Kapan lo cinta sama gue?
^^^
Dear Diary,
Aku sadar, mencintai seseorang secara berlebuhan itu racun. Racun yang bisa membunuh rasa cinta pada diriku sendiri perlahan-lahan.
Aku tahu racun itu mulai menggerogotiku. Membuatku merasa sedih karena ditelantarkan, terpuruk ketika ditolak, benci terlahir ketika pada akhirnya harus diperbudak oleh cinta. Namun yang tidak kusadari racun cinta ternyata lebih menyeramkan dari itu. Ia membuatku berjuang dengan putus asa, menyakiti hatiku sendiri dengan pantang menyerah karena dipaksa mencintai sosok yang entah mengapa aku sangat jatuh cinta padanya.
Racun ini semakin lama semakin membuatku tersadar. Untuk apa aku menyakiti diriku sendiri? Untuk apa aku bertahan ketika tidak dipertahankan?
Dan yang tak pernah kusangka, aku sadar akan semua hal itu karena satu sosok yang berusaha menyadarkanku jika di dunia ini ada seseorang yang bisa mencintaiku tanpa harus membuatku patah berkali-kali. Kamu tidak perlu tahu siapa namanya, yang pasti dia membuatku menyadari suatu jalur yang tidak pernah kutapaki sebelumnya. Yaitu, cewek itu memang harus dikejar. Bukan malah mengejar dengan putus asa. Bukan hal yang salah ketika cewek berusaha mengejar cowok yang dia suka. Yang salah adalah menyakiti diri sendiri ketika berusaha mengejarnya.
^^^
Tok. Tok. Tok.
Natusa mengetuk pintu rumah Laser dengan sedikit ragu. Setelah insiden pengakuan cinta Laser padanya di lapangan kemarin, Natusa tidak terlihat seperti cewek yang ngapelin pacarnya kan sekarang? Ia tidak terlihat seperti telah menerima cinta Laser, kan? Natusa hanya ingin menyuruh Laser mengerjakan PR-nya! Tidak lebih!
Ntar kalo Laser kegeeran ngira gue mulai suka sama dia gimana? Malu, lah!
Tapi karena sudah kepalang basah, terlanjur ke sini dan akan sia-sia ketika pulang tanpa membawa apa-apa, Natusa akhirnya tetap mengetuk pintu dengan keras. Berusaha menunjukkan pada Laser jika dia masih tetap kukuh. Tidak goyah sedikitpun karena pengakuannya yang dengan berat hati Natusa harus mengakui jika Laser membuat hatinya sedikit bergetar.
Pintu terbuka. Menampakkan Bi Yem yang tersenyum sumringah ketika melihat Natusa yang akhirnya datang lagi. Beberapa detik kemudian, Natusa melihat ekspresi Bi Yem mulai berubah masam. Dengan sedikit kernyitan di dahi, Natusa bertanya, "Laser ada kan, Bi?"
Bi Yem tersenyum kaku. Tatapannya melirik ke dalam sebentar ketika menjawab, "masuk dulu, Non." Bi Yem mempersilakan Natusa masuk, menutup pintu, dan menuntun Natusa menuju ruang tamu. Ketika Natusa hendak bertanya lagi, suaranya mendadak tersangkut di tenggorokan ketika melihat seorang pria paruh baya duduk di sofa ruang tamu sambil menatap layar laptop yang menyala. Wajahnya yang sangat mirip dengan Laser terlihat sangat tegas. Natusa langsung yakin, pria ini pasti papa Laser yang diceritakan waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)
Ficção AdolescenteMimpi adalah bunga tidur. Namun bagaimana jika mimpi menghantuimu, mengekangmu pada setiap sudut kesunyian, menjebakmu tanpa tahu jalan keluar? Mimpi rasa nyata. Masihkah kamu berani tidur? *** Laser kena getahnya juga! Salah sendiri jadi cowok usi...