8

569 67 5
                                    

Budayakan vote dan komen ya...😊😊

“Hari ini kau tidak pergi bekerja, Yuri?” Tanya Nyonya Kwon yang sedang mengatur makan siang.

Yuri melewatkan sarapannya. Nyonya Kwon sudah membangunkannya tadi dan dia bilang akan bangun sendiri saat dia mau.

“Aku mengambil cuti hari ini.”

Wae?” Tanyanya lagi.

“Kondisiku sedikit kurang fit untuk bekerja.”

“Kau tidak perlu memaksakan dirimu bekerja. Istirahat sajalah di rumah.”

“Hm.” Jawabnya sekenanya. Dia merasa sedikit aneh saat Eomma nya berbicara seolah-olah mengkhawatirkan dirinya. Walaupun tak bisa dipungkiri ada sebersit rasa senang di dalamnya.

“Maksud Eomma, kau sebaiknya mencari laki-laki saja daripada mencari uang.” Ucap Nyonya Kwon kemduian membuat Yuri memandnag ke arahnya terkejut.

Eomma...” Yuri pikir tadi Nyonya Kwon memang mengkhawatirkan dirinya, tapi rupanya ada maksud dibalik ucapannya itu dan dirinya yang salah menanggapi.

“Ya, Eomma rasa usiamu sudah pantas untuk itu. Untuk apa menunda-nunda pernikahan? ”

“Aku bekerja bahkan bukan untukku sendiri. Eomma tahu itu!”

“Kami tidak memerlukan uangmu, Yuri. Penghasilan Ayahmu sudah lebih dari cukup untuk membiayai segala kebutuhan di rumah ini bahkan untuk pengobatan Kakakmu. Kau hanya harus menikah.”

Eomma pikir menikah semudah itu?”

Eomma akan mencarikanmu pemuda yang pantas. Eomma memiliki banyak kenalan dan-”

Eomma...!” Teriak Yuri membuat Nyonya Kwon tersentak.

“Apa aku benar-benar tak diinginkan di keluarga ini?”

“Yuri, apa yang kau-”

“Apa aku adalah anak yang tak diharapkan? Kenapa aku merasa seolah-olah kalian ingin menyingkirkanku? Kalian tak ingin aku tinggal di sini? Apa aku adalah beban bagimu? Kalian ingin aku pergi? Kenapa tak katakan saja?!”

PLAK!!!

“Astaga!” Nyonya Kwon membekap mulutnya.

Yuri merasakan pipinya perih. Kepalanya tertoleh ke samping. Ia terdiam selama beberapa saat. Mencoba memahami situasi saat ini. Apa yang baru saja dilakukan oleh Eomma-nya pada dirinya. Ia hanya mengangguk.

“Baiklah. Inilah jawaban yang Eomma berikan. Aku sudah paham.”

“Yuri, Eomma tak bermaksud-” Nyonya Kwon berusaha mendekat dan menyentuh pipinya namun Yuri langsung mundur.

“Aku akan pindah. Dan tak akan menyusahkan kalian lagi.” Ucap Yuri. Ia langsung berjalan menuju kamarnya. Nyonya Kwon terduduk sambil menangis.

***

“Seharusnya kau sadar, gadis bodoh! Kau memang tak diinginkan di sini. Kenapa kau tidak pergi sejak lama? Kau hanya menjadi masalah bagi mereka.”

Yuri bahkan tak mencoba mengelap pipinya yang basah atau menyeka air matanya yang turun. Ia mengambil koper di atas lemari. Membukanya kemudian membuka lemari dan memasukkan semua pakaian yang ia miliki ke dalam koper. Ia juga mengambil semua peralatannya dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai mengepak barang-barangnya, ia mengenakan mantel dan keluar dari kamar itu.

“Aku akan mencoba menjelaskan pada Ayah mengenai kepindahanku. Akan kukatakan jika aku ingin mencoba menjadi lebih mandiri. Jangan khawatirkan aku, dan rawat saja Jina dengan baik. Aku pergi.”

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang