BAGIAN 31

550 47 0
                                    

Happy reading my readers
________________________

Arelia menatap nanar gedung bewarna putih di depannya. Perlahan kakinya melangkah masuk kedalam gedung tersebut siap tak siap ia harus menghadapi kenyataan yang sudah di depan matanya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang suster di meja resepsionis.

"Saya mencari pasien yang bernama Antoni adipati korban kecelakaan 2 jam yang lalu" ucap arelia dengan dada yang terasa seperti di remas.

"Pasien di rawat di kamar mawar no 113" jawab sang suster.

"Terimakasih" arelia pun pergi mencari tempat ayahnya di rawat.

Sekian lama arelia menunggu ayahnya menjemputnya dan tak kunjung tiba dan ternyata ayahnya mengalami kecelakaan.

Arelia merasa ini semua salahnya, kenapa tadi ia harus ingin di jemput ayahnya dan sekarang?

Ah arelia sangat merasa kecewa pada dirinya sendiri dan merasa kalau ini semua salahnya.

Arelia menatap nanar lorong di depannya, keluarganya berkumpul. Ibunya menangis di pelukan Adelia, Omanya menangis di pelukan pale Andi saudaranya yang lain menatap sedih pintu di depannya.

Perlahan kaki arelia melangkah menghampiri mereka "ib-ibu" ucap arelia tercekat air ludahnya sendiri.

Perlahan kepala cahaya mengangkat dari pelukan adelia, wajah sedihnya langsung berubah menjadi amarah ia langsung bangkit dan mendorong arelia hingga terbentur ke tembok. Cahaya menarik baju depan arelia dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir "kau! kau anak sialan karna kau suami ku berada di dalam sana kalau terjadi apa-apa pada suami ku tak kan ku biarkan kau masih menghirup udara" ucap cahaya dengan gigi menggelatuk.

Langsung arelia meluruhkan air matanya percuma ia mencoba menahan tangisnya, berusaha tegar, percuma semuanya percuma "ibu maaf-maaf, ini semua salah arel, karna arel ayah kecelakaan, karna arel semua karna arel!" arelia meluruhkan tubuhnya berjongkok bersandar pada tembok RS.

Romi menghampiri arelia cukup sudah amarah yang ia pendam selama ini pada arelia. Romi jongkok di depan arelia "rom-romi" ucap arelia mendongak untuk menatap Romi yang lebih tinggi darinya.

Tangan Romi terangkat di letakkan pada kepala arelia langsung menarik rambut arelia dengan begitu keras.

"A-aduh sakit Rom sakit hikss ampun, ampun sakit Romi" bukan bukan ini yang ia inginkan, ia hanya ingin salah satu keluarganya dapat menenangkannya tapi apa? ekspetasi memang tak sesuai realita bukan?

"2 kali, 2 kali Lo bikin keluarga gua hancur lagi! dulu Kakung, karna lu Kakung pergi ninggalin kita dan sekarang karna lu Paman gua, Paman gua juga hampir celaka karna lu anjing!" umpat romi masih dengan menarik rambut arelia.

"Berdiri nggak lu!" Arelia pun bangkit dari posisi jongkok nya.

PLAK!' pipi kanan arelia di tampar hingga bertatu dan bibirnya sobek mengeluarkan darah.

PLAK!' satu lagi pipi kirinya di tampar hingga memerah.

Pelakunya adalah Omanya sendiri. "Cucu ga guna! ga tau di Untung" desis indah. Ia sungguh amat marah bagaimana tidak, anak tersayangnya sedang bertaruh nyawa di dalam sana dan itu hanya karna cucu tak bergunanya itu.

Arelia hanya bisa menangis memegang pipinya "maaf Oma, maafin arelia" gumam arelia pelan.

Adelia berjalan menghampiri arelia,

SREEEK!'

DUAGH!'

BUGH!'

BUGH!'

RelKan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang