16

631 81 37
                                    

Budayakan vote dan komen ya, biar Mimmi semangat jd semangat update nya🤗

"Bisa kau suapi aku?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"M-MWO??!!"

Dokter Cho mengernyit saat mendengar teriakan gadis itu. Kepalanya yang memang pusing jadi semakin pusing karenanya. Sedangkan Yuri, gadis itu masih mematung dengan mata dan mulut yang terbuka lebar.

"Bisa atau tidak?" Ulang Kyuhyun. Yuri merasa tidak suka karena terdengar nada perintah di dalamnya. Baru saja ia ingin bicara, tiba-tiba terdengar suara bel di pintu masuk. Siapa yang datang? Apa Eomma-nya sudah pulang?

Tanpa bicara, ia segera menuju pintu masuk. Dokter Cho masih duduk di sana dan hanya menatap datar presensi Yuri yang meninggalkannya menuju pintu. Yuri merasa sedikit khawatir jika memang Eomma nya yang pulang. Dia bisa dimarahi jika wanita itu tahu kalau Dokter Cho terbaring lemah karena sakit saat ini.

"Siapa yang-"

"Kau?!"

Yuri benar-benar terkejut. Bagaimana tidak? Yang berdiri di hadapannya saat ini adalah orang yang seharusnya tidak berada di sini. Maksudnya, untuk apa dia datang? Apalagi maunya? Yuri merasa moodnya benar-benar hancur saat ini.

"Kwon Yuri."

"Untuk apa kau kemari?" Tanya Yuri ketus.

"Aku dengar jika kau sakit. Kau sudah tidak datang ke kantor selama dua hari. Itu membuatku khawatir."

"Lalu apa pedulimu? Mau aku sakit, sehat, atau mati sekalipun, itu bukan urusanmu!"

"Ri-ya..."

"Jangan panggil aku begitu!"

"Ri-ya, aku hanya-"

"Yak, Choi Minho!!"

Yuri meremas bagian bawah bajunya. Ia benci situasi saat ini. Dimana ia berusaha menghindar untuk kembali terluka, namun pria ini yang terlihat seperti korbannya dan dia tokoh antagonisnya. Tidak bisakah pria ini berhenti?

"Selagi aku masih bicara baik-baik padamu. Kumohon tolong pergi dari sini, Choi Minho. Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Terima kasih telah datang repot-repot kemari dan hati-hati di jalan." Yuri akan langsung menutup pintunya jika saja pria itu tak menahan pintu itu agar tetap terbuka.

"Apa kita bisa bicara?" Tanyanya.

Yuri tak pernah bisa tahan jika melihat mata itu, dulu dan bahkan mungkin sekarang. Yuri tahu jika Minho sedang serius dan benar-benar tulus berusaha mendapatkan maafnya. Dan Yuri memang sudah melakukannya, namun bukan berarti dia ingin kembali pada pria itu. Melihat Minho hanya akan mengenang luka. Yuri tak mahu lagi.

"Sudahlah. Tak ada lagi yang ingin kukatakan."

"Tapi aku ada."

"Tapi tak ada lagi yang ingin kudengar."

"Ada apa ini?"

Yuri dan Minho menoleh ke arah sumber suara. Keduanya terkejut dengan kehadirannya. Namun terkejut dalam konteks yang berbeda. Yuri terkejut karena Dokter Cho malah bangun dari berbaringnya padahal dia sedang sakit. Dan dia merasa jika dia telah mengganggu waktu istirahat pria itu karena keributan tadi. Sedangkan Minho terkejut karena melihat ada pria asing di rumah mantan kekasihnya itu. Siapa pria itu pikirnya. Karena dia tahu jika Yuri tidak memiliki saudara ataupun kerabat lelaki yang berada di usia itu.

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang