Sekarang Zahra dan keluarganya sedang makan malam bersama. Zahra tampak tak bersemangat makan. Dari tadi dia hanya mengaduk-aduk nasinya tanpa memakannya sedikitpun. Entahlah sejak kejadian kemarin, dia jadi tak bersemangat melakukan apapun. Ketika mengingat lagi kejadian dimana dia terjatuh didepan banyak orang, seketika mood nya hancur.
"Kenapa nasinya nggak dimakan? Kamu sakit?" tanya Nita sambil memegang dahi putrinya. "Nggak panas kok. Kamu nggak apa-apa kan, Nak?" Lanjutnya lagi.
"Nggak apa-apa, Bun." Jawab Zahra sambil tersenyum paksa.
"Ayo dimakan dulu, Ra." Timpal Ayah. Dengan cepat Zahra mengangguk.
Sedikit demi sedikit Zahra memakan makanannya. "Oh iya, Yah, Bun. Zahra mau ngomong sesuatu."
"Ngomong apa sayang? Ngomong aja." ucap Nita dan diangguki oleh Yardi.
"Apa boleh Zahra pindah ekskul Rohis?"
"Kenapa pindah ekskul? Lagian nanggung kan tinggal beberapa bulan lagi kamu lulus." ucap Nita.
"Nggak apa-apa, Bun. Zahra mau berubah jadi lebih baik aja."
"Alhamdulillah kalau gitu. Ayah, Bunda pastinya setuju dong. Iya kan, Yah?" Sedangkan Yardi mengangguk dan tersenyum sambil mengelus kepala putrinya.
"Oh ya, Zahra boleh nanya sekali lagi nggak?" Nitapun mengangguk.
"Bunda pernah suka sama seseorang nggak?"
"Ya pernahlah sayang." jawab Nita tersenyum. "Oh Bunda tau, pasti anak Bunda lagi jatuh cinta sama seseorang." Tebak Nita.
"Nggak kok, Bun. Zahra cuma mau nanya aja." Elak Zahra.
"Kamu jangan bohong Zahra. Ayah tau kalau kamu sedang menyukai seseorang, kamu nggak bisa berbohong dari Ayah dan Bunda." Timpal Yardi. Zahra pun mengangguk.
"Nggak ada salahnya kok kalau kamu suka sama seseorang, tetapi jangan sampai kita sebagai perempuan yang mengejar laki-laki. Jangan sampai kita berharap dengan makhluk-Nya. Karena kalau kita berharap selain kepada Allah, maka kita akan kecewa nantinya." Ceramah Nita pada Zahra.
"Iya, Bunda." Zahra sangat merasa bersalah kini. Apa yang dikatakan oleh Bundanya itu seperti sebuah sindiran keras terhadap dirinya. Zifa merasa sangat malu sekarang. Kenapa dia yang mengejar Zikra sampai segitunya? Berarti sama saja Zahra berharap pada Zikra bukan?
***
Zikra dan keluarganya juga sedang melangsungkan makan malam. Sesekali mereka bercanda dan tertawa.
"Bagaimana kabar sekolah kamu, Zik? " tanya Aisyah-Umminya Zikra.
"Baik, Mi. Alhamdulillah semuanya baik dan berjalan lancar."
"Alhamdulillah."
"Oh iya, kamu nggak lupa kan sama rencana 2 tahun lalu itu." ucap Adrian-Abinya Zikra.
"Ingat dong, Bi. Nggak mungkin Zikra lupa. Sampai sekarang Zikra bakalan nunggu moment itu tiba. Zikra nggak sabar liat bagaimana reaksinya nanti." Zikra tampak tersenyum sambil membayangkan sesuatu yang dimaksudnya.
"Alhamdulillah kalau begitu."
***
"AAAAA BUNDA, ZAHRA TELATTT!" Suara teriakan Zahra menggema keseluruh sudut rumah.
"Zahra jangan teriak-teriak sakit nih kuping bunda." ucap Nita sambil memegangi telinganya yang pengang akibat teriakan putrinya itu. "Lagian kamu, sih. Bunda udah bangunin kamu dari tadi, ternyata kamunya nggak bangun-bangun." Lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ketua Rohis [Completed]✔
Teen FictionHidup bersama dengan orang yang terkesan dingin bahkan cuek, ternyata tidak seburuk yang dibayangkan. Bahkan hidup bersama dengannya hingga dikirimkan malaikat kecil merupakan hal terindah yang Tuhan kirimkan untukku. ~~~ Cover by: Pinterest Penasar...