26

856 98 38
                                    

Annyeong chingu😊😊😊

Im truly sorry coz have disappeared for a long time... im really sad and feel upset to my self either😥😢

But i just can do nothing. I also have my 'real' life to live. My college life. And it is not only about me. I am holding the hope, wish, and dream of my family in mine🤗

I dont say that im not happy if you are asking to update new chapter, i even feel hype coz it means that u are very excited to read it, n i love ur antusiasm guys🤗🤗🤗

Please be patient if i be late, i will not stop before i finish this book, okay... dont worry✌️👌


Dadanya berkecamuk keras. Sudah dua hari terlewati semenjak kejadian malam itu. Tapi, ingatan soal kejadian tersebut benar-benar menganggu. Yuri tak berselera makan juga tak dapat tidur.

"Menyebalkan! Bisa-bisanya dia menci-aarrgghh...!!!" Yuri menggelengkan kepala kuat-kuat sembari memegang kedua sisinya.

"Yak, Kwon Yuri, ada apa denganmu? Jika ada yang melihat, kau dikira kemasukan setan nanti." Soorim baru saja masuk ke dalam toilet. Sejak tadi dia memang sedang mencari gadis ini.

"Kenapa lagi?" Yuri jengah. Soorim tak percaya mendengarnya.

"Kenapa malah bertanya padaku? Kau yang kenapa lagi?!" Soorim jadi emosi. Dia yang berteriak malah dia yang bertanya pada orang.

"Jangan banyak bicara. Kau sengaja datang ke sini karena aku meninggalkanmu dan Minho tadi kan?"

Choi Minho tadi datang menuju ruangan mereka. Tampaknya ia memiliki urusan dengan Manajer Yoon. Karena mereka berbincang di dalam ruangan khusus untuk Manajer Yoon di ruangan tersebut cukup lama.

Dan setelahnya, Minho malah datang ke meja kerja Yuri dan bertanya apa gadis itu sudah makan siang atau belum. Yuri melirik ke arah Soorim, namun rupanya gadis itu malah melanjutkan pekerjaannya seolah tak perduli.

Mereka bukan terlihat saling tak kenal tapi justru seperti perang dingin antar kekasih. Yuri tidak mau terlibat dalam urusan mereka. Jadinya ia pergi dengan alasan ke toilet dan mengatakan pada Minho untuk menunggu sebentar. Niatnya sengaja untuk membiarkan mereka berdua.

"Kenapa kau melakukannya?" Tanya Soorim.

"Kenapa lagi? Kalian harus menyelesaikan urusan kalian. Aku dan Minho benar-benar sudah menyelesaikan masalah kami. Aku sudah memaafkan segalanya. Namun bukan berarti aku akan kembali padanya." Jelas Yuri. Soorim tampak tak terima.

"Mana bisa begitu! Pokoknya kalian harus berbaikan!"

"Kenapa kau masih memaksaku?"

"Karena Minho masih sangat mencintaimu."

"Tapi aku tidak. Dan kau yang harus berjuang sekarang, karena aku tahu kau belum melupakannya sama sekali."

Soorim terdiam. Ucapan Yuri tak bisa ia bantah. Karena itulah kenyatannya.

"Jangan berusaha berbohong. Matamu memang tak memandangnya, bicara pun tidak, kau terkesan mengabaikan. Namun justru itu yang membuatnya jelas, kau tahu?"

"Aku hanya tak mau berurusan lagi dengannya."

"Tapi hatimu berkata lain. Itu begitu menyiksa. Dan aku sangat tahu rasanya."

Soorim bergerak ke samping Yuri. Tampak mencuci tangannya. Sebuah kegiatan tak bermakna, bukti dia menyembunyikan kegugupan dan melakukannya untuk mengalihkan situasi.

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang