23

886 87 21
                                    


CIEEEE...!!!!!

Dapat bonus karna nunggu lama ya...

DOUBLE UP!!!!!!!!!!!!!

😆😆😆😆😆😆😆😆


Kyuhyun melihat seseorang dari layar intercome dengan malas. Ia sudah tahu siapa yang datang dari cara orang itu membunyikan bel. Begitu memaksa. Ia dengan terpaksa membuka pintu atau bel itu bisa rusak.

"Apalagi kali ini, hyung?"

"Kenapa tidak bilang kalau sudah pulang?" Donghae langsung menerobos masuk tanpa permisi.

"Untuk apa?" Kyuhyun mengikutinya hingga ke dapur. Donghae meletakkan kantong-kantong besar yang ia bawa dari supermarket.

"Satu-satunya yang tahu apartemenmu hanya aku. Siapa tahu terjadi sesuatu padamu. Kan aku bisa menemukan mayatmu sebelum membusuk. Jadi jangan terlalu kejam, Kyuhyun-ah."

Kyuhyun menatapnya geram. Hyungnya itu selalu saja suka bicara seenaknya. Tampaknya Kyuhyun tidak sadar jika ucapannya sesungguhnya jauh lebih tajam. Donghae hanya sesekali bicara begitu padanya, itupun untuk membalas semua perkataan Kyuhyun sebelum-sebelumnya. Namun Kyuhyun hampir di setiap waktu.

"Kalau aku mati, kau yang pertama kali kuhantui." Ujar Kyuhyun. Donghae hanya mengedikkan bahu.

"Kau tidak mau bantu?" Tanya Donghae yang mengeluarkan semua bahan makanan dari dalam kantong-kantong itu dan menyusunnya di lemari juga kulkas. Kyuhyun hanya memandanginya sambil bersandar di dinding.

"Aku tidak ada meminta. Kau sendiri yang mau merepotkan diri, hyung. Jadi selesaikan sendiri." Balas Kyuhyun sebelum beranjak pergi dari dapur itu. Donghae melongo dibuatnya.

"Ingin kujahit mulut itu rasanya."

***

"Eonni, ini makan malammu." Yuri masuk ke dalam kamar Jina. Sedangkan gadis jelita itu rupanya tengah berdiri di depan rak komik-komiknya. Jina sangat suka membaca buku-buku bergambar.

"Bukannya series terbaru komik yang Eonni pegang itu dirilis masih sebulan lagi?" Tanya Yuri. Jina meletakkan kembali komik itu dan berjalan menuju ranjangnya.

"Eonni tidak sabar. Rasanya sangat lama sekali."

"Kalau aku penulisnya, sudah kupastikan akan rilis mingguan agar tidak menyiksa pembaca karena menunggu selama itu."

Jina kemudian tersenyum riang hanya karena mendengar ucapan Yuri barusan. Yuri tak tahu entah apa yang gadis itu pikirkan.

"Kau tidak berniat membuat komik?" Tanya Jina membuat Yuri terkejut.

"Eonni tahu kau sangat suka menggambar. Dan cita-citamu menerbitkan komikmu sendiri."

"Bagaimana Eonni tahu?"

"Yuri-ya... kau pikir Eonni siapa? Mungkin Eonni sama sekali tidak tahu mengenai hal di luar sana. Tapi, Eonni sangat paham akan dirimu. Eonni lebih memahamimu dibanding siapapun."

Jina tersenyum tulus. Cantiknya hati gadis itu tidak kalah dengan wajahnya.

"Kau tidak bisa lepas dari menggambar. Bahkan pekerjaan mu adalah mendesain cover majalah. Tidak jauh-jauh dari hobimu."

Yuri tertegun mendengar ucapan Jina. Dia lupa jika kakaknya itu selalu memprioritaskan dirinya dibanding siapapun. Dan Yuri bisa merasakan kasih sayang Jina sejak ia masih kecil. Jina selalu mencoba memenuhi keinginan Yuri dan mengalah tiap kali mereka menginginkan hal yang sama.

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang