Hari yang ada di chapter [25] masih berlanjut sampai chapter ini loh^^
Yuk baca hari yang sangaaaat panjang ini.
^^^
Penyesalan memang selalu ada di akhir. Andai penyesalan bisa membuat semuanya kembali dalam keadaan semula yang kita harapkan, tidak akan ada yang namanya ngenes.
^^^
Natusa meminum segelas air putih dengan cepat, berharap rasa nyeri di tenggorokannya mereda. Berkali-kali ia berdehem keras dan marah-marah sendiri pada tenggorokan yang terkena virus itu. Tadi pagi mama pulang membawa seorang dokter untuk memeriksanya. Padahal Natusa sudah bilang untuk dibelikan obat saja, jangan panggil dokter. Ehh ternyata dipanggilin. Untung saja Natusa tidak disuntik. Mama memang benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Setelah diperiksa, dugaan Natusa dan mamanya benar. Ia terkena radang.
Natusa mengecek jam untuk kesekian kalinya. Sudah jam setengah lima tapi Laser belum juga kesini? Tahu gini tadi dia tidur saja, istirahat, dan tidak menunggu Laser yang tak pasti akan datang membawa camilan.
Apa jangan-jangan Laser menanggapi ucapannya dengan serius? Kan dia cuma bercanda pas bilang Laser nggak kesini juga nggak pa-pa.
Sedikit mengerang saat merasakan tenggorokan yang panas, Natusa menutup mata, ingin tidur dan tidak menunggu Laser lagi.
Suara knalpot motor ber-cc tinggi yang berhenti di depan rumah membuat mata Natusa kembali terbuka lebar. Laser akhirnya datang! Natusa kembali memejamkan mata, berpura-pura tidur.
Setelah lama menunggu akhirnya pintu kamarnya terbuka. Suara derap kaki yang memecah keheningan kamar membuat Natusa sedikit mengernyit. Dari suara sepatunya, Natusa merasa janggal. Karena tak kunjung mendengar Laser mengatakan sesuatu, Natusa kembali membuka matanya.
Sontak ketika melihat sosok yang berdiri menatapnya dengan senyum ramah, Natusa sedikit berjingkat kaget membuat kepalanya nyut-nyutan.
"Arjun?" Natusa menyebut nama itu dengan nada tidak percaya. Untuk apa Arjun ke rumahnya? Astatang. Mendadak Natusa ingin sekali menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut, tapi itu hanya akan mempermalukannya! Jangan salah sangka. Natusa merasa bingung akan berbuat apa, akan berkata apa, bukan karena dia suka sama Arjun. Tapi karena Natusa tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah pertemuan terakhirnya dengan Arjun. Masih ingat Natusa menyindir Arjun? Saat itu dia di kantin bersama Laser, lalu Arjun datang, meminta Natusa untuk menonton pertandingannya, dan Natusa menolak sekaligus menyuruh Arjun untuk mengajak Siren saja menonton pertandingan basketnya. Plis, sekarang gue nggak harus lari, kan? Gue nggak kuat berdiri!
"Kenapa kayak nggak percaya gitu gue ada di sini?" Arjun menanyai Natusa yang tatapannya berlarian kemana-mana seperti sedang memikirkan banyak hal rumit. Ia sedikit tersenyum ketika melihat Natusa kaget mendengar pertanyaannya.
Dengan suara serak Natusa balik bertanya, "lo ngapain di sini?" Nada suara Natusa terdengar jengkel. Ia tidak bisa menahannya lagi. Rasa jengkel yang seharusnya diperuntukkan pada Laser akhirnya keluar juga di tempat yang salah. Laser mana? Kenapa malah Arjun yang datang dan membawa buah-buahan untuknya? Natusa inginnya Laser yang datang sambil membawakan camilan enak-enak yang membuat nafsu makan Natusa tumbuh.
Arjun menaikkan kedua alis. Senyum geli segera tercetak jelas sebelum menjawab, "gue jenguk lo lah. Gue tau lo sakit dari wali kelas lo." Benar. Arjun tidak sengaja bertemu wali kelas Natusa di koridor setelah menanyakan keberadaan Natusa pada Laser. Tentu saja wali kelas Natusa tidak akan menyembunyikan keberadaan Natusa. Setelah mendengar Natusa sakit, pulang sekolah setelah memberi parsel buah dia langsung kemari untuk menjenguk Natusa. Siapa tahu masih ada sedikit harapan untuk mendapatkan cinta Natusa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaMimpi adalah bunga tidur. Namun bagaimana jika mimpi menghantuimu, mengekangmu pada setiap sudut kesunyian, menjebakmu tanpa tahu jalan keluar? Mimpi rasa nyata. Masihkah kamu berani tidur? *** Laser kena getahnya juga! Salah sendiri jadi cowok usi...