42

1.1K 95 43
                                    

Sorry banget lama up🙇🙇🙇

Apa masih ada yang nungguin cerita ini😁😁😁

Happy reading








"Kepala batu! Sok sekali datang ke kantor!"

"Kau mengata-ngatai bosmu?"

"Iya benar, lalu kau mau apa? Marah?"

"Tidak. Mana bisa aku marah padamu."

"Cih."

"Kau marah-marah begini terlihat seperti istriku."

"Bibirmu mau kusumpal dengan sepatu?"

"Tidak mau. Maunya dengan-IYAIYA AKU SALAH!!!" Donghae menjauhkan kepala dengan menutup mulutnya saat Yuri membungkuk menyentuh heels rendahnya.

"Coba bicara tak senonoh, lalu kita lihat apa sepatuku muat di kerongkonganmu!"

"Sadis sekali, untung manis." Lirihnya amat pelan lebih kepada berbisik.

"Kau bilang apa?"

"Tidak ada. Sungguh."

Yuri menepuk dada Donghae yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit di ruangan itu dengan amat kuat beberapa kali. Tidak perduli pada lelaki itu yang terpekik kesakitan dan meringis setelahnya. Anggap saja sebagai balasan atas kekeras-kepalaan pria itu yang mendatangkan kekesalannya.

"Kau menginaplah di sini semalaman. Setidaknya istirahatkan tubuhmu minimal sehari saja. Besok baru kembali bekerja."

"Aku tidak mau. Kau tahu waktuku di perusahaan hanya tinggal beberapa hari. Mana mungkin-"

"Kau ingatkan, bukan? Jika akhir pekan nanti, tim kami akan ke Jeju untuk karyawisata? Sebagai Direktur, kau juga hadir di sana. Jika kondisimu belum fit, bagaimana kau akan menikmati hari terakhirmu bersama karyawanmu nantinya? Ini juga merupakan karyawisatamu yang pertama dan terakhir kalinya. Yakin ingin mengacau?" Jelas Yuri cukup panjang. Donghae membenarkan dalam hati.

"Aku akan berusaha menyempatkan diri kemari setelah pulang kerja nanti."

Donghae hanya bisa mendesah kasar. Dia belum pernah melihat Yuri mengamuk sebelumnya. Dan sepertinya dengan tidak mengundang amarah gadis itu adalah pilihan tepat. Lagipula yang diucapkan Yuri tidak salah. Donghae sangat ingin menikmati saat-saat terakhirnya dengan perusahaan. Atau lebih tepatnya bersama Yuri nantinya. Bukan hanya pulih, tapi kondisinya harus benar-benar prima.

"Kwon Yuri..." Panggil Donghae sebelum Yuri benar-benar keluar melewati pintu. Gadis itu berpaling ke belakang.

"Kau benar akan kembali, kan?" Tanyanya dengan wajah serius.

"Akan kuusaha-"

"Tidak pasti rupanya. Jangan memberiku harapan seperti itu. Bagaimana jika aku benar-benar menunggu?" Donghae bicara dengan raut yang tak Yuri mengerti.

"Pergilah, nanti kau terkena masalah karena keluar saat jam kerja." Donghae kembali membaringkan tubuhnya membelakangi Yuri. Suasana hening untuk sesaat.

"Aku akan kembali. Aku janji." Ujar Yuri sebelum menutup pintunya.

"Kutunggu." Ujarnya tepat saat pintu tertutup.

***


Seperti mendengar dentuman besar, Nyonya Kwon terkejut bukan main. Dalam hidupnya belum pernah ia mendengar berita semengejutkan ini selain dari berita kehamilannya juga tragedi yang menimpa Jina beberapa tahun silam. Jika mengetahui dirinya dapat hamil sang putri, Yuri, saat itu mendebarkan dengan letupan kebahagiaan hingga tak mampu tidur berhari-hari, maka lain halnya dengan yg ini. Keterkejutannya kali ini menimbulkan denyutan serupa sama seperti tragedi itu. Sama-sama menyakitkan. Namun yang sekarang lebih didominasi dengan cemas dan takut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang