BAGIAN 1

2.3K 132 6
                                        

Happy reading my readers
________________________

Di pagi yang cerah ini, seorang gadis yang memiliki wajah buruk rupa masih bergelung dengan selimut tebal yang melilit tubuhnya, hingga tidur nyenyak nya terusik dengan kehebohan di depan kamarnya.

BRAK!'

BRAK!'

BRAK!'

"Hei anak buruk rupa bangunlah! jangan malas-malasan. Dasar SAMPAH TAK TAU DIRI!" teriak sang ibu yang bernama Cahaya anugrah.

"isshh pagi-pagi udah ngomel aja huh. Untung sayang" ucap sang gadis yang bernama Arelia Cahya Sabela. Lalu bangun dan menghampiri sang ibu.

"Iya bu ada apa?" tanya Arelia

"Hmm bagus! Jam segini baru bangun! Mulai ngelunjak ya kamu! Sebagai hukuman kamu bersihkan rumah sampai kinclong kalo ga bersih, habis kamu! Ga bakalan saya kasih makan sehari penuh!" ucap sang ibu dengan amarahnya.

"iya bu..." ucap arelia. Ia pun bergegas mengerjakan tugasnya.

ARELIA POV

Aku arelia, dan begitulah setiap hari yang selama ini aku lalui, cacian makian seakan menjadi makanan seharian ku, ibu ku, Orang yang melahirkan ku pun turut mencaci ku seperti orang-orang di luaran sana. Kalau di bilang sakit ya sakit tapi mau gimana lagi? Aku bisa apa?.

Yang harus aku lakukan hanya bersabar dan berusaha, aku yakin ibu ku dan orang-orang di luaran sana bisa menerimaku dan menyayangi ku.

Setelah aku menyelesaikan tugasku dan bersiap untuk turun kebawah menuju ruang makan dan ingin ikut makan bersama. Namun, ada suara berat yang menghentikan pergerakan ku yang ingin menggeser kursi ruang makan.

"Hei kamu mau ngapain?" tanya orang itu.

"mau makan yah.." ucapku. ya, orang itu ayah ku yang bernama Antoni adipati.

"enak aja lo! gak sudi gue satu meja ama lo! Yang ada gue jadi gak mood gara-gara ngeliat muka lo yang menjijikan itu" balas adik tercinta ku Adelia Cahya Adipati.

"ya sudah sekarang kamu makan di dapur sama bi Minah dan jangan pernah kamu duduk disini, bahkan satu meja. Gak sudi saya" ucap ibuku.

"Tapi Bu, aku kan juga anak ibu dan ayah, aku juga termasuk keluarga adipati, aku anak kalian. Aku ingin makan bersama kalian" ucap ku dengan menunduk sedih.

Ibuku menatap ku sinis "yeah kamu memang berasal dari keluarga adipati. Tapi kamu tak pantas menjadi keluarga adipati!"

"Makanya jadi orang tuh yang tau diri! Introspeksi muka lu itu kek gimana, yang ada kita sekeluarga malu! Lu tuh cocoknya jadi pemulung!" Adelia berucap sinis, dan melihat ku dengan tatapan seakan aku ini kuman.

"Sudah lah muak saya melihat mu, pergi sana kita mau makan, jangan bikin kita ga napsu makan ya!" Usir ibuku.

Sementara ayahku diam tak peduli, dulu ayah ku bisa menerima ku dan menyayangi ku seperti ayah-ayah di luaran sana yang menyayangi Putri kecilnya, tapi semenjak perusahaan ayah ku makin berkembang dan ayah ku semakin sibuk, dia seakan cuek dan tak perduli dengan ku.

Bahkan di depan rekan kerjanya dia pun tak mau mengakui kalau aku ini anaknya.

Apakah ayah dan ibu ku malu mempunyai anak seperti ku?

Apa sih rel yang kamu tanyakan itu, pastilah mereka malu memiliki anak yang buruk rupa seperti mu ini.

"Maaf buk, baiklah aku akan makan di dapur, permisi" jawabku dan aku pun langsung berjalan menuju dapur.

"neng kenapa? Ribut lagi? Yang sabar ya neng" tanya bi Minah.

"iya bik arel selalu sabar, arel yakin kalau ayah dan ibu bisa menerimaku apa adanya, makasih ya bik, bibi mau menerima arel apa adanya" jawab ku.

"Apa sih neng arel tuh udah bibi anggap seperti anak bibi sendiri, bibi selalu sayang sama neng arel. Neng arel anak yang kuat, bibi yakin neng bisa melewati ini semua dengan kuat dan sabar, neng arel harus yakin kalo neng arel bisa melalui ini semua" aku memeluk bi Minah dengan erat, tak terasa air mata turun membasahi pipi ku.

Ini yang ku sukai dari bi minah, beliau sangatlah bijak, aku sangat menyayanginya, selama ini bi minah yang selalu ada di sisi ku, memberikan ku kekuatan untuk bertahan, menjadi obat di saat aku terluka.

"Pasti neng arel belum makan kan? Ayo makan bareng bibi, tapi yah seadanya neng lauknya"

"Gapapa bi yang penting arel makan, biar semangat belajarnya" bi minah pun memberikan nasi dan kawan-kawannya di atas piring depan ku.

"Di makan ya neng, biar sehat dan kuat"

Aku tersenyum lebar dengan nasi dan lauk memenuhi mulut ku.

Aku menelan semuanya "makanannya memang seadanya, tapi kalau makannya bareng bi minah rasanya jadi wenak" goda ku pada bi minah.

Aku memang senang menggoda dan bercanda dengan bi minah, aku suka saja di saat melihat wajahnya memerah menahan malu.

Dan lihat lah sekarang wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus, ah lucunya bibi ku ini.

"Ahahaha neng arel bisa aja, mana ada orang bi minah udah tua juga yang ada bikin enek" elak bi minah.

"Serius bik. Katanya walaupun umur udah tua tapi jiwa masih muda? Gimana sih bik" goda ku lagi.

"Udah deh neng arel jangan godain bibi terus, dimakan dulu itu, udah makin siang, nanti kalau telat gimana"

"Siap komandan!" aku pun meneruskan acara makan Ku yang sederhana namun berasa makan di restoran bintang lima ini.

Aku sudah menganggap bi Minah seperti ibuku sendiri. Beliau yang selama ini merawat ku, memberi ku kasih sayang dan semangat.

Setelah makan aku pun langsung berpamitan dengan bi Minah dan berangkat sekolah.

ARELIA POV END.

"Ayah, ibuk, Adel berangkat sekolah dulu ya" Pamit Adelia pada Antoni dan cahaya di depan rumah.

"Iya sayang, hati-hati ya" cahaya mencium kedua pipi Adelia penuh sayang.

"He,em hati-hati, belajar yang bener. Ayah sayang kamu" Antoni pun mencium dahi Adelia.

"Yaudah Adel berangkat dulu ya, bayy" Adelia berjalan mundur dan memberikan kiss jauh pada orang tuanya.

Dia pun memasuki mobil yang biasa mengantar jemputnya saat pergi dan pulang sekolah.

Arelia mengusap pipinya menggunakan punggung tangannya, setiap hari ia melihat itu semua.

Kalo di bilang iri, ya iri dia pun ingin seperti Adelia yang saat berangkat sekolah selalu di hadiahi sebuah kecupan semangat oleh kedua orang tuanya.

Sementara arelia? Ingin berpamitan menyentuh tangan mereka pun, mereka tak sudi.

Angkot yang ia tunggu pun datang. Ia menghirup udara, "semangat arel!" Ucapnya pada dirinya sendiri.

Dia pun memasuki kuda baja yang menjadi tumpangannya selama ini.

Hidup ku baru permulaan dan belum berakhir, aku yakin kalau aku bisa melewati semuanya dan berbahagia di suatu hari yang akan datang.

##########

Klik bintang di bawah.
Kritik dan sarannya?
Coment di bawah ya....

Salam manis author

RelKan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang