9

596 75 11
                                    

Budayakan vote dan komen ya...😊👌

“Hah... kepalaku...”

Yuri memegangi kepalanya yang sakit. Ia tak tahu berapa lama ia tak sadarkan diri. Ia tak mengingat apapun lagi setelah ia sampai dan berdiri tepat di depan pintu apartemen Soorim tadi siang.

“Soorim-ah...?” Ia mendengar derap langkah seseorang menuju ke arahnya.

“Ah, kepalaku sakit sekali...” Ringisnya.

“Sudah sadar?”

Yuri sangat terkejut saat seseorang menghampirinya. Tentu saja orang itu bukanlah Soorim. Suaranya sangat jelas menunjukkan jika dia bukanlah seorang wanita. Yuri tak bisa melihat dengan jelas karena pandangannya mengabur akibat rasa sakit tak tertahankan di bagian kepalanya. Ia merasa kepalanya sedang diperban saat ini.

“Siapa kau?!”

“Jangan macam-macam! Akan kupatahkan lehermu jika kau berani mendekat! Aku sudah memperingatimu!”

Yuri mencoba bangkit namun kembali terjatuh karena kakinya terasa lemah bahkan walau hanya untuk berdiri.

“Kau pasti belum makan seharian. Ditambah lagi kondisimu yang sedang sakit. Tidak mungkin kakimu yang kurus itu mampu menahan tubuhmu.” Ucap orang itu membuat Yuri tertegun.

Ini tidak mungkin kan?

“Dokter Cho?”

Yuri bisa memfokuskan pandangannya saat ini. Ia langsung memundurkan tubuhnya ke belakang saat melihat wajah Dokter Cho di jarak ini. Padahal tidak terlalu dekat, bahkan Dokter Cho sedang berdiri dan dirinya sedang duduk saat ini. Yuri tidak mau jika Dokter Cho melihat wajahnya yang memerah.

“Kurasa kau kau masih belum bisa berjalan. Makan di sini saja.” Ucap Dokter Cho sembari memberikan nampan berisi semangkuk bubur pada Yuri. Yuri baru sadar jika Dokter Cho ternyata membawakannya makanan tepat setelah Dokter Cho menyerahkannya.

“Habiskan makananmu. Lalu keluarlah setelah tubuhmu lebih kuat.” Ucapnya lagi sebelum keluar dari kamar.

Tunggu!

Kamar?!

KAMAR?!

Jadi saat ini Yuri sedang berada di kamar tidur Dokter Cho??!

Dan bahkan sedang duduk di atas tempat tidurnya???!!!!

TEMPAT TIDUR???!!!

“Aku pasti sudah gila!!!” Cicitnya.

Yuri menggigit bibirnya menahan senyuman. Ia akan menjerit-jerit seperti kesetanan jika saja ia sedang berada di dalam kamarnya.

Astaga! Jangan memperjelasnya lagi jika ini adalah kamarnya Dokter Cho! Lihat...lihat... bukannya makan, gadis itu malah mengaduk-aduk bibirnya sambil tersenyum dan terkekeh seperti orang gila.

***

“Kau sudah selesai?” Tanya Dokter Cho setelah Yuri keluar dengan membawa nampan berisikan mangkuk yang sudah kosong.

Lelaki itu sedang duduk di atas sofa dengan kacamatanya dan baju kasualnya saat ini. Yuri bersumpah jika Dokter Cho adalah manusia tertampan menurut versinya di muka bumi ini!

Jika setelan jas membuatnya tampak berwibawa dan penuh aura, maka pakaian kasualnya membuatnya tampak lebih santai, muda, dan bergaya. Jujur saja, ia memang akan tampak bagus dalam pakaian apapun.

“Kurasa kakimu memang sudah cukup kuat untuk berdiri.” Ucap Dokter Cho membuat Yuri tersentak dan menyadari jika ia terlalu lama berdiri.

“Letakkan saja di atas pantry.” Ucap Dokter Cho saat tahu jika Yuri bingung mau meletakkannya dimana.

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang