[30] Laser VS Bapaknya

37.2K 5.1K 982
                                    

Gue emang suka manjat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue emang suka manjat. Kenapa? Ga terima? Mau sama-samain gue kayak yang di bawah?

Mau dilihat dari manapun juga, beda jauhlah dari muka ganteng gue:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau dilihat dari manapun juga, beda jauhlah dari muka ganteng gue:)

^^^

Tengah malam, Natusa bergerak resah dalam tidurnya. Dahi dan leher yang penuh dengan keringat membuatnya frustasi. Ia berdecak kesal seolah memarahi kipas yang anginnya tidak terasa sama sekali. Berkali-kali ia mengubah posisi tidurnya. Telentang, miring ke kanan-kiri, tengkurap, kepala miring ke kanan, tapi tetap saja merasa tidak nyaman. Karena tidak tahan dengan rasa gerah yang semakin lama semakin membuat bajunya ikut basah, Natusa membuka matanya lebar-lebar.

Hal pertama yang ia lihat adalah hitam. Gelap secara keseluruhan, menyisakan tirainya yang terkena pancaran sinar lampu jalan di luar rumah. Natusa dibuat mengernyit sekaligus kaget ketika  melihatnya. Di sela-sela pintu kamar bisa Natusa pastikan jika keadaan rumah Natusa, bukan hanya kamarnya saja, sekarang gelap total.

Ia turun dari kasurnya perlahan lalu berjalan mendekati tirai. Dibukanya tirai itu. Keadaan luar terang benderang. Rumah tetangga menyala semua. Natusa langsung was-was. Rasa kantuknya sudah hilang sepenuhnya tergantikan rasa was-was.

Jangan-jangan ... ada maling yang sengaja mematikan listriknya! Pikiran Natusa sontak menjadi buram. Jantungnya berdebar-debar ketika menutup tirai. Berjalan panik menuju ranjangnya, dia sedikit menyerempet meja ketika merebahkan diri di atas ranjang.

Dengan jantung yang berdebar-debar, Natusa memeluk lututnya. Tangannya menggerayahi bawah bantal untuk mencari ponsel. Dia tidak berniat untuk menelfon Ratna karena ingin menunjukkan jika dia bisa mandiri.

Natusa menyalakan senter ponselnya untuk mengecek stop kontaknya di luar. Ia bersyukur dalam hati ketika mengingat rumahnya kecil, tidak sebesar punya Lusi, Anas, ataupun Laser.

Natusa berjalan keluar kamar secara perlahan. Menyenter sekitar, takut-takut ada sesuatu menyeramkan menyergapnya diam-diam.

Tap... Tap... Tap...

Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang