BAGIAN 40

712 47 0
                                    

Happy reading my readers
________________________

Arelia turun dari bus yang baru ia tumpangi, kaki jenjangnya berjalan menyusuri jalanan menuju kediamannya, kata-kata yang di ucapkan Edward tadi terus terngiang di ingatannya.

Mana mungkin!

Kalimat itu terus menyangkal segala fikiran negatif dalam kepalanya.

Arelia menghembuskan nafasnya, ia harus mengetahui kebenaran dan alasan mereka melakukan itu semua. Perlahan tangannya menarik engsel pintu rumah keduanya itu.

Elna, Ilham dan Reyhan ternyata sedang berkumpul.

"Assalamu'alaikum" salam arelia ia pun mencium tangan mereka sebagai tanda hormat.

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka.

"Sudah pulang nak ganti baju terus makan ya, bi minah udah siapin makanannya" ucap elna saat arelia mencium tangannya.

"Nanti aja mah, ada yang mau urel tanyakan" ucap arelia dia pun duduk di tengah-tengah elna dan Ilham.

"Tanya apa rel?" Tanya ilham, ia di buat penasaran, tumben-tumbennan anak nya itu.

"Urel mau tanya, apa kalian yang buat perusahaan adipati hampir bangkrut?"

Ilham dan rey di buat terkaget dengan pertanyaan urelnya itu, bagaimana bisa? Elna yang mendengar pertanyaan arelia pun hanya bisa menghembuskan nafas ia tau bahwa pasti arelia akan segera mengetahui ini semua, serapat apa pun mereka untuk menutupinya pasti akan terbongkar.

Elna menggenggam tangan anaknya itu menepuk pelan "iya papa dan Abang mu yang melakukannya" jujur elna.

"Mah!"

"Mengapa?" Arelia tak percaya, mana mungkin!

Arelia tertawa pelan "hahaha mana mungkin, Mama bohongkan?" Tanya Arelia memastikan.

Elna menggelengkan kepalanya "apa alasannya?" Tanya arelia.

"Rel, ini semua buat kamu sayang, kita melakukan ini semua buat hukuman mereka! biar mereka sadar sama kelakuan mereka selama ini" rey menjelaskan alasan di balik kebangkrutannya perusahaan adipati. Ia tak mau adenya itu salah paham dan membenci keluarganya.

Arelia menggelengkan kepalanya "ga, ini salah" gumam arelia.

Ilham merasa bersalah pada anaknya, itu memang salahnya yang bertindak tak memikirkan konsekuensinya "he,em ya nak itu semua perbuatan kami, kami berfikir kalau kita melakukan itu semua akan membuat mereka sadar dan mereka akan merasakan bagaimana yang selama ini kamu rasakan"

Arelia menatap sang papa dengan mata berkaca-kaca "supaya mereka bisa merasakan apa yang urel rasakan pah, mereka tak akan pernah merasakan bahkan tak bisa merasakan apa yang urel rasakan, biarkan rasa sakit, rasa tersakiti yang selama ini urel rasakan, biarkan urel sendiri yang rasain jangan orang-orang yang urel sayang" arelia menundukkan kepalanya "bukan seperti ini caranya, ini salah. Papa sendiri yang pernah bilang supaya jangan balas dendam tapi? Ahh arelia kecewa"

"Rel maafkan kami" Ilham menggenggam tangan arelia.

Arelia tersenyum "gapapa urel tau ini semua kalian perbuat sebagai tanda sayang dan tak terima kalian urel tau. Hanya saja caranya yang salah"

"Dek maaf ya ini semua ide abang. Abang selama ini bersabar di saat kamu di caci maki di sakiti, tapi sesabar-sabarnya seseorang pasti akan habis jika terus di uji, Abang fikir dengan ini mereka akan sadar bahwa yang mereka lakuin itu salah"

"Urel tau, sebenarnya urel sedikit kecewa tapi tak apa urel tetep sayang kalian kok, kalian tetep keluarga urel yang urel sayang, karna kalian urel ngerasain hangatnya sebuah keluarga, bagaimana kehangatan pelukan canda tawa didalam rumah, yang selama ini selalu urel impikan" elna dan Ilham memeluk arelia yang berada di tengah-tengah mereka.

RelKan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang