[37] Buka Hati?

43.1K 5.9K 632
                                    

"Kesalahpahaman bisa merenggangkan hati yang seharusnya tak terpisahkan."

^^^

Lusi menghela nafas keras ketika melihat Natusa yang duduk di sampingnya sibuk meremas telapak tangan, tidak berusaha mengerjakan soal fisika yang diberikan guru.

Ia sedikit takut pada Natusa ketika mengingat cerita Laser. Semalam Laser mengantarkan Natusa untuk bermalam di rumahnya setelah insiden seram yang hampir merenggut nyawa. Lusi tak habis pikir, bahkan berpikir Natusa mengalami gangguan jiwa ketika Laser menceritakan kejadian semalam.

Natusa melirik Lusi yang kini bergeming dengan alis yang mengernyit dalam. Ia tahu Lusi masih ngeri dengan apa yang ia alami tadi malam. Natusapun begitu. Ia juga masih deg-degan ketika membayangkan apa yang akan terjadi jika Laser terlambat datang.

Berbicara tentang Laser, pikiran Natusa penuh dengannya sejak semalam. Laser yang menyelamatkan nyawanya, yang memeluknya dengan kepanikan tinggi, yang mendengarkan keluh kesahnya tentang mimpi buruk yang ternyata adalah sleep paralysis dan juga lucid dream.

Natusa mengacak rambutnya frustasi. Laser memperlakukannya dengan tulus, hatinya tersentuh, membuat rasa ingin memiliki Natusa tumbuh. Sekarang ia harus menyikapi Laser bagaimana?

"Mikirin Laser?" Natusa mengangguk, kemudian menggeleng cepat. Melihat Natusa yang berusaha menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, Lusi dibuat menyipitkan mata.

"Lo lagi dilema, kan?" tanya Lusi yang segera mendapat anggukan lemah dari Natusa. Kini ia tidak berniat menyembunyikannya dari Lusi.

"Laser sayang sama lo. Gue bisa liat gimana khawatirnya dia sama lo tadi malem. Kasihan dia, Sa. Dia sekarang udah kayak lo dulu waktu lo masih kejar-kejar Arjun."

Benar. Apalagi mengingat Laser juga sedang dalam masalah dengan papanya, Natusa semakin dilema.

Kenapa dia melepas cowok sebaik Laser? Walaupun dia ngeselin, suka kepedean, tapi tetap saja dia juga bisa membuat hati Natusa berbunga-bunga.

"Kenapa lo nggak terima dia aja? Semuanya masih belum terlambat, Sa!" Lusi berkata dengan tatapan meyakinkan.

Benar. Selama Natusa cinta dan Laser juga mencintainya, mengapa tak memulai? Untuk masalah yang akan terjadi kedepannya, ia harus siap. Seburuk-buruknya masalah yang akan menimpa, lebih buruk lagi jika ia tidak berani memulai.

Natusa menatap Lusi dengan tekad yang mulai terkumpul. Ia berdiri, pamit ke toilet dan pergi mencari Laser.

Melihat itu Lusi tersenyum cerah. "Ah, indahnya masa muda."

Natusa berjalan cepat mencari Laser. Mengintip dari jendela kelasnya, bangku Laser kosong. Bahkan jasnya juga tak ada. Natusa berbalik dengan pikirannya yang rumit. Apa Laser bolos lagi? Ia memukul kepalanya sendiri karena kemarin lupa menanyakan masalah Laser.

Berpikir positif, mungkin Laser ada di sekolah, tapi bolos lagi seperti kemarin. Natusa berpikir keras sambil melangkah. Jika ia jadi Laser yang sedang menyembunyikan diri dari keramaian, ia akan ke mana?

Rooftop!

Natusa berbalik arah dan berlari menuju rooftop. Tiba-tiba ketika ia ingin menaiki tangga, ada sebuah tangan yang menariknya memasuki ruang musik.

Sebelum ia sadar sepenuhnya, pintu sudah ditutup rapat membuat pandangannya terbatasi karena sosok yang menariknya membelakangi cahaya.

Dari jarak sedekat ini, Natusa mengerjapkan mata berusaha memfokuskan pandangan.

Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang