36

640 88 22
                                    

Happy reading...

Budayakan vote dan komen🤗

Kalo bisa share juga cerita ini ke teman-teman kalian... Hehe..😜

Donghae melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan itu. Memang tidak sebesar dan semewah miliknya. Tapi tetap saja, yang namanya kelab tidak akan pernah sepi selagi tempat itu tidak sedang tutup atau tidak sedang beroperasi.

"Dimana gadis itu??" Donghae tak sabaran. Matanya liar menjelajah seisi ruangan. Tapi tidak terdapat tanda-tanda keberadaan gadis itu sedikitpun.

"Tsk." Decaknya kesal berulang kali saat tertabrak orang-orang yang sedang menari di sana.

Donghae tak putus asa. Ia kemudian bertanya pada seorang pelayan yang bertugas mengisi gelas-gelas para pelanggan dengan alkohol di pojok ruangan ini.

"Hei, apa kau ada melihat seorang gadis masuk ke sini sekitar kurang dari setengah jam yang lalu?" Tanya Donghae. Sang pelayan mengernyit tak paham. Sebanyak ini orang yang keluar masuk setiap menitnya. Bagaimana dia bisa tahu?

"Aku tidak tahu. Tugasku hanya menuangkan minuman, Tuan. Bukan berjaga dan mengawasi orang di pintu masuk." Ucapnya masuk akal. Donghae sedikit kesal tapi ucapan pelayan itu tidak salah.

"Bisa deskripsikan bagaimana rupanya?"Tanya pelayan itu tidak enak karena Donghae tampak sangat frustasi saat ini. Meskipun ia tidak yakin bisa membantu. Karena tempat ini temaram. Mana bisa melihat dengan jelas. Donghae memandangi pelayan itu dengan antusias. Merasa ada harapan.

"Dia sangat cantik. Cantik sekali." Ucapnya cepat. Sang pelayan mengulum bibirnya. Deskripsi yang sangat membantu. Memangnya gadis lainnya di sini tidak cantik? Bahkan banyak yang seksi. Jadi yang mana tepatnya?

"Bisa lebih spesifik?" Tanyanya kembali. Donghae tak sadar jika dirinya terlihat bodoh di hadapan pelayan itu saat ini. Pria itu tampak berfikir.

"Rambutnya hitam pekat sebahu..." Ucap Donghae kemudian.

"Tapi tidak tahu dia sedang ikat rambut atau tidak." Ia menggeleng kepalanya. Sang pelayan mulai geram.

"Kalau begitu penampilannya? Warna pakaian?" Ia mencoba bersabar.

Donghae mendesah kasar. Jangankan warna pakaian Yuri, gadis itu memakai pakaian apa, ia pun sama sekali tidak tahu.

"Aku tidak tahu..." Ia menggeleng lemah. Mendengar itu membuat sang pelayan ingin sekali menjambak rambut Donghae saat ini.

"Jika Tuan tidak tahu, lalu bagaimana dengan aku?" Ia tersenyum menutupi sumpah serapah yang ia rapalkan dalam hati.

"Tsk. Aku tidak tahu! Yang jelas kau pasti akan heran jika melihat gadis seperti itu di sini. Aku tidak yakin pakaian apa juga warna yang ia kenakan saat ini. Tapi yang jelas, bukan pakaian yang cocok untuk tempat begini." Jelas Donghae semakin gelisah karena tak kunjung menemukan Yuri. Sang pelayan terdiam karena sepertinya ia teringat sesuatu.

"Ada." Ucapnya membuat Donghae langsung menatapnya.

"Aku tidak yakin itu benar orang yang Tuan maksud atau bukan. Tapi, kupikir sejak beberapa jam ini, hanya dia yang datang kemari dengan penampilan begitu." Ucap sang pelayan.

"Ada seorang gadis yang masuk dengan mengenakan celana rumahan berwarna kuning dan juga jaket berwarna merah muda. Hanya itu yang kulihat. Selebihnya tidak jelas." Sambungnya. Donghae membuka matanya lebar-lebar. Ia yakin sekali itu Yuri.

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang