"Sayang, aku lapar aku ingin makan." Zikra mengambil posisi duduk tepat di sebelah Zahra.
Diam. Zahra hanya diam, seolah-olah tidak mendengarkan Zikra. Jujur saja, saat ini Zahra sangat tidak mood melihat Zikra. Entah kenapa, setiap kali dia melihat Zikra, selalu terbayang momen-momen dimana saat Zahra mencoba mendekatinya, tetapi Zikra malah menjauh. Bahkan sangat cuek.
"Ra. Kamu dengarin aku nggak, sih?" Zikra mencoba mengulangi perkataannya lagi.
"Hmm." Zahra hanya bergumam. Diapun juga sangat malas untuk berbicara. Dia hanya pengen sendirian. Mood nya sangat jelek hari ini.
"Zahra. Dengarin aku dulu."
"Apa?" Satu kata yang hanya keluar dari mulut Zahra.
"Aku laper sayang, aku pengen makan."
"Terus?"
"Iya masakin dong sayang, aku pengen coba masakan kamu."
"Kemana aja kamu saat aku kasih kamu bekal tapi kamu nggak mau nerima? dan malah Adnan yang ngambil bekal dari aku."
"Tapi saat itu kan beda sayang? Kalo sekarang kan kita udah halal."
"Tapi setidaknya kamu bisa kan ngehargai bekal yang aku kasih waktu itu."
"Terserah kamu aja deh, ya udah aku yang bakalan masak malam ini." Zikra lebih baik mengalah, dia tidak mau berdebat lebih panjang dengan Zahra. Dia tahu mood istrinya sangat buruk hari ini. Karena memang sedari tadi Zahra hanya diam dan tak ingin melakukan apapun.
"Kalau cuma buat cobain makanan waktu itu, apa salahnya sih dimakan aja? Hubungannya apa coba kalau udah halal atau belum? Dia nggak ngerasain sih rasanya dicuekin itu gimana? Sakit tau." ucap Zahra bermonolog sendiri.
***
"Sayaaaang ayo makan." Teriak Zikra dari lantai bawah.
1 menit...
2 menit...
3 menit...Tak ada juga jawaban dari Zahra. Zikra hendak naik kelas lantai atas untuk memanggil Zahra, namun hasilnya nihil. Dikamar kosong. Tidak ada siapapun. Dikamar mandipun tidak ada.
"Ra, kamu dimana?" Teriak Zikra.
"Disini." Terdengar suara Zahra dari teras depan. Saat mengetahui bahwa Zahra ada di teras, Zikrapun langsung menyusul istrinya itu.
"Ngapain?" tanya Zikra yang baru saja datang. Sementara Zahra terlihat duduk di kursi depan sambil melihat bintang-bintang di langit.
"Bintangnya cantik." jawab Zahra singkat. Namun, pandangannya masih fokus ke bintang-bintang di langit.
"Ya udah, lanjut nanti ya. Sayang ayo makan, aku udah masakin buat kamu." Zikra mencoba membujuk Zahra untuk makan malam bersamanya. Namun Zahra tampak diam.
"Ra, kamu dengarin mas nggak sih?" Zikra mencoba melihat Zahra. Namun apa yang dilihatnya? Tiba-tiba Zahra menangis.
"Kamu kenapa nangis?" Zikra terlihat panik. Dia melakukan kesalahan apa sampai membuat istrinya tiba-tiba menangis? Perasaan, Zikra tidak ada membentak Zahra. Bahkan, dia masih berbicara lembut.
"Nggak. Nggak apa-apa." Dengan cepat Zahra menghapus air matanya. Jujur, dia sangat rindu dengan keluarganya. Terutama Arkan. Biasanya, kalau saat malam begini, Zahra sering main ke kamar Arkan dan duduk bersama di balkon kamar Arkan sambil melihat bintang-bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ketua Rohis [Completed]✔
Teen FictionHidup bersama dengan orang yang terkesan dingin bahkan cuek, ternyata tidak seburuk yang dibayangkan. Bahkan hidup bersama dengannya hingga dikirimkan malaikat kecil merupakan hal terindah yang Tuhan kirimkan untukku. ~~~ Cover by: Pinterest Penasar...