"Cup-cup jeira kenapa nangis?"
"Jea kenapa sayang? Jea haus ya?"
Zahra kewalahan merawat Jea dan Jeira. Liat saja yang satu nangis dan yang lain ikutan nangis. Benar kata Zifa pada waktu itu.
Sedangkan Zikra dia sedang ada pasien, tidak mungkin kan Zahra menghalangi Zikra pergi ke rumah sakit. Mungkin pasiennya lebih membutuhkan Zikra.
Zikra pernah menawarkan pada Zahra untuk mencari baby sitter yang bisa membantu Zahra merawat Jea dan Jeira, namun Zahra menolaknya. Zahra ingin merawat anak-anaknya sendiri.
"Duhh kenapa nih? Telfon Zifa deh minta tolong dia." Zahra segera menelfon sahabatnya itu.
"Assalamu'alaikum, Zif. Bisa kesini sebentar nggak?"
"Gue tebak pasti lo kewalahan ngerawat Jea sama Jeira kan?" Tebak Zifa di seberang sana
"Iya, buruan sini. Ajak aja Icha nggak apa-apa."
"Oke gue otw."
"Oke." Zahra langsung menutup telfonnya.
Tak butuh waktu lama Zifa dan Icha sudah datang.
"Ra, gimana?" Tanya Zifa yang baru saja masuk sambil menggandeng Icha.
"Nih Jea sama Jeira kok nggak berhenti nangis ya?" Tanya Zahra bingung.
"Oke gue gendong Jeira lo gendong Jea ya." Zahra hanya mengangguki perkataan Zifa.
"Haha pantesan Jeira nangis, wong popoknya basah gini. Ya ampun, Ra. Masa gini aja nggak tahu." ucap Zifa tertawa.
"Ya maaf, kan gue nggak tahu." -Zahra.
"Dimana popoknya? Biar gue ganti." Tanya Zifa.
"Itu ada dilemari ambil aja." Zifa mengangguk.
"Bunda Zahra." Panggil Icha.
"Iya Icha?"
"Itu dek Jea kenapa?" Tanya Icha.
"Dek Jea nya haus sayang, makanya nangis." ucap Zahra.
"Ooh gitu." Icha mengangguk paham.
"Nah kalo gini kan Jeira nggak nangis lagi." Benar saja, kini Jeira telah berhenti nangis.
"Dek Jea sama Jeira kok mirip bun?" Tanya Icha bingung. Benar saja sedari tadi Icha memperhatikan wajah Jea dan Jeira.
"Dek Jea sama Jeira kembar sayang." jawab Zifa.
"Kembar? Maksudnya?"
"Kembar itu wajah mereka mirip. Nih kayak dek Jea sama Jeira mirip kan wajahnya." ucap Zifa.
"Iya bun, mereka mirip." jawab Icha mengangguk.
"Ya udah gimana kita ajak dek Jea sama Jeira jalan-jalan. Icha mau nggak?" Ajak Zifa.
"Mau bun, mau banget." Jawab Icha semangat.
"Ya udah kita ambil kereta bayi dulu ya." Zahra mengambil kereta bayi kembar tersebut. Kereta bayinya sangat lucu dempet dua gitu, kalian pasti taulah.
Zahra memasukkan Jea dan Zifa memasukkan Jeira ke dalam kereta bayi tersebut.
"Kita jalan-jalan ke taman ya, mumpung masih ada cahaya matahari. Sekalian Jea sama Jeira berjemur." ucap Zifa. Zahra hanya mengangguk.
Zahra mendorong kereta bayi sedangkan Zifa menggendong Icha. Mereka hanya berjalan-jalan santai disekitaran taman.
"Bun, Icha cape."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ketua Rohis [Completed]✔
Teen FictionHidup bersama dengan orang yang terkesan dingin bahkan cuek, ternyata tidak seburuk yang dibayangkan. Bahkan hidup bersama dengannya hingga dikirimkan malaikat kecil merupakan hal terindah yang Tuhan kirimkan untukku. ~~~ Cover by: Pinterest Penasar...