22

724 79 15
                                    

VOTE...!!!

KOMEN...!!!

OKE...👌

"Kau darimana?"

Yuri terkejut karena tahu-tahu, Kyuhyun sudah berdiri di depan rumahnya. Berdiri menyandar di tembok dengan tatapan menghakimi. Apa-apaan dengan tatapan itu?

"Kenapa Anda di luar? Masuklah setelah selesai, udara sangat dingin. Aku masuk dulu. Selamat malam."

"Jangan menghindar." Kyuhyun berdiri tegak menghadangnya di pintu.

"Ige mwoya?" Yuri heran. Apa mau pria ini sebenarnya?

"Jangan menghindar dari pertanyaanku." Ucapnya membuat Yuri mengernyit.

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaan Anda? Apa gunanya jika Anda tahu? Anda tidak bisa mengatur hidupku." Yuri tidak mau berubah kasar. Tapi Kyuhyun selalu memaksanya begitu. Yuri sudah muak dengan segala tingkahnya.

"Sekali lagi kutanya darimana dirimu?" Tanya Kyuhyun dengan suara lebih berat dan mata tajamnya. Jujur, Yuri mulai takut saat ini.

"Sekali lagi kubilang, aku tidak akan menjawabnya. Permisi, aku mau masuk." Yuri mendorong kasar tubuh Kyuhyun ke samping. Ia harus segera masuk ke kamarnya secepatnya.

"Donghae bilang, dia tidak melihatmu setelah pulang dari kantor. Kau pergi dengan orang lain?" Rupanya Kyuhyun menyusulnya ke dalam dan masih bersikeras. Yuri berusaha tak terlalu menanggapi. Tangannya bersiap memutar kenop pintu.

"Kau pergi dengan siapa?" Tanya Kyuhyun lagi.

"Berhentilah, Dokter Cho Kyuhyun yang terhormat! Aku kan sudah tidak mengganggumu lagi. Lalu kenapa kau begini? Apa yang salah denganmu?!" Ucap yuri dengan nada tinggi.

"Kwon Yuri!!!"

Yuri terkesiap saat sebuah suara familier meneriakinya keras. Ternyata Eomma-nya sudah pulang. Nyonya Kwon tampak berdiri di depan pintu kamar Jina yang sudah tertutup.

"Apa-apaan kau ini, ha?! Mau jadi berandal? Apa begitu cara bicaramu pada orang lain?" Nyonya Kwon berjalan ke arahnya.

"Eomma sudah pulang? Kenapa tak mengabariku?" Tanya Yuri yang juga mendekati Ibunya. Begini-begini, Yuri juga tetap merindukan wanita itu.

"Supaya kau bisa menyembunyikan perangaimu ini? Agar kau bisa bersikap lebih layak saat ada Eomma?"

"Eomma..." Yuri tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia tidak permah berpikiran seperti itu. Sama sekali tidak.

"Eomma meninggalkan rumah ini hanya dalam beberapa hari. Namun terlihat seakan berbulan-bulan. Kau tidak ada bersih-bersih?"

"Aku..."

"Mana mungkin bisa saat kerjamu keluyuran saja kan?"

Yuri termangu. Ada apa dengan Eomma-nya? Kenapa baru pulang namun sudah langsung marah-marah? Sejujurnya, Yuri tak tahu apa yang terlihat berserakan bagi Eommanya. Walaupun tidak bersih mengkilat, namun tidak ada barang-barang yang tidak terletak pada tempatnya. Tidak ada hal yang terlihat mengganggu di mata Yuri. Tidak ada yang berantakan. Apa bisa seseorang terkena sindrom OCD secara mendadak begini?

"Akan kubereskan." Ucap Yuri mengalah.

"Kau mau kemana?" Tanya Nyonya Kwon saat melihat Yuri berbalik.

"Tentu saja kamarku."

"Eomma belum selesai bicara dan belum mempersilahkan dirimu untuk pergi." Ucap Nyonya Kwon. Yuri semakin tak mengerti dengan maksud Ibunya.

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang