Kalian masih ingatkan apa yang dikatakan Zahra kemarin? Ternyata apa yang dikatakan Zahra itu benar-benar dia lakukan. Dia akan menemukan cara lain untuk mendapatkan hatinya Zikra. Terbukti, pagi ini dia berniat untuk memberikan bekal yang sudah dia siapkan dari pagi untuk Zikra. Diapun juga berniat untuk memberikan makanan itu secara langsung tanpa perantara orang lain.
Tak lupa juga dia mengajak Zifa untuk menemaninya pergi ke kelas sebelah, kelas 12 IPA 2. Awalnya Zifa menolak karena alasan dia malu bertemu dengan Adnan. Setelah Zahra membujuk Zifa dengan iming-iming bubble tea, akhirnya Zifa menurut.
Sudah tentu Zifa menurut, mana bisa Zifa menolak minuman yang satu itu. Zifa sangat menyukai Bubble Tea. Makanya Zahra sering memanfaatkan minuman itu untuk membujuk Zifa disaat ngambek ataupun ingin ditemani kemanapun.
“Tapi, Ra. Gue nggak ikut masuk ya.”
“Lah, kenapa? Temenin gue masuk dong, masa gue harus masuk sendirian.”
“Cepetan masuk, atau gue tinggal.” Ancam Zifa. Zahrapun dengan cepat menggelengkan kepala. Terpaksa Zahra harus masuk sendirian ke kelas Zikra, daripada dia nanti ditinggal oleh Zifa.
Zahra sangat gugup, kini kakinya gemetar. Dia masih berdiri di depan pintu kelas Zikra. Baru kali ini dia merasa gugup saat menemui seseorang, biasanya dia akan terlihat santai. Oke, Zahra harus tenang. Zahra mengambil nafas panjang sebelum dia masuk ke kelas Zikra.
TOKKK!!! TOKKK!!! TOKKK!!!
"Assalamu’alaikum.” Tak lupa Zahra mengetuk pintu kelas terlebih dahulu dan mengucapkan salam. Untung saja di kelas Zikra tidak terlalu ramai, kira-kira sekitar 7 atau 8 orang. Seisi kelas melihat ke arah Zahra. Kini dia semakin gugup.
Sekilas dia mendengar beberapa anak kelas bergosip. “Itu bukannya Zahra ya? Yang ketua basket itu.”
“Lo bener, dia kan Zahra cewek famous yang banyak dideketin cogan sekolah disini.” Kira-kira seperti itulah gosipan anak kelas Zikra.
Zikra yang mendengarpun keliatan sangat risih. Kenapa Zahra sampai nekat datang ke kelasnya? Zikra hanya tidak mau nanti tersebar gosip yang tidak-tidak tentang dirinya dan Zahra.
Entah ada apa kenapa tiba-tiba Adnan menghampiri Zahra yang berdiri di ambang pintu kelas. Sepertinya Adnan sudah peka bahwa Zahra datang kesini untuk memberikan bekal pada Zikra.
“Biar gue kasih ke Zikra, Ra.” Adnan langsung mengambil bekal tadi. Karena Adnan tahu Zikra tidak akan mau mengambil bekal dari Zahra apalagi dia memberikannya secara langsung seperti ini. Nanti apa yang dikatakan oleh anak-anak lainnya. Yang bisa mereka akan digosipkan satu sekolahan.
“Ya udah gue titip ya. Sampain salam gue ke Zikra.” Zahra tersenyum tipis dan melangkah mundur meninggalkan kelas Zikra. Jujur saja Zahra sangat tersinggung dengan sikap Zikra. Zikra tampak sangat tidak peduli dengan kehadirannya tadi. Dia seperti tidak menginginkan hal itu terjadi.
Wajah Zahra tampak murung setelah kembali dari kelas Zikra. Zifa yang melihat reaksi Zahra seperti itu langsung peka. Zifa mencoba menenangkan Zahra. Dia tahu pasti Zikra tidak akan meresponnya sama sekali. Bukannya Zifa sudah mengingatkan tentang hal ini pada Zahra. Tapi Zahra tetap keras kepala. Lihatlah hasilnya sekarang, Zahra tampak sakit hati dan sedih.
“HUAAAAA ZIFA.” Zahra yang sedari tadi diam, kini malah tiba-tiba menangis. Zifa tidak ingin bertanya apapun saat ini, karena apabila Zifa bertanya lebih lanjut tentang masalah tadi, bukannya tenang tetapi Zahra malah semakin kencang menangisnya. Ya, Zahra memang seperti itu. Jadi, jika Zahra sedang menangis, Zifa akan membiarkannya saja. Zifa akan menunggu sampai Zahra sendiri yang siap untuk berbagi cerita dengannya. Zifa memang tipe sahabat yang diinginkan oleh semua orang bukan?
***
"Ra, nanti lo pulang duluan aja ya. Soalnya sepulang sekolah bakalan ada rapat bulanan Rohis."
"Gue tungguin lo aja deh, hehehe."
"Lo yakin? Rapatnya bakalan lama lo. Memangnya lo mau nungguin? Biasanya mah nggak. Oh, gue tau. Lo mau nungguin karena ada Zikra kan? Modus banget ya lo." Zahra yang mendengarnya hanya cengar-cengir saja. Zahra tidak kapok dengan kejadian tadi pagi. Dia akan terus berusaha untuk menarik perhatian Zikra.
Dan kini saatnya rapat Rohis akan dimulai di Aula sekolah. Sedangkan Zahra hanya menunggu ditempat duduk yang sudah disediakan disana. Walaupun dia duduk diluar aula, dia masih dapat melihat Zikra. Karena Aula di sekolah ini dikanan dan kirinya terbuka, tidak ada dinding penghalang. Jadi, semua orang yang lewat, bisa melihat kegiatannya dari luar.
Zikra selaku Ketua Rohis sedang memberikan arahan pada semua anggotanya. Zahra terus saja menatap Zikra dari luar aula. Ya Allah, kenapa dia sangat tampan? Ketika melihatnya bawaannya selalu tenang dan damai. Atau karena itu ciri kesholehannya? Sepertinya dia adalah orang yang sangat tepat untuk gue jadiin pacar.
Zahra terus saja bergelut dengan pikirannya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Tetapi, tiba-tiba Zikra melihat sekilas kearahnya. Zahra yang kepergok sedang memandangi Zikra, langsung membuang wajah ke sembarang arah. Dia malu. Sangat malu.
Saat beberapa menit kemudian, Zahra kembali melihat kearah Zikra lagi. Syukurlah dia tidak melihat kearah Zahra lagi. Kini dia sibuk dengan urusan kegiatan Rohisnya.
Kira-kira sekitar 45 menit, akhirnya rapat selesai. Zahra hendak menghampiri Zifa ke Aula, namun saat dia berjalan menuju Aula, entah dia tidak melihat jalan tiba-tiba dia jatuh tersungkur. Tidak. Kini bukan karena tali sepatunya, tetapi ada kulit pisang yang dia pijak. Dia sangat malu sekarang. Semua anak-anak Rohis yang masih di Aula kini menertawainya. Rasanya Zahra ingin menangis sekarang.
Dengan cepat Zifa menghampiri Zahra. Dia segera menolong sahabatnya itu dan membawa Zahra pergi menjauh dari Aula. Sebelum Zahra pergi, dia sempat melihat bagaimana reaksi Zikra saat melihatnya jatuh. Dia hanya menatap dengan tatapan datar dan dingin.
Jujur, Zahra kecewa untuk yang kedua kalinya pada Zikra. Apakah dia tidak sedikitpun cemas dengan melihatnya terjatuh tadi? Oh, tentu tidak. Memangnya Zahra siapa? Yang harus dia khawatirkan.
"Ra, lo nggak apa-apa? Ada yang luka nggak?" Zifa sangat khawatir dengan keadaan Zahra.
"Nggak apa-apa kok, Zif. Cuma luka dikit doang di telapak tangan sama lutut gue." Benar saja kini telapak tangan Zahra tergores. Pasti rasanya sangat perih.
"Ra, gue antar pulang yuk." Zahra hanya bisa mengangguk. Dia masih kepikiran dengan kejadian tadi dan bagaimana ekspresi Zikra yang jauh diluar perkiraannya. Alih-alih mencemaskan keadaannya,dia malah pergi begitu saja. Kecewa? Tentu saja Zahra kecewa.
***
Kini Zifa telah mengantarkan Zahra sampai rumah dengan selamat. Oh tidak, Bunda langsung melihat keadaan Zahra yang merasa sedikit kesakitan.
"Zahra kamu kenapa?" Tanya Nita yang baru saja dari dapur. Nita mendekati putrinya itu. Dia langsung melihat tangan anaknya yang tergores. "Kamu kenapa? Kok tangannya luka gini?" Lanjut Nita lagi.
"Tadi Zahra jatuh, Bun disekolah." Jawab Zifa mewakili.
"Ya Allah kenapa bisa jatuh? Kenapa kamu nggak hati-hati sih?"
"Tadi Zahra nggak sengaja injak kulit pisang bun, makanya Zahra jatuh deh. Karena ngelihat Zahra kesakitan, jadi Zifa anterin aja sampai rumah."
"Ya Allah. Makasih ya, Zifa."
"Sama-sama, bun. Ya udah, Zifa pamit pulang dulu ya, bun. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh."
"Lain kali hati-hati dong nak. Sini bunda obatin."
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ketua Rohis [Completed]✔
Teen FictionHidup bersama dengan orang yang terkesan dingin bahkan cuek, ternyata tidak seburuk yang dibayangkan. Bahkan hidup bersama dengannya hingga dikirimkan malaikat kecil merupakan hal terindah yang Tuhan kirimkan untukku. ~~~ Cover by: Pinterest Penasar...