BAGIAN 7

814 66 2
                                    

Happy reading my readers
________________________

"Hoaammh" arelia bangkit dari kasurnya mengucek mata pelan lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela samping, melihat matahari yang merangkak naik perlahan.

Dia tersenyum manis, dia bersyukur karena yang maha kuasa masih memberikan dirinya kehidupan, yang artinya perjuangannya belum berakhir dan masih berlanjut.

Arelia menghela nafas panjang dia masih mengingat kejadian kemarin sore.

Itu adalah pertengkaran terbesarnya sepanjang dia hidup.

Ayahnya, dia tak pernah berbuat kasar padanya selama ini tapi untuk pertama kalinya beliau bermain tangan padanya.

"Aku harus berangkat ke sekolah, arelia semangat!" Ucap arelia menyemangati dirinya sendiri.

Kalo kalian bertanya apakah arelia bosan dengan kehidupannya?

Maka jawabannya, iya arelia bosan.

Bosan sampe muak!

Ia sudah muak dengan tatapan orang-orang saat melihatnya seakan dia itu kuman, telinganya sudah bosan mendengar segala lontaran kata tak senonoh dari orang-orang untuknya.

Dia bosan dia muak tapi dia tak bisa apa-apa. Rasa sakitnya ia rasakan sendirian, bisikan dan rintihan tangis rasa sakit tiap hari ia rasakan sendirian. Dia disini hanya bisa terdiam dengan sabar, dan bermimpi agar di masa depan ia akan merasakan bagaimana rasanya di terima keberadaannya dan di sayangi sepenuh hati.

Walaupun ia tau itu hanya sebuah angan-angannya.

Arelia mengambil hoodie lalu memakainya, rambut panjangnya ia sampirkan ke depan hingga menutupi wajahnya sebagian, kupluk hodie dia angkat hingga menutupi kepalanya, lalu ia tersenyum di depan cermin.

"Lo pasti bisa rel!"

Arelia pun mengambil tasnya dan berjalan keluar kamar, siap untuk berangkat ke sekolah.

Arelia menuruni anak tangga dengan semangat.

"Arelia"

Langkahnya terhenti di atas anak tangga paling bawah, karna mendengar panggilan dari sang ayah.

Arelia mengalihkan pandangannya ke tempat keluarganya berkumpul untuk sarapan bersama.

Arelia menggelengkan kepalanya, nggak, gak boleh dia gak boleh lemah hanya melihat pemandangan yang padahal setiap hari ia lihat.

"Sini nak kita makan bersama" ucap antoni.

"Mas!"

"Ayah!"

"Tta-tapi-" ucap arelia gugup, ia tak salah dengar kan? Ayahnya! Benarkan ayahnya menyuruhnya untuk sarapan bersama? Ia tak salah dengar kan?

"Sudah tak apa sini" ucap Antoni dengan senyum manis terpatri di wajahnya yang menua seiring berjalannya waktu.

Arelia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, dia pun berjalan menghampiri mereka lalu menggeser bangku samping Adelia, bangku yang seharusnya selama ini ia duduki.

"Kamu mau apa? Roti apa nasi goreng?" Tanya Antoni.

"Mhh arel ingin roti selai stroberi" ucap arelia ragu-ragu ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.

"Oke" Antoni pun mengambil roti yang di inginkan arelia.

TING!'

Adelia membanting sendoknya "Ayah kenapa sih! Adel ga suka ya kalo ka arel ikut makan bareng! Jadinya kan Adel ga napsu makan! Adel sebel sama ayah!" Adelia mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan mereka tanpa pamit.

RelKan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang