[19] Cepetan Cinta, dong!

43.8K 6.6K 819
                                    

Laser membuka pintu markas Devil Squad dengan sekali tendangan kasar. Tawa kesal Laser terdengar bersamaan dengan Vano, berjalan mendekatinya dengan smirk, "Wis-wis. Ada apa dateng ke markas gue? Kenapa? Sayang banget cuma ada gue di sini," tanya Vano dengan wajah meremehkan ketika melihat Laser juga datang sendirian. Dari awal Vano melihat batang hidung Laser di markasnya, ia sudah tahu kedatangan Laser di sini untuk membalas dendam.

Laser bergerak, ingin menghantam pipi Vano dengan pukulan keras. Pukulan yang akan mengajari Vano bagaimana cara menjunjung tinggi sportifitas. Namun Vano berhasil menghindarinya.

Kini giliran Vano melayangkan bogeman yang langsung dihindari Laser. Tapi tendangan Vano mengenai perutnya. Pikirannya mendadak tidak fokus. Bayangan Natusa yang selalu berusaha menendangnya mendadak terlintas di benak Laser.

Rasa sakit di pipi membuat Laser tersadar. Ia menatap Vano yang baru saja memukul rahangnya keras. Laser meringis ketika merasakan sedikit asin di ujung bibirnya. Laser balik melayangkan pukulan brutal pada Vano.

Vano yang dibuat kewalahan mulai tidak bisa menangkis semua serangan Laser. Alhasil, dia terkena pukulan telak di rahang kokohnya. Tangan kirinya dipelintir Laser sampai terdengar seperti suara tulang patah. Ia berteriak kesakitan dan ambruk. Belum cukup, Laser duduk menindihi Vano dan melayangkan bogeman lagi di rahang Vano. Sekali. Dua kali. Tiga kali, Vano membalik posisi mereka. Ia menindihi Laser dengan seluruh tenaga dipusatkan pada kepalan tangannya dan menghantam keras hidung Laser.

Belum sempat Laser merasakan rasa sakit di hidung, Vano sudah memberikan pukulan yang lebih keras di rahangnya. Vano meringis ketika tangannya terasa sakit setelah menghantam rahang kokoh Laser.

Laser tidak mau kalah, ia berguling lagi menindihi Vano dan memberikan banyak pukulan brutal di wajahnya. Melihat Vano tidak bertenaga lagi untuk membalas, Laser turun dari badan Vano dan melihatnya hampir pingsan dengan wajah yang sudah bengkok tidak karuan. Mungkin wajah Laser sendiri tidak jauh berbeda dengan Vano. Laser berdiri, melangkahkan kaki agak menjauh dari badan Vano sebelum jatuh terduduk karena sudah kehabisan tenaga.

Laser berusaha berdiri lagi dengan keseimbangan payah. Hampir jatuh, tetapi masih bisa dia tahan. Laser memegangi kepalanya yang nyut-nyutan. Darah yang tidak berhenti keluar dari hidung membuatnya agak susah bernafas. "Ajarin anak buah lo sportifitas. Jangan jadi pengecut yang nggak tau malu!"

Mendengar itu Vano tertawa lemah. Berniat mengejek, tetapi malah terdengar mengenaskan.

Laser menatap Vano geram sebelum pergi dari sana. Merasakan seluruh wajahnya yang berkedut sakit, satu tujuannya sekarang adalah ... rumah Natusa!

^^^

Tok. Tok. Tok.

Natusa yang sedang nyemil sambil nonton drama korea Descendant of the Sun, segera berhenti mengunyah. Dengan dahi yang berkerut, ia mengalihkan pandangannya dari televisi ke pintu, dengan tatapan bengis. Ia paling tidak suka ketika enak-enak nonton drama, ada yang mengganggunya seperti ini. Ketinggalan beberapa detik saja sudah buat dia menyesal!

"IYA! IYA! BENTAR IH!"

Natusa beranjak dengan sangat terpaksa ketika ketukan pintu, terdengar semakin keras.

Natusa membuka pintu. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah menyeramkan, dengan sedikit bumbu merah yang menghiasinya.

Sedetik, dua detik, tiga detik, ... , sepuluh detik.

Natusa baru sadar jika sosok menyeramkan di hadapannya sekarang adalah Laser! Coba lihat. Apa-apaan wajah ini! Hidung bengkok berdarah, mata besar sebelah, bibir sobek, pipi lebam-lebam.

Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang