Kulacinopun mengering, terlalu lama diterpa angin. Cintapun bisa sirna ketika masalah tak dipecahkan bersama.
^^^
Tau kulacino itu apa? Kulacino : bekas air di meja akibat gelas dingin/basah.
^^^
Di parkiran sekolah, Laser menangkup kedua pipi Natusa dengan perasaan gelisah membanjiri hatinya. Insiden truk kontainer tadi sangat membuat Natusa terpukul. Wajar saja. Tadi truk kontainer melaju cepat dari depan menuju ke arahnya dengan sedikit oleng.
Hampir saja mereka berdua tertabrak jika Laser tidak menghindar dengan sedikit menikung tajam ke kanan. Untungnya Laser segera menghindar ketika jarak antara truk dengan motornya masih sedikit jauh. Lebih untungnya lagi, supir yang ketika diintrogasi tadi ternyata mengantuk berat, langsung mengerem dadak. Sehingga tidak meninggalkan kerusakan sama sekali di jalanan sekitar.
Yang Laser khawatirkan saat ini hanyalah Natusa. Ia masih terlihat syok karena kejadian tadi. Apalagi mengingat kesehatan Natusa yang belum pulih sepenuhnya, dia takut membuat Natusa trauma kemudian stres. "Nat. Hey. Nat." Laser menepuk pipi Natusa keras. Sontak Natusa langsung mendelik dan menyingkirkan tangan Laser dari pipinya.
"AW! SAKIT!" Natusa mencebikkan bibir. Tangannya mengelus kedua pipinya yang terasa panas karena tepukan keras laser. Natusa masih merasa sedikit kaget karena kejadian buruk yang hampir menimpa mereka berdua tadi. Dia hanya ingin bernafas panjang sejenak dan menetralisir rasa kagetnya saja. Eh Laser malah menabok pipinya.
Laser terkekeh ketika melihat ekspresi lucu Natusa ketika marah. "Ya maaf, deh. Aku takutnya kamu syok berat dan tiba-tiba stres, tiba-tiba pingsan, lalu trauma berkepanjangan."
"Amit-amit!! Kok doain yang jelek gitu, sih?" Natusa semakin kesal ketika mendengar doa-doa tak wajar yang dilontarkan Laser. Walaupun dia tahu Laser mengkhawatirkannya, tapi Natusa masih ingin marah pada Laser. Kenapa? Pertama, Laser belom jelasin kenapa kemaren nggak jadi dateng ke rumahnya. Kedua, enak aja tadi main tabok-tabok pipi. Nih, pipinya masih panas sampai sekarang.
"Aku nggak maksud mau doain yang jelek-jelek, Donat." Laser berkata dengan suara yang terdengar merayu. Melihat Natusa yang masih saja terdiam, ia tiba-tiba merasa tidak nyaman ketika teringat kemarin. "Errr Nat. Maaf ya kemaren nggak jadi ke rumah kamu. Papa kemaren---" Sebelum menyelesaikan ucapannya, Natusa sudah memotong, "iya-iya. Nggak pa-pa. Aku ngerti." Natusa tahu sekali bagaimana posesifnya papa Laser. Jika kemaren Laser tidak jadi ke rumahnya karena papa Laser melarang, berarti Laser sudah mau menuruti permintaan papanya dong? Natusa tersenyum dalam hati. Ia ikut senang jika pada akhirnya Laser benar-benar bisa berubah.
Ketahuilah. Laser tidak berbohong. Sergio memang melarangnya untuk keluar lagi kan kemarin? Apa yang dia jelaskan pada Natusa bukanlah kebohongan, namun tidak mencakup keseluruhan.
Ketika Laser membuka mulut, hendak mengatakan permintaan maafnya sekali lagi, dia baru sadar ucapan Natusa tadi ada yang berbeda. Sambil tersenyum sumringah Laser bertanya, "kamu bilang apa tadi? Aku ngerti? AKU? Serius nggak salah denger, nih kuping?" Laser tertawa puas ketika melihat Natusa mengernyitkan alis bingung. Sedetik kemudian Natusa menjawab sambil tersipu malu. "Apa?! Gue nggak ada ngucapin itu." Natusa mengelak membuat Laser menatap Natusa penuh arti. Yang ditatap terus berusaha mencakar wajah Laser dengan susah payah.
"Ehem."
Sebuah deheman keras membuat fokus keduanya teralih. Nindy, berdiri tidak jauh dari posisi Laser dan Natusa, sedang tersenyum manis ke arah Laser. "Kak Laser. Boleh ngomong sebentar? Berdua," ujar Nindy dengan mata yang sedikit melirik Natusa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaMimpi adalah bunga tidur. Namun bagaimana jika mimpi menghantuimu, mengekangmu pada setiap sudut kesunyian, menjebakmu tanpa tahu jalan keluar? Mimpi rasa nyata. Masihkah kamu berani tidur? *** Laser kena getahnya juga! Salah sendiri jadi cowok usi...