[2255 words]
..........
Adit terus saja berjalan kesana-kemari seperti setrikaan. Zahra yang melihat itu hanya bisa berdiam, kedua kalinya Zahra melihat Adit seperti ini. Jika sudah seperti ini, Adit benar-benar tidak bisa di ganggu. Kegundahannya mengisyaratkan kepedulian yang sangat tinggi.
Sebenarnya Zahra tidak ingat jika Marvin itu adalah salah satu teman Adit yang pernah datang ke pesta resepsi pernikahannya dulu. Ingat? Kapasitas otak Zahra saat mengingat wajah orang itu sangat buruk jadi harap di maklum saja. Yang terpenting, sekarang Marvin sedang di tangani oleh pihak medis.
Marvin masih di tangani oleh dokter di dalam. Zahra dan Adit sedang diluar ruangan penanganan. Bedanya Zahra duduk di kursi tunggu sementara Adit terus berjalan-jalan di depan pintu penanganan.
Zahra mengangkat tasnya agar berada di pangkuannya dia akan mengambil roti yang sempat di belinya tadi. Namun saat menunduk, Zahra melihat moda datah di kerudungnya, mungkinkah ini darah Marvin? Sepertinya iya. Luka Marvin di kepalanya sepertinya cukup parah buktinya saja ada darah di kerudung Zahra.
Zahra mengurungkan niatnya untuk membawa roti di tasnya. Zahra bangkit dari duduknya berjalan ke arah Adit.
"A, aku ke kamar mandi dulu." Adit menghentikan gerakan kakinya lalu menghadap ke arah Zahra.
"Mau di antar?"
"Gak usah. Cuma sebentar, bersihin kerudung aja."
Adit menyapukan pandangannya ke arah kerudung Zahra. Kemudian Adit menganggukan kepalanya.
"Hati-hati." Zahra lekas pergi setelah Adit mengucapkan hal itu.
Zahra pergi ke kamar mandi, membersihkan noda darah yang ada pada kerudungnya. Setelah selesai, Zahra berlalu ke kantin rumah sakit. Membeli beberapa makanan, bisa saja Adit belum makan. Kalaupun sudah, biar Zahra saja yang memakannya mumpung keadaan Zahra sedang lapar. Porsi makan Zahra juga bertambah banyak dari pada biasanya. Mungkin karena kehadiran 2 orang di dalam dirinya.
☁☁☁
Adit langsung masuk kedalam ruangan di mana Marvin di rawat. Marvin sudah di pindahkan ke ruang rawat.
"Sialan lo," Adit langsung memukul bahu Marvin yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit. Marvin hanya terkekeh kecil, sahabatnya ini tidak berubah.
"Ssst, jangan gitu! Kasian, baru juga sadar." Adit sedikit meringgis saat Zahra mencubit pelan tangannya.
Tidak lama terdengar suara tawa menggelegar di ruangan itu, ya! Marvin yang tertawa. Zahra menatap Marvin dengan tatapan bingung, sementara Adit dia menatap Marvin dengan kekesalannya.
"Ternyata lo bisa berubah juga ya Dit, gue pikir lo masih lo yang sama kaya dulu."
Adit menghiraukan ucapan Marvin dia malah menarik kursi dan menyerahkannya pada Zahra. "Duduk Za!" titahnya.
Zahra menuruti perintah suaminya itu, dia duduk di kursi yang si berikan Adit.
"Uhhhhhhh, so sweet banget si Radit. Gue mau deh." Adit langsung mengalihkan mukanya ke arah Marvin dan memeneri pelototan. Marvin benar-benar tidak berubah.
Marvin mencoba bangkit dari ranjangnya namun suara telepon menghentikan tindakannya. Zahra merogoh tas miliknya, handphone milik Marvin ada padanya. Zahra menyerahkan handphone itu namun Adit dengan cepat membawanya terlebih dahulu karena melihat Marvin agak kesulitan untuk menggapai handphone miliknya.
Tanpa melihat nama yang tertera Adit langsung mengangkat telepon itu dan memasang pengeras suara.
"Vin! Gue lupa ngabarin kalau si Banyu udah sadar, dia nyanyain lo. Kalau mau balik jangan lupa bawa pesenan gue ya, detailnya udah gue kirim lewat pesan. Ok babay gue orang sibuk jadi gak punya banyak waktu. Oh ya, jangan lupa janji lo buat naikin gaji gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra's Life
General Fiction[Completed] Update : Tiap Kamis Hidup Zahra langsung berubah saat Ibunya memberitahukan mengenai janjinya dulu pada sahabat dekatnya, perjodohan Zahra dan anak teman Ibunya, Adit akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Zahra memang mengetahui hal itu...