41

783 88 32
                                    

Annyeong🤗🤗

Happy Reading❤💜


"Oppa, demamnya tinggi sekali! Aku khawatir Yuri kenapa-napa. Mengemudilah lebih cepat sedikit!"

"Astaga, ini sudah sangat cepat, Yerim! Aku tidak bisa lebih cepat dari ini atau kita bisa berakhir di kantor polisi!"

Tuan dan Nyonya Kwon sama-sama tengah panik saat ini. Yuri kecil yang berusia empat tahun mendadak terserang panas tinggi. Nyonya Kwon panik karena putrinya, dan Tuan Kwon juga panik karena itu tapi kini diperparah oleh istrinya.

"Oppa, kumohon cepatlah... Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Yuri-ku. Demi Tuhan aku sangat takut!" Nyonya Kwon tak berhenti menangis.

Tuan Kwon tidak tega melihat istrinya sampai begitu. Dia juga sama khawatirnya seperti Yerim. Hanya saja, jika dia menunjukkan ketakutannya. Lalu siapa yang akan berusaha menenangkan istrinya?

"Dia akan baik-baik saja. Percayalah."

Hanya itu yang bisa Tuan Kwon katakan. Ia mengambil tangan istrinya untuk digenggam erat. Memberikan kekuatan. Dan istrinya merasa sedikit tenang. Meski isakan kecil masih ada di sana.

.

.

.

"Syukurlah dia baik-baik saja." Nyonya Kwon menghela napas sambil memandang ke kursi belakang. Dimana Yuri tengah berbaring setelah selesai diperiksa di rumah sakit.

"Kwon Yuri itu sepertimu. Dia sangat kuat. Dan demam bukan apa-apa baginya." Kwon Taeil mengelus tangan istrinya yang ia genggam. Sang istri hanya tersenyum kembali melirik sang putri tunggal yang tertidur itu.

"Aku hanya khawatir. Dia terkena demam tinggi setiap tahunnya. Dan kali ini yang terparah."

Sejak berusia satu hingga ia berusia empat tahun saat ini, Yuri terus-terusan terkena demam tinggi saat akan masuk musim dingin. Jika demamnya tidak begitu panas, mungkin Kwon Yerim tidak sepanik ini. Demam Yuri selalu menyentuh angka empat puluh derajat celcius. Dan bahkan kali ini sudah sampai empat puluh dua derajat. Jika dibiarkan, maka Yuri bisa saja terkena step dan akan berakibat fatal. Orang tua mana yang tidak kacau melihat anak satu-satunya begitu?

"Tapi mengapa dia belum sadar juga, Yerim-ah? Apa sebaiknya kita biarkan dia menginap di Rumah Sakit ini?" Kwon Taeil memasang wajah khawatir.

"Kau tahu jika kita tidak bisa melakukannya. Yuri phobia jarum suntik. Dan takut datang ke rumah sakit juga dikarenakan hal itu. Kau masih ingat kan, Oppa? Bagaimana dia menangis ketakutan dan menjerit tahun kemarin, saat sadar dirinya kita bawa Rumah Sakit karena demam ini?" Ujar Yerim dan mendapat anggukan paham meski Kwon Taeil berat menyetujuinya.

"Hanya ini yang bisa kita lakukan. Membawanya kesana selagi dia tak sadarkan diri untuk mendapat pemeriksaan dan perawatan singkat. Lalu kembali membawanya ke rumah secepat mungkin."

"Sampai kapan Yuri akan begini?" Lirih Tuan Kwon. Kwon Yerim juga mulai menitikkan mata. Tak sanggup melihat kondisi putrinya.

CEKITTT...!!!!

"Astaga!! Kenapa kau berhenti mendadak?? Itu berbahaya!!" Kwon Yerim terkejut luar biasa. Suaranya meninggi karena ulah sang suami. Ia mengecek Yuri yang tubuhnya ikut berguncang karena hal tadi.

"Maaf, kalian baik-baik saja, kan??" Ia melirik istrinya dan kemudian sang anak di kursi belakang. Ia menghela napas mendapati keduanya baik-baik saja. Kwon Yerim masih bingung atas sikap sang suami.

Tears of HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang