[25] Namanya Nindy

38.2K 5.3K 781
                                    

Gue udah ganteng gak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue udah ganteng gak?

^^^

Berhenti sebelum memulai, lalu dipaksa kembali ketika dengan berat hati memutuskan pergi.

^^^

Pagi-pagi sekali, Laser mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Jika bukan karena sekarang adalah hari Kamis, hari becak untuk Natusa, Laser tidak akan mau berangkat pagi.

Ia merasa sedikit gugup ketika membayangkan ekspresi Natusa ketika melihatnya nanti. Mengingat Laser kemarin berbohong, dan banyak anak masih ada di sekolah juga, tidak menutup kemungkinan ada salah satu anak yang mengadu pada Natusa. Jika Natusa tahu Laser membohonginya, apa yang akan terjadi? Apa Natusa akan menghindarinya?

Berdecak kesal, bayangan Laser menghentikan motornya di depan rumah cewek asing yang dia tolong kemarin tiba-tiba memasuki pikirannya. Cewek manis berkulit sawo matang itu salah satu fans fanatiknya bukan? Nanti kalau cewek itu baper dan umbar-umbar kebersamaannya kemarin, tamatlah riwayat Laser. Tamatlah kisah cintanya.

Tak terasa akhirnya Laser sampai juga di depan rumah Natusa. Dengan sedikit was-was Laser terus menerka mengapa Natusa yang biasanya berdiri di depan gerbang menunggunya, sekarang tidak ada. Satu tebakan yang paling dia yakini benar adalah Natusa sudah tahu Laser membohonginya dan sekarang dia marah, memilih untuk berangkat duluan.

Tapi tidak mungkin Natusa berangkat duluan. Ini masih jam 6 lebih 5 menit! Ngapain Natusa pagi-pagi sekali sudah stay di sekolah? Mungkin ... Natusa masih tidur.

Laser mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah Natusa. Gerbang masih tertutup rapat walaupun tidak digembok, pintu rumah juga masih tertutup, jendela bawah yang sepertinya adalah kamar mama Natusa sudah terbuka. Daripada dia diam sampai lumutan di depan sini, mending Laser masuk dan mencari seseorang yang bisa dia tanyai untuk memastikan.

Membuka gerbang dan menuntun motor gedenya masuk, Laser memarkirkan motor di depan pintu lalu mengetuk pintu keras, tapi sopan. "Permisi."

Tok. Tok. Tok.

"Permisi." Laser meninggikan suaranya. Seakan tak bosan mengetuk pintu, Laser terus melakukannya berulang kali sampai sebuah suara terdengar pelan dari kedalaman rumah. "Iya. Bentar."

Akhirnya.
Laser menghembuskan nafas lega ketika pintu terbuka menampakkan seorang pria paruh baya, memakai kaos lusuh membuka pintu dengan senyum ramah melekat di wajah keriputnya. "Cari Non Natusa?"

"Iya, Pak. Natusa ada?" Laser bertanya dengan sopan.

"Ada, kok. Ada. Ayo masuk dulu." Laser menganggukkan kepala dan langsung masuk rumah Natusa ketika bapak ini membuka pintu lebih lebar. "Aden nggak tau kalo Non Natusa sakit? Dia ada di kamar. Nyonya tadi beli obat buat Non Natusa. Jadi saya yang jaga rumah."

Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang