi mushola.
"Maaf A lama, soalnya tadi pentul aku i-lang," ucap Zahra saat keluar dengan nada yang sedikit menurun saat di akhir karena terkejut orang-orang di sebelah Adit melihat padanya dan Zahra tau salah satunya.
"Zahra?" panggil Alfin.
Eka dan Adit langsung memakingkan muka ke arah Alfin. "Lo tau dia, Fin?"
Alfin yang tadinya masih melamun, memikirkan apa benar Zahra ini istri yang dimaksud oleh Adit atau bukan langsung tersadar ketika Eka bertanya padanya.
"Ah---iya. Dia adek tingkat yang nanya2 soal pa Ilham ke gue."
Eka hanya ber-oh ria mendengar jawaban dari Alfin. Eka dan Alfin langsung berpindah tempat duduk ke kursi yang ada di depan Adit. Membiarkan Zahra duduk di sebelah Adit sambil memakai sepatunya.
"Lo beneran istrinya si Radit?" tanya Eka pada Zahra.
Zahra hanya tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Wahhh, gak nyangka sih gue lo udah punya bini Dit. Gila, kapan lo nikahnya? Pantesan juga lo tinggal di rumah lo sendiri?" Eka bertanya terus tanpa henti, masih penasaran dengan kehidupan temannya.
Sementara Alfin, dia hanya diam menyimak. Jika melihat dari gelagat yang ditunjukan oleh Zahra, Alfin bisa menyimpulkan memang benar Zahra itu istrinya Adit.
Alfin tau ini salah, rasanya mulai tumbuh pada Zahra saat pertama kali dia bertanya padanya. Tapi setelah mengetahui hal ini, Alfin tak tau dia harus bersikap bagaimana.
Yang dia pikirkan hanya satu, lupakan perasaannya dan pertahankan persahabatan.
"Ya, lo ko gak cerita sama kita sih Dit? Bukannya kita ini temen?" Alfin mulai mencoba membuka suara. Menutupi perasaannya yang mulai tak karuan.
"Sorry, gue udah mau cerita waktu kalian datang ke rumah kalau kalian nanya siapa Zara itu. Tapi nyatanya kalian gak nanya sama sekali dan yaudah ..." Adit mengangkat bahunya pertanda pasrah.
"Iya sih salah kita juga."
"Oh ya, Za. Kenalin ini temen Aa dikampus. Dia, kamu kayanya udah tau." Adit menunjuk ke arah Alfin yang ditanggapi oleh Alfin dengan anggukan lalu senyuman.
Zahra pun membalasnya dengan senyuman. "Yang satu lagi, Eka." Zahra kembali tersenyum pada Eka sebagai tanda perkenalan.
"Berarti kita se-kampus dong Za. Ko gue gak pernah liat lo ya? Dan lagi gue gak pernah liat lo ama si Radit di kampus bareng?" Tanya Eka berbasa-basi.
Zahra terkejut, sekampus? Zahra dan Adit sekampus? Kenapa dia baru tau sekarang? Zahra pikir Adit berbeda kampus dengannya.
"Kita emang jarang berangkat bareng, soalnya jadwal selalu bentrok. Tapi kita pernah kok pergi atau pulang bareng, lo nya aja yang ngak tau. Bahkan sebelum ngampus disini, gue udah sering buat antar jemput ke sana." Adit langsung membantu menjawab, melihat respon Zahra yang hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra's Life
Ficción General[Completed] Update : Tiap Kamis Hidup Zahra langsung berubah saat Ibunya memberitahukan mengenai janjinya dulu pada sahabat dekatnya, perjodohan Zahra dan anak teman Ibunya, Adit akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Zahra memang mengetahui hal itu...