18

849 87 22
                                    

Budayakan vote dan komen yaa..

Chapter sebelumnya kan Mimmi bikin Q & A tapi keknya gada pertanyaan yg mesti d jawab, jd lanjut aj yaa..

Di sinilah mereka saat ini. Duduk berhadapan di atas sofa ruang tamu di rumah itu. Belum ada yang membuka suara sejak tadi. Sejak dua orang itu masuk ke dalam rumah dan disambut oleh seorang lagi yang memasang raut wajah tidak bersahabat.

Dua orang dan seorang lagi?

Jadi jumlahnya ada tiga?!

Apa maksudnya? Siapa yang seorang lagi? Tidak mungkin Jina bergabung bersama dengan Dokter Cho dan Yuri di ruang tamu itu kan?

"Maaf sebelumnya... tapi Kwon Yuri, kau tidak ingin ganti baju dulu? Nanti masuk angin." Donghae berkata membuka percakapan diantara mereka.

Ya, benar. Donghae entah bagaimana bisa terjebak dalam kecanggungan dan situasi tidak mengenakkan diantara Dokter Cho dan Yuri saat ini.

Pria itu bersikeras ingin mengantarkannya sampai pintu dan bila perlu hingga menemui orang tua gadis itu. Seharusnya tidak perlu sampai seperti itu. Namun ini karena Yuri yang memasang wajah gusar dan terus memandang ke arah luar jendela mobil selama di perjalanan. Gerak-geriknya yang gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang mengundang perhatian Donghae.

Pria itu tahu, pasti ada yang tidak beres. Ia memaksa Yuri untuk mengaku padahal gadis itu sudah menolak. Yuri yang sudah tersudut terpaksa membuka suara jika dirinya sudah ditunggu lama dan pasti akan terkena masalah karena pulang selarut ini. Apalagi, yang mengantarnya adalah seorang pria.

Yuri memang tidak ada mengatakan jika yang menunggunya adalah Dokter Cho, dokter pribadi kakaknya yang sakit. Namun normal bagi orang yang tidak tahu jika yang menunggunya pasti orang tua atau setidaknya keluarganya kan?

"Tidak masalah. Aku baik-baik saja." Yuri berusaha terlihat baik-baik saja. Donghae memasang raut tidak percaya. Berusaha keras meyakinkan gadis itu untuk mengganti pakaiannya yang sedikit basah. Sedangkan Dokter Cho hanya memandanginya datar tanpa ekspresi. Tetapi entah kenapa auranya terlihat agak menakutkan.

"Kau yakin?" Tanya Donghae lagi.

"Jangan mengkhawatirkanku." Balasnya lagi. Yuri kemudian melirik Dokter Cho yang masih memandanginya.

'Khawatirkan saja dirimu!'

Yuri meringis dalam hati. Dia tidak mau Dokter Cho sampai berkata sarkasme pada Donghae. Pria itu sudah sangat membantunya tadi. Terlebih lagi pria itu adalah salah satu pimpinan di perusahaannya. Dia tidak mau terkena masalah di kantor. Lagipula, kenapa Donghae malah memaksa untuk menemui orangtuanya dan masuk ke dalam?

"Aku berniat menemui orang tuamu tadi. Karena mereka pasti akan salah paham. Kau pulang dalam kondisi begini selarut ini, ditambah aku memaksa untuk mengantar. Jadi kupikir lebih baik jika kujelaskan." Ucap Donghae memandang Yuri kemudian beralih menatap Dokter Cho.

"Tapi sepertinya aku terlalu berlebihan." Sambungnya lagi. Yuri tak paham dengan ucapannya. Gadis itu melirik Dokter Cho yang masih terlihat tenang membalas tatapan Donghae. Yuri menundukkan pandangannya merasa aneh dengan situasi saat ini.

"Kau bisa pulang sekarang. Sudah sangat larut, Donghae-ssi." Ucap Yuri kemudian.

"Memangnya kenapa? Kau mengusirku? Setelah apa yang sudah kita lalui tadi?" Jawabnya membuat Yuri tersentak. Apa-apaan kalimatnya itu? Kenapa terdengar aneh di telinga Yuri?

"Bukan begitu, kau pasti sangat lelah. Besok masih harus ke kantor kan?" Ucapnya dengan wajah ingin mengunyah pria itu hidup-hidup.

Kenapa Donghae tidak mau pulang? Apa yang membuatnya bertahan di sini? Apa dia tidak bisa membaca situasi yang mencekam saat ini? Lagipula, ini adalah rumah orang lain. Apa dia tidak punya tata krama?

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang