"Lo berdua ngapain telfon gue ngajak ketemuan di taman gini? Kalian nggak cuma mau jadiin gue obat nyamuk, kan?" Melihat Lusi yang sudah kembali dari tukang ice cream, Farhan akhirnya menanyakan kebingungannya. Ia tidak terlalu akrab dengan Anas ataupun Lusi, jadi wajar bila dia merasa aneh ketika diajak ketemuan di taman.
Anas menatap Lusi seakan-akan menyuruhnya menjawab. Farhan benar. Mereka berdua menghubunginya karena dia sering terlihat bersama dengan Laser. Anas dan Lusi hendak mencari tahu alasan mengapa Natusa dan Laser menjauh. Lusi dibuat gemas ketika mendengar cerita Natusa tentang Laser yang membantunya mengurus dapur kemarin.
Katanya semua sudah selesai. Tapi untuk saling tidak peduli mereka tidak bisa. Karena itulah Anas dan Lusi berniat mencari tahu semua masalah yang membuat mereka berpisah.
Setelah menelan ice cream, Lusi akhirnya membuka suara. "Lo tau nggak, masalah Laser sekarang?" Wajah Farhan langsung berubah.
Bukannya menjawab Farhan malah balik bertanya, "ngapain tanya masalah Laser ke gue?"
"Gini. Lo tau kan Natusa sama Laser lagi deket?" Anas berusaha membuat Farhan paham dengan pertanyaannya.
"Satu sekolah juga tau kali. Gara-gara itu juga Laser bebas dari fans fanatik yang suka kirim-kirim coklat, surat, plus main nemplok. Ya mungkin karena mereka takut sama si galak," jawab Farhan dengan nada pasti. Coba saja tanya pada tukang kebun. Tau Laser? Dia pasti menjawab, Laser yang nembak cewek di lapangan, kan? Yang pake TOA?
"Lo tau mereka udahan? Eh, gimana sih. Ya pokoknya mereka nggak lanjutin PDKT-annya," tanya Lusi yang bingung sendiri dengan kalimat yang diucapkannya.
"Tau. Tapi gue tau sendiri bukan karena dia cerita," jawab Farhan. Kedua alisnya mengernyit ketika mengingat watak Laser yang tidak begitu terbuka padanya.
"Nah, karena itu gue sama Anas pengen tau penyebab mereka berdua berantem sampai segitunya."
Farhan menggelengkan kepala karena merasa tidak bisa membantu. Ia berkata, "kenapa nggak coba tanya sama Laser sendiri?" Anas dan Lusi diam saja. Mereka juga tidak begitu yakin Laser akan mengatakan semuanya.
Melihat keduanya tidak menanggapi, Farhan mengendikkan bahu. "Yang gue tau, adek kelas yang namanya Nindy itu kayaknya juga deket sama Laser. Mungkin itu penyebabnya."
^^^
"Sa," Lusi menoel-noel pipi Natusa.
"Ihh apa?!" Natusa menoleh dengan sedikit seram. Mood-nya buruk mengingat salam perpisahan Laser yang tidak bisa dilupakannya.
Gue disuruh senyum terus? Gimana caranya?
Bayangan Laser yang hendak pulang hujan-hujanan dengan mantel berwarna navy tidak bisa dia hilangkan dari kepalanya. Laser bela-belain datang hujan-hujan ketika Natusa menelfonnya. Gimana hatinya tidak tersentuh?
"Lo sama Laser kenapa, sih? Maksud ucapan kalian tempo hari apa? Laser nggak ada pas lo butuh, terus Laser juga bilang pengen dimengerti. Kalian ... ada masalah apa?"
Ekspresi Natusa kini bertambah datar ketika mendengar pertanyaan Lusi. Sekelebat pikiran muncul dalam pikirannya. Mungkin cara terbaik untuk cepat melupakan Laser adalah dengan mengingat kekesalannya pada Laser.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)
Dla nastolatkówMimpi adalah bunga tidur. Namun bagaimana jika mimpi menghantuimu, mengekangmu pada setiap sudut kesunyian, menjebakmu tanpa tahu jalan keluar? Mimpi rasa nyata. Masihkah kamu berani tidur? *** Laser kena getahnya juga! Salah sendiri jadi cowok usi...