[4440 words]
..........
Bandung, 27 Oktober 2019
Hari pernikahan. Citra melihat pantulan dirinya di cermin. Senyum tidak bisa di sembunyikan. Rasa bahagia sungguh-sungguh sangat jelas Citra tunjukkan. Sinta ikut tersenyum melihat anaknya yang jelas terlihat bahagia. Setelah sekian lama, Sinta baru melihat Citra bahagia selepas ini. Seperti, orang yang tidak mempunyai masalah. Keinginan paling besar terwujud sesuai rencana. Yang pasti, Citra benar-benar bahagia.
Sinta berjalan memutar ke arah depan Citra lalu mensejajarkan tubuhnya dengan Citra yang sedang duduk. Sinta tersenyun lebar.
"Kamu bahagia?" tanya Sinta lembut. Citra mengangguk tanpa ragu, dengan senyum yang jelas-jelas tak bisa di tahannya.
Penantian lama Citra, akan terbayang hari ini. Kesalahan yang Citra lakukan akan lunas hari ini. Hari-hari menyakitkan yang di laluinya dahulu akan berakhir hari ini. Semua kesedihan Citra akan berakhir hari ini, di hari yang bahagia ini.
Hari ini, hari bersejarah bagi kehidupan Citra. Ingatkan Citra untuk selalu merayakannya dengan meriah kalau memang bisa di tiap tahunnya. Hari-hari seperti ini sangat langka terjadi dalam hidup Citra.
"Yuk! Udah ah senyum-senyumnya. Kita turun ke bawah. Semua orang sudah menunggu kamu." Citra mengangguki pernyataan Sinta lalu bangkit berdiri dan berjalan dengan memeluk lengan Ibunya itu.
Di puncak tangga, semua orang yang hadir di prosesi akad memusatkan perhatiaannya pada Citra dan Sinta yang sudah hadir, kecuali Adit dan Feri. Hanya Feri yang datang ke pernikahan Adit kali ini, Rina dan Fira masih menolak dengan keras keputusan Adit yang satu ini. Jadi, Fira dan Rina menunggu Zahra di rumah sakit berharap Zahra sadar dan mengagalkan semua ini walaupun sebenarnya sangat tidak mungkin Zahra melakukan hal itu, karena semua yang Adit lakukan hari ini adalah karena janjinya pada Zahra.
Senyum tak luntur dari mulut keduanya. Dengan perlahan, Sinta menggandeng Citra menuruni tangga. Dalam hitungan menit, Citra sudah duduk di samping Adit, senyum lagi-lagi tak henti terpancar dari wajah Citra sementara Adit tetap dengan sikap diamnya, menatap lurus ke depan tanpa sedikitpun menoleh saat Citra datang ataupun setelah di sampingnya.
"Baiklah, semua sudah siap dan ada. Bagaimana kalau kita mulai saja acranya," ucap Pak penghulu yang diangguki oleh semua orang yang ada disana, kecuali Adit dan Feri.
"Tunggu!" teriakan sesorang membuat Adit menghentikan tangannya yang akan menjabat pak penghulu. Adit mengalihkan padangannya pada suara, itu Alfin.
Adit hanya mengangguk kecil saat matanya bertatapan dengan Alfin, memberi isyarat lewat mata untuk langsung duduk saja tanpa mebuat rusuh seperti sekarang ini. Alfin membalasnya dengan senyuman dan angukkan kecil. Lalu Alfin berarah menatap ke luar dan menyuruh seseorang masuk.
Adit berdiri ketika melihat Marvin dan Banyu yang ada di kursi roda masuk kedalam rumah ini. Raut bingung mendominasi pikiran Adit, bagaimana bisa Alfin mengenal Marvin dan Banyu. Dan untuk apa Alfin membawa Banyu dan Marvin kesini? Dan kenapa cara Alfin datang dengan menghentikan acaranya sebentar.
Flashback On.
Alfin langsung menyelonong masuk begitu saja, dia bahkan menghiraukan penjaga yang jelas-jelas melarangnya sejak tadi. Alfin terus memaksa masuk, begitupun para penjaga yang juga berusaha menahannya. Alfin sendiri melawan 3 orang penjaga yang sudah jelas-jelas memiliki tubuh yang kuat dan teruji. Ya, Alfin kalah tarung. Dia sekarang sudah terbentur ke arah dinding karena dorongan yang keras.
Tidak bisa menahan emosinya lagi, Alfin kembali maju dengan sekuat tenaga namun lagi-lagi para penjaga itu mehannya. Kerusuhan tak dapat di hiraukan, antara Alfin yang ingin masuk dengan memaksa dengan para penjaga yang mencegah Alfin masuk dengan paksaan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra's Life
General Fiction[Completed] Update : Tiap Kamis Hidup Zahra langsung berubah saat Ibunya memberitahukan mengenai janjinya dulu pada sahabat dekatnya, perjodohan Zahra dan anak teman Ibunya, Adit akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Zahra memang mengetahui hal itu...