Untuk sebagian besar hidupku, kebahagiaan bukan hal yang biasa kulakukan.
^^
Hari masih pagi tapi Natusa sudah duduk dengan menyedihkan di depan gerbang rumahnya. Bibirnya mengerucut dengan kedua alis saling terpaut. Kakinya yang lurus, sekali-kali bergerak seakan menendang sesuatu. Ia mengabaikan roknya yang mulai kotor. Toh, besok almamaternya sudah tidak dipakai lagi.
Mood-nya masih jelek sejak kemarin melihat Arjun tertawa bersama adik kelas itu. Jangan sentuh seujung rambutpun jika tidak mau kena tendangan mautnya.
Siapa adik kelas itu? Bukan maksud mau main labrak-labrakan, Natusa penasaran aja, siapa sebenarnya dia? Mana cantik banget lagi.
Natusa memegang pipinya. Kalah cantik. Jadi Laser bener? Mungkin cewek itu adalah cewek yang sama, yang dianter pulang sama Arjun.
Natusa memejamkan mata sambil berusaha meredam panas hati. Ia berdiri dan berjalan mondar-mandir sambil sesekali melihat ke arah utara. Ia melirik arlojinya. Pukul 06.15 WIB.
"Laser mana sih?! Kan udah janji mau jemput jam 6." Natusa mengatakannya setelah berdecak tidak sabar.
Hari Kamis.
Hari dimana Laser harus jemput Natusa pake becak.
Natusa sudah tidak sabar lagi menikmati udara segar di pagi hari dengan duduk manis di atas becak.Natusa membuka ponsel, lalu mencari kontak Laser dan mengetikan,
Natusa : Woi
Natusa : LO DIMN?
(centang satu)Good. Very Good. Mengapa semua orang selalu menghilang dari muka bumi ini ketika dibutuhkan?
Kalo tuh cowok nggak mau jemput, bilang! Jangan gantungin kayak gini! Ntar kalo gue tungguin dia sampe jam 7 gimana? Kan bisa telat gue. Terus, kalo gue berangkat duluan, takutnya ntar dia jemput, kan kasian.
Dengan terus menggerutu, Natusa melihat dari arah utara, ada motor yang melaju dengan kencang. Di belakang motor itu, ada mobil hitam yang melaju konsisten, seperti mengikutinya.
Setelah beberapa saat, kedua kendaraan itu berhenti tepat di depannya. Natusa menyipitkan mata menatap seseorang yang mulai membuka helmnya.
Ternyata,
Laser!"Loh, kan gue udah bilang sama lo! Jemput gue pake becak!" Natusa menyambut Laser dengan omelan, membuat Laser berdecak muak, "Nat, liat dulu!" Laser menunjuk mobil yang mengikutinya tadi, ternyata bukan mobil, tapi pick up.
Natusa mengikuti arah tunjuk Laser dan melihat sebuah becak nangkring manis di sana.
"Ya kali gue jemput lo pake becak dari rumah gue. Asal lo tau ya. Rumah gue jauh banget dari rumah lo. Bisa-bisa gue berangkat jam 5 baru nyampe besok." Kali ini, giliran Laser yang mengomel.
"Mang, tolong turunin becaknya ya." Laser meminta tolong pada supir pick up. Ia menatap Natusa sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Nat, Nat. Gue udah bela-belain ini. Masa gue nggak disuruh masuk buat nitipin motor gue?"
Natusa berkacak pinggang sambil berkata, "nama gue bukan Nathan!" Matanya melotot lebar.
"Siapa yang bilang nama lo Nathan?" Laser menatap Natusa aneh. "Lagian, terserah gue, dong. Mau panggil lo Nathan, kek. Nato, kek. Atau Donat, kek. Mulut-mulut gue."
Natusa menutup mulutnya rapat-rapat karena menahan amarah. "Ya udah! Masukin motor lo!"
"Aman, kan?" Tanya Laser sedikit was-was. Masalahnya, motor ninja hijau ini didapat sendiri dari menang lomba modifikasi motor. Sedangkan motornya sendiri yang waktu itu ia gunakan untuk lomba, sudah laku di pelelangan saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)
Novela JuvenilMimpi adalah bunga tidur. Namun bagaimana jika mimpi menghantuimu, mengekangmu pada setiap sudut kesunyian, menjebakmu tanpa tahu jalan keluar? Mimpi rasa nyata. Masihkah kamu berani tidur? *** Laser kena getahnya juga! Salah sendiri jadi cowok usi...