[3] Bad Plan

69.1K 7.6K 695
                                    

A/n : Haiii^^ Komentar dan Vote kalian sangat berharga bagiku{}
Komen sebanyak-banyaknya nggak dilarang kok:v

^^

Ku gantungkan angan
Pada angin kerisauan
Sulit dijelaskan
Menjadi kabut dalam pandangan
Menjadi arang yang tak dibakar
Menjadi hujan yang tak menetes

Memintamu tinggal bukanlah tuntutan
Menunggumu membalas bukanlah kepastian

Sampai kau pergi
Tanpa mengucap selamat tinggal
Aku masih saja mengemis perhatian
Macam tak berdosa mengeluarkan senyuman tanpa diminta
Meramu rasa menjadi kebanggaan
Menebar kabar menjadi pahlawan
Memutar balikkan fakta siapa tersangka siapa dalang
Menjadi sesosok malaikat berhati tajam
Maka sisa harapan yang mana harus ku idamkan
Pemilik hati pergi tanpa bayangan
Seisi hati menjadi pecahan kaca yang hancur berkeping-keping

^^

^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^

Prinsip #2
Jangan biarkan hal-hal tidak penting merampas kebahagiaanmu.

👓

Sekolah sedang ramai membicarakan Natusa. Berbagai macam spekulasi terdengar begitu kejam. Natusa playgirl, Natusa norak, Natusa mulai gila gara-gara ditolak Arjun, Laser juga gila mau aja jadi pelampiasan, Lusi juga udah gila ngebelain orang yang jelas-jelas salah, tim jurnalis juga gila ngapain berita kayak gitu disebar-sebar, blablablabla...
Semuanya aja katain gila!

Saat ini, Natusa berada di laboratium biologi. Sendirian, ditemani bermacam-macam organ manusia yang jika dilihat-lihat ternyata seram juga. Ia bersembunyi, dan mencoba menghindar dari keramaian yang seakan-akan membuatnya seperti tersangka. Pikirannya kacau. Baik karena mimpinya semalam maupun karena berita hoax yang disebarkan cowok yang nggak punya otak.

Natusa mengerang frustasi. Tentang mimpinya semalam, kenapa bisa ada lumpur di kakinya saat ia terbangun? Mau tanya mamanya, tapi lupa mamanya sedang kerja di Surabaya. Mau tanya Mas Fadil, kakak kandungnya, kan Mas Fadil udah lama tinggal di rumahnya sendiri sama Mbak Melly. Mereka kan baru aja nikah.

Lumpur, lumpur, lumpur, lumpur...

Natusa terus merapalkan kata itu, berusaha mengingat-ingat apa yang dia lakukan tadi malam sebelum tidur, yang berhubungan dengan lumpur?

Ke kamar mandi? Nggak ada lumpurnya.
Kasur? Apalagi. Masa kasur ada lumpurnya. Dia kan nggak hidup di jaman purbakala.
Mencangkul tanah? Ngapain? Malem-malem nyangkul, bisa-bisa Natusa ngeri sendiri. Takut dikira temennya nenek cangkul.
Ke kuburan? Astagfirullah. Nggak Ya Allah. Ampun.

Find A Way to My Heart (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang